Anda di halaman 1dari 70

Case Report Session

Neonatus Kurang Bulan Kurang Masa


Kehamilan dengan BBLSR yang Mengalami
Asfiksia Neonatorum Berat + Ikterik
Neonatorum
Oleh:
Adhytiyani Nurhasni Putri, S.Ked
G1A221070

Pembimbing:
Dr. dr. H. Mustarim, Sp. A (K), M. Si. Med
I PENDAHULUAN

WHO melaporkan Depkes RI 2012, angka kejadian


asfiksia,penyebab tertinggi ikterus neonatus 50% pada bayi
kedua kematian neonatus cukup bulan ,dan sebesar 75%
(23,9%) setelah prematuritas pada bayi kurang bulan

Asfiksia-> kegagalan
bernapas secara spontan Asfiksia memerlukan
dan teratur segera setelah intervensi dan resusitasi
lahir segera untuk meminimalkan
mortalitas dan morbiditas.
STATUS
PASIEN
Identitas Pasien

Nama : By. Ny. D


Jenis kelamin : Laki-laki

Usia gestasi : 34-35 minggu


Berat lahir : 1400 gram
No. RM : 01011722
Alamat : Pasir putih, Jambi

Keluhan Utama
Tidak menangis segera setelah lahir

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Riwayat Penyakit sekarang

Bayi lahir dari ibu G3P2A0, preterm usia kehamilan 34-35 minggu, jenis kelamin laki-
laki, berat badan lahir 1400 gram dengan panjang badan lahir 40 cm, lahir secara sectio
caesaria ditolong oleh dokter kandungan di ruang OKE RSUD Raden Mattaher atas
indikasi ibu pasien (+) COVID-19 dan bayi letak lintang. Saat lahir bayi tidak segera
menangis, sesak, merintih, ,biru pada sekitar mulut dan ekstremitas bawah, tonus otot
(-), dengan APGAR skor menit ke satu 3 dan menit ke lima 4. Plasenta lahir secara
manual, infark (-), hematom (-), kotiledon lengkap. Segera setelah bayi lahir bayi
dirawat di NICU atas indikasi: BBLSR, prematur, dan tidak segera menangis setelah
lahir.

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Konsultasi Antenatal
Ibu pasien mengaku hamil 34-35 minggu, ANC rutin di bidan. Mulai keluar air-air dari jalan
lahir sejak 5 jam SMRS Lendir (+), darah (-), nyeri perut (+), kaki bayi sudah tampak akan
keluar. Denyut jantung janin Pasien lalu diputuskan untuk tindakan sectio caesaria di OKE
IGD. Tidak ada riwayat keguguran sebelumnya.

Faktor Risiko Infeksi Ibu


• Tidak terdapat riwayat keluar darah dari jalan lahir
• Riwayat keluar air-air atau lendir 5 jam SMRS
• Tidak ada demam/batuk/pilek/sesak/gigi berlubang
• Tidak ada nyeri BAK atau BAK anyang-anyangan
• Pasien terkonfirmasi covid-19

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


RIWAYAT PERSALINAN SEBELUMNYA
• 1. 2007, cukup bulan, rumah, normal, bidan, perempuan, 2500 gr
• 2. 2010, cukup bulan, rumah, normal, bidan, perempuan, 2700 gr
• 3. hamil saat ini

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


•-

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Tidak ada riwayat penyakit yang signifikan sebelumnya

RIWAYAT SOSIOEKONOMI
• Ibu: usia 32 tahun, SMP, ibu rumah tangga
• Ayah: usia 38 tahun, SMP, swasta
• Pernikahan pertama bagi ayah dan ibu

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Status Antropometri

• BB : 1.400 gram
• PB : 40 cm
• LK : 28 cm
• LP : 26 cm

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Status pertumbuhan intrauterin

Berat badan/usia gestasional = 1400 gr/34-35 minggu =


dibawah persentil 10, kurang masa kehamilan (KMK)
Panjang badan/usia gestasional = 40 cm/34-35 minggu
= dibawah persentil 10, kurang masa kehamilan (KMK)

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Status pertumbuhan intrauterin

Lingkar kepala/usia gestasional

= 28 cm/34-35 minggu = dibawah persentil 10,


kurang masa kehamilan (KMK)

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


PEMERIKSAAN FISIK Kulit
Pucat (-), sianosis (+), kuning (+),
Mata turgor kembali cepat
Conjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), pupil
isokor, Refleks cahaya (+/+) Kepala
Normosefal, tidak ada deformitas, ubun-
ubun datar, supel, tidak ada
cephalhematoma atau caput
Hidung succaedaenum
NCH (+), Deviasi
septum (-)
Telinga
Simetris, tulang rawan belum
Mulut sempurna
Simetris, Sianosis (+),
terpasang OGT

Paru Jantung
Inspeksi: I: Iktus kordis tak terlihat
Simetris, retraksi (+) subcostal P :Iktus kordis teraba di ICS V
Auskultasi: vesikuler (+/+) Rhonki (-/-) Wh linea midclavicula sinistra
(-/-) P :Batas jantung dbn
A : BJ I/II reguler

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Ekstremitas sup : Akral
Abdomen
hangat, sianosis (-),
Inspeksi : Datar
CRT < 3 detik
Auskultasi : BU (+)
Palpasi : soepel, distensi (-), defans
muscular (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi :Timpani 4kuadran
Ekstremitas inf: : Akral
Genitalia hangat, sianosis (+),CRT <
Skrotum berwarna merah 3 detik
muda, rugae tidak terlalu
jelas

PEMERIKSAAN FISIK

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Hematologi 23/12/22
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Ket

Hemoglobin 20.5 18-26 g/dL  

Hematokrit 53,9 34.5-54 %  

Eritrosit 4.96 4.5-5.5 x106/uL  

MCV 109 80-96 fL H


MCH 41.4 27-31 Pg H
MCHC 38.1 32-36 g/dL H

RDW 13.3   %  
Trombosit 182. 150-450 x103/uL  

PCT .111 0.150-0.400 %  

MPV 6.14 7.2-11.1 fL L

PDW 19.0 9-13 fL H


Leukosit 11.8 4.0-20.0 x103/uL  
Kesan : Normal

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Gula Darah 23/12/22
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Ket
GDS 78   mg/dL  

Kesan : Normal

Faal Hati 31/12/22


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Ket
Bilirubin total 12,5  0,2-1.0  mg/dl  
Bilirubin direct 0,7  0.0-0.2  mg/dl  
Bilirubin indirect 11,8      

Kesan : Hiperbilirubin

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Faal Hati 04/12/22
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan Ket
Bilirubin total 6,1  0,2-1.0  mg/dl  
Bilirubin direct 0,5  0.0-0.2  mg/dl  
Bilirubin indirect 5,6      

Kesan : Hiperbilirubin

Identifikasi Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis Kerja Diagnosis Banding
 NKB KMK + BBLSR +  Diagnosis banding NKB KMK
Asfiksia Neonatorum berat 1. NKB SMK
+ Ikterik Neonatorum 2. NKB BMK
3. NKB KMK
 Diagnosis banding asfiksia
neonatorum berat
1. Asfiksia neonatorum ringan-sedang
2. Respiratory distress syndrome
 Diagnosis banding Ikterik neonatorum
1. Breastfeeding Jaundice
2. Breastmilk Jaundice
Tatalaksana Awal
Stabilisasi (S.T.A.B.L.E)

Safe care & sugar : GDS 78 mg/dL


Temperature : 36,7°C
Airway: Terpasang CPAP PEEP 8 FiO2 90% Flow 8
Blood pressure: Nadi 156x/menit, akral hangat, CRT < 3 detik
Lab works: rencana cek AGD, DPL, rontgen torakoabdominal
Emotional support: edukasi dan dukungan keluarga, observasi di ruang
NICU
Tatalaksana selanjutnya
• Termoregulasi : Pertahankan suhu 36.5-37.5oC
• Oksigenasi adekuat : CPAP PEEP 8 FiO2 90% Flow 8
• Cairan adekuat : IVFD D10% + Ca glukonas 2 ampul
Kebutuhan cairan :
= 130cc/kgBB/hari (h+4)
= 130 x 1,4
= 182cc/hari = 5 cc/jam
• Atasi infeksi : ampicillin 2 x 70 mg, gentamicin 7mg/36 jam IV
• Atasi apnea of prematurity : aminofilin 2x4 mg
• Pantau : usaha napas, GDS/24 jam
• Rencana :
– cek DPL, AGD
– rontgen torakoabdominal
Follow Up
Hari/tanggal S O A P

Selasa Sesak (+), biru (-) KU : tampak sakit NKB KMK + CPAP FiO2 90% PEEP 8
27/12/2022 sedang BBLR + Asfiksia Flow 8
Kesadaran : CM neonatorum berat IVFD D10% + Ca
GCS : 15 Gluconas 2 ampul
Vital sign : Inj. Ampicilin 2 x 70 mg
Nadi : 130x/menit Inj. Gentamicin 7 mg/36
RR : 45x/menit jam
Suhu : 36,7 C
o
Inj. Aminofilin 2x4 mg
SpO2 : 93% Diet 8x7,5 cc/OGT
Pemeriksaan  
fisik :
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
Hari/tanggal S O A P

Rabu Sesak (+), periodic KU : tampak sakit NKB SMK + CPAP FiO2 100% PEEP 8
28/12/2022 apneu 2x berat BBLSR + Flow 8
Kesadaran : CM Asfiksia IVFD D10% + Ca
GCS : 15 neonatorum berat Gluconas 2 ampul
Vital sign : Inj.Cefotaxim 2x 70 mg
Nadi : 127x/menit IV
RR : 62x/menit Inj. Gentamicin 9 mg/36
Suhu : 36,3 C
o
jam IV
SpO2 : 93% Inj. Aminofilin 2x4 mg
Pemeriksaan IV
fisik : Diet
Kulit : sianosis (-) Diet 6x2 cc jika keadaan
Hidung : NCH (+) umum stabil
Thorax : retraksi
subkostal (+)
Hari/tanggal S O A P

Kamis Sesak (+), sianosis (+), KU : tampak sakit NKB SMK + Ventilator mode CPAP
29/12/2022 berat BBLSR + asfiksia PEEP 6 FiO2 100% IP 20
Kesadaran : neonatorum berat Rate 60
GCS : IVFD D10% + Ca
Vital sign : glukonas 2 ampul
Nadi : 167x/menit Inj Aminosteril 0,5 gr
RR : 54x/menit 12cc/hari
Suhu : 36,5oC Inj.Cefotaxim 2x 70 mg
SpO2 : 93% IV
Pemeriksaan Inj. Gentamicin 9 mg/36
fisik : jam IV
Kulit : sianosis (-) Inj. Aminofilin 2x4 mg
Hidung : NCH (-) IV
Thorax : retraksi Diet 6x2 cc jika keadaan
subkostal (+) umum stabil
Hari/tanggal S O A P

Jumat Sesak (+), apneu (+), KU : tampak sakit NKB SMK + BBLSR + Ventilator mode CPAP
30/12/2022 ikterik (+) berat asfiksia neonatorum PEEP 6 FiO2 100% IP 20
Vital sign : berat+ ikterik neonatorum Rate 60
Nadi : 167x/menit IVFD D10% + Ca
RR : 54x/menit glukonas 2 ampul
Suhu : 36,5oC Inj Aminosteril 0,5 gr
SpO2 : 93% 12cc/hari
Pemeriksaan Inj.Cefotaxim 2x 70 mg
fisik : IV
Kulit : sianosis (+) Inj. Gentamicin 9 mg/36
Hidung : NCH (+) jam IV
Thorax : retraksi Inj. Aminofilin 2x4 mg
subkostal (+) IV
  Diet 6x2 cc jika keadaan
umum stabil
Hari/tanggal S O A P

IVFD D10% + Ca
Sabtu, Sesak (+), biru KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
gluconas (160cc/24 jam)
31/12/2022 (-),ikterik (+) sakit sedang asfiksia neonatorum berat - IVFD Aminosteril 1x1
gr
Vital sign : + ikterik neonatorum
- Inj. Cefotaxime 2 x
Nadi : 151x/menit 70mg
- Inj. Gentamisin 1 x 7
RR : 64x/menit
mg
Suhu : 36,5oC - Inj. Aminofilin 2x4 mg
- Diet susu formula
SpO2 : 100% 8x3/OGT
Pemeriksaan -LT
fisik :  
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
 
Hari/tanggal S O A P

-Ventilator mode CPAP


Minggu, Sesak (+), biru KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
PEEP5 FiO2 50% IP 20
01/01/2023 (-),ikterik (+) sakit sedang asfiksia neonatorum berat Rate 60
- IVFD D10% + Ca
Vital sign : + ikterik neonatorum
gluconas
Nadi : 181x/menit - IVFD Aminosteril 1 gr
- Inj. Cefotaxime 2 x
RR : 52x/menit
70mg
Suhu : 36,4oC - Inj. Gentamisin 1 x 7
mg
SpO2 : 94% - Inj. Aminofilin 2x4 mg
Pemeriksaan - Diet tunda
-LT
fisik :
 
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
 
Hari/tanggal S O A P

Ventilator mode CPAP


Senin Sesak (+), biru KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
PEEP 5 FiO2 50% IP 20
02/01/2023 (-),ikterik (+) sakit sedang asfiksia neonatorum berat Rate 60
- IVFD D10% + Ca
Vital sign : + ikterik neonatorum
gluconas
Nadi : 120x/menit - IVFD Aminosteril 1 gr
- Inj. Cefotaxime 2 x
RR : 40x/menit
70mg
Suhu : 36,6oC - Inj. Gentamisin 1 x 7
mg
SpO2 : 97% - Inj. Aminofilin 2x4 mg
Pemeriksaan - Diet 8x3cc
- LT
fisik :
 
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
Hari/tanggal S O A P

-CPAP FiO2 25% PEEP 8


Selasa, Sesak (+), biru KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
Flow 8
03/01/2023 (-),ikterik (+) sakit sedang asfiksia neonatorum berat - IVFD D10% + Ca
gluconas
Vital sign : + ikterik neonatorum
- IVFD Aminosteril 1 gr
Nadi : 124x/menit - Inj. Cefotaxime 2 x
70mg
RR : 43x/menit
- Inj. Gentamisin 1 x 7
Suhu : 36,2oC mg
- Inj. Aminofilin 2x4 mg
SpO2 : 97% - Diet 8x3cc
Pemeriksaan - LT
fisik :  
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
 
Hari/tanggal S O A P

CPAP FiO2 25% PEEP 7


Rabu, Sesak (+) berkurang, KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
Flow 7
04/01/2023 biru (-),ikterik (-) sakit sedang asfiksia neonatorum berat - IVFD D10% + Ca
gluconas
Vital sign : + ikterik neonatorum
- IVFD Aminosteril 1 gr
Nadi : 123x/menit perbaikan - Inj. Cefotaxime 2 x
70mg
RR : 54x/menit
- Inj. Gentamisin 1 x 7
Suhu : 36,8oC mg
- Inj. Aminofilin 2x4 mg
SpO2 : 97% - Diet 8x6cc
Pemeriksaan  
fisik :  
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
 
Hari/tanggal S O A P

-CPAP PEEP 8 FiO2


Kamis Sesak (+), biru KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
25% Flow 8
05/01/2023 (-),ikterik (-) sakit sedang asfiksia neonatorum berat - IVFD D10% + Ca
gluconas
Vital sign : + ikterik neonatorum
- IVFD Aminosteril 1 gr
Nadi : 127x/menit perbaikan - Inj. Cefotaxime 2 x
70mg
RR : 44x/menit
- Inj. Gentamisin 1 x 7
Suhu : 36oC mg
- Inj. Aminofilin 2x4 mg
SpO2 : 99% - Diet 8x6cc
Pemeriksaan  
fisik :
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
 
Hari/tanggal S O A P

-IVFD D10% + Ca
Jumat Sesak (+), biru KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
gluconas (160cc/24 jam)
06/01/2023 (-),ikterik (-) sakit sedang asfiksia neonatorum berat - IVFD Aminosteril 1x1
gr
Vital sign : + ikterik neonatorum
- Inj. Cefotaxime 2 x
Nadi : 124x/menit perbaikan 70mg
- Inj. Gentamisin 1 x 7
RR : 44x/menit
mg
Suhu : 36,6oC - Inj. Aminofilin 2x4 mg
- Diet susu formula
SpO2 : 97% 8x12,5 cc/OGT
Pemeriksaan  
fisik :  
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (+)
Thorax : retraksi
subkostal (+)
 
Hari/tanggal S O A P

VFD D10% + Ca
Sabtu, Sesak (-), biru (-), KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
gluconas (160cc/24 jam)
07/01/2023 ikterik(-) sakit ringan asfiksia neonatorum berat - IVFD Aminosteril 1x1
gr
Vital sign : perbaikan + ikterik
- Inj. Cefotaxime 2 x
Nadi : 117x/menit neonatorum perbaikan 70mg
- Inj. Gentamisin 1 x 7
RR : 38x/menit
mg
Suhu : 36,8oC - Inj. Aminofilin 2x4 mg
- Diet susu formula
SpO2 : 97% 8x12,5 cc/OGT
Pemeriksaan  
 
fisik :
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (-)
Thorax : retraksi
subkostal (-)
 
Hari/tanggal S O A P

-IVFD D10% + Ca
Minggu Sesak (-), biru (-), KU: Tampak NKB SMK + BBLSR +
gluconas (160cc/24 jam)
08/01/2023 ikterik(-) sakit ringan asfiksia neonatorum berat - IVFD Aminosteril 1x1
gr
Vital sign : perbaikan + ikterik
- Inj. Cefotaxime 2 x
Nadi : 110x/menit neonatorum perbaikan 70mg
- Inj. Gentamisin 1 x 7
RR : 39x/menit
mg
Suhu : 36,7oC - Inj. Aminofilin 2x4 mg
- Diet susu formula 8x15
SpO2 : 96% cc/OGT
Pemeriksaan  
fisik :
Kulit : sianosis (-)
Hidung : NCH (-)
Thorax : retraksi
subkostal (-)
 
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
● WHO
Kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

● National Neonatology Forum of India


Keadaan yang ditandai dengan megap-megap dan pernapasan tidak efektif atau
kurangnya usaha napas pada menit pertama setelah kelahiran.

● American College of Obstetric and Gynaecology (ACOG) dan American Academy of Paediatrics
(AAP)
Kondisi terganggunya pertukaran gas darah yang menyebabkan hipoksemia progresif
dan hiperkapnia dengan asidosis metabolik signifikan.

● Standar pelayanan medis ilmu kesehatan anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI 2004)
Kegagalan bayi bernapas spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis.
Epidemiologi
Sekitar 23% seluruh angka kematian
neonatus di seluruh dunia disebabkan
oleh asfiksia neonatorum

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2019 :


dari 29.322 kematian balita, 69% (20.244
kematian) terjadi pada masa neonatus

Penyebab kematian neonatal terbanyak :


BBLR (35,3%), asfiksia (27,0%), kelainan
bawaan, sepsis, tetanus neonatorum, dll

Profil Kesehatan Provinsi Jambi 2020 : asfiksia


penyebab kematian neonatal tertinggi kedua (97
kematian)
Etiologi

Faktor ibu 1

Faktor plasenta 2

Faktor fetus 3

Faktor neonatus 4
Faktor Risiko
Faktor Ibu

Antepartum Intrapartum
• Sosioekonomi rendah
• Penggunaan anestesi atau opiat
• Primipara
• Partus lama
• Kehamilan ganda
• Persalinan sulit dan traumatik
• Infeksi saat kehamilan
• Mekonium dalam ketuban
• Hipertensi dalam kehamilan
• Ketuban pecah dini
• Anemia
• Induksi oksitosin
• Diabetes melitus
• Kompresi tali pusat
• Perdarahan antepartum
• Prolaps tali pusat
• Riwayat kematian bayi
• Trauma lahir
sebelumnya
Faktor Janin

Antenatal (intrauterin) Pascanatal

• Malpresentasi (misal sungsang, • Sumbatan jalan napas atas


distosia bahu) • Sepsis kongenital
• Prematuritas
• Bayi berat lahir rendah (BBLR)
• Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
• Anomali kongenital
• Pneumonia intrauterin
• Aspirasi mekonium yang berat
Patofisiologi

Kegagalan adaptasi Gangguan aliran oksigen


Hipoksia akut
masa transisi dari plasenta ke janin

Penurunan resistensi vaskular


otak dan jantung
Peningkatan resistensi
vaskular perifer

Aliran darah lebih banyak Jika hipoksia tidak Hipoksik-iskemik organ


ke otak dan jantung membaik vital
Adaptasi Pernafasan
Diagnosis
Tatalaksana Awal
Komplikasi
Respiratory Distress Syndrome
Definisi
Kumpulan temuan klinis, radiologis, dan histologi akibat ketidakmampuan
paru dengan unit pernapasan yang kecil dan sulit mengembang

Etiologi
Ketidakmaturan dari sel tipe II dan ketidakmampuan sel tersebut
menghasilkan surfaktan yang memadai
Patofisiologi

tegangan permukaan
<<< compliance paru
<<< surfaktan dalam saluran udara
yang belum matang
kecil dan alveoli

Manifestasi Klinis

• Takipneu
• Retraksi dinding dada
• Napas cuping hidung
• Merintih
• Sianosis
• apneu
Evaluasi Distress Napas: Downe Score
Ikterik Neonatorum
Ikterik
Keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan ikterus pada kulit, mukosa, dan sklera.

Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar bilirubin dalam darah dengan
serum total ≥5 mg/dL
Epidemiologi
NCB  60%
Masa Kehamilan
NKB  80%

Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi


Tersering Ikterus Fisiologis (75%)

Ras Asia tenggara dan timur


Metabolisme &
Patofisiologi

• Ikterik terjadi karena


ketidakseimbangan produksi
dan pembuangan bilirubin.
• Klasifikasi dan penyebab
kuning tergantung gangguan
metabolisme bilirubin :
- Prehepatik (hemolisis)
- Hepatik (kongenital/didapat)
- Posthepatik (kolestasis)
Mengapa bayi mengalami ikterus pada minggu
pertama kehidupan?
• Selama dalam kandungan, bilirubin yang dihasilkan janin karena pemecahan
sel darah merah tua dieksresikan melalui plasenta ke ibu.
• Setelah lahir, eksresi bilirubin harus oleh bayi sendiri.
• Meningkatnya produksi bilirubin :
-Umur sel darah merah lebih singkat
-Jumlah sel darah merah yang lebih tinggi
• Penurunan eksresi bilirubin :
-Penurunan uptake dalam hati
-Penurunan konjugasi oleh hati
-Peningkatan sirkulasi enterohepatik
• Eksresi bilirubin membaik setelah 1 minggu, pada bayi prematur lebih lama.
Etiologi

Hiperbilirubinemia tak Hiperbilirubinemia


terkonjugasi (Indirek) terkonjugasi (Direk)
Faktor Risiko
BBLR Prematuritas

<2500gr Usia gestasi <38 minggu

Penyakit Hemolisis Infeksi


Inkompatibilitas darah ibu TORCH, sepsis
dan bayi

Obat-obatan
Genetik
Riwayat Hiperbilirubin anak Ibu : induksi oxytocin
sebelumnya (saudara kandung)
Ikterus Fisiologis
Breastfeeding jaundice Breast Milk jaundice
Etiologi : pemberian ASI, dicurigai
Etiologi: kekurangan ASI (khususnya pada bayi
berhubungan dengan beta-glucuronidase
dengan ASI eksklusif)
dalam ASI
Muncul pada usia 7 hari atau lebih,
24–72 jam setelah lahir dengan puncak
memuncak pada minggu ke-2–3 kemudian
pada usia hari ke 4–5 pada neonatus
menurun, terkadang persisten hingga 1-3
cukup bulan dan hari 7 pada preterm
bulan
Bilirubin indirek >12 mg/dL Bilirubin indirek 10-30 mg/dL
Bilirubin turun (3 mg/dL/hari) jika ASI
dihentikan selama 48 jam , tapi muncul
Dapat disertai dehidrasi ringan-sedang dan
kembali saat ASI diberikan kembali. Dapat
penurunan pasase feces
berlangsung hingga 10 minggu jika pemberian
ASI diteruskan
Terapi: fototerapi, tetap menggunakan ASI/susu
Terapi: meningkatkan sesi menyusui
formula
Ikterus Patologis
Diagnosis

Anamnesis Berat lahir, masa gestasi

Pemeriksaan
Tingkat ikterus
fisik

Pemeriksaan
Kadar bilirubin total, direk, dan indirek,
laboratorium Hb, gol. Darah, kadar albumin
Metode Kramer
Tatalaksana

Terapi Sinar
Langkah pertama dalam pengelolaan ikterus tak
terkonjugasi yang meningkat pada bayi baru lahir

Transfusi Tukar
Tindakan menukar darah bayi dengan darah donor
dengan cara mengeluarkan dan mengganti sejumlah
darah secara berulang kali dalam periode waktu yang
singkat.
ANALISIS KASUS
Pasien seorang bayi laki-laki, berumur 1 hari, dikirim dari ruang OKE RSUD Raden
Mattaher. Bayi lahir secara sectio caesaria atas indikasi preeklamsia berat. Bayi laki-laki
lahir dengan berat badan 1400 gram. Saat lahir tidak segera menangis, merintih, serta
daerah mulut dan ekstremitas inferior tampak biru, dengan apgar score menit ke-1
adalah 3 dan menit ke-5 adalah 4. Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan keadaan
umum tampak sakit berat, frekuensi napas 65x/menit, kulit tampak sianosis, pada hidung
ditemukan napas cuping hidung, dan pada thorax ditemukan retraksi subkostal.
Pemeriksaan abdomen, ekstremitas, dan genital dalam batas normal. Didapatkan downe
score dengan nilai 6. Kemudian dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil:
Hb : 20,5 g/dL, leukosit : 11,8x10^3/u.
KASUS ANALISIS

Bayi dengan letak melintang Letak sungsang dapat menyebabkan


kompresi tali pusat laluterganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah tali pusat.
Persalinan sectio caesar • Persalinan pervaginam sekitar 1/3 cairan
paru fetus dikeluarkan melalui penekanan
dada bayi, yang tidak terjadi pada
persalinan sectio caesaria.
• Surfaktan yang dikeluarkan ke permukaan
alveoli lebih sedikit saat persalinan sectio
caesaria.
Usia gestasi 34-35 minggu • Kurangnya surfaktan berdasarkan rasio
lesitin atau sfingomielin kurang dari 2
• Pertumbuhan dan pengembangan paru
yang belum sempurna
• otot pernapasan yang masih lemah dan
tulang iga yang mudah melengkung
Berat lahir 1400 gr (BBLSR) • Sedikit alveoli dan surfaktan yang
termasuk di dalam alveoli
KASUS ANALISIS

Pemeriksaan Fisik: Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien


KU: Tampak sakit berat berapas spontan, namun terdapat retraksi
Frekuensi nafas: 65x/menit dan merintih. Downe score didapatkan 6,
Kulit: sianosis pada bibir dan ekstremitas inf yang artinya terjad distress napas sedang.
Hidung: Nafas cuping hidung Maka pasien ini membutuhkan tatalaksana
Thoraks: retraksi subcostal oksigenasi dengan CPAP. Pada pasien ini
Downe score: 6 diberikan tatalaksana CPAP Peep 7 FiO2
50% flow 8
Hari ke-3 pemeriksaan fisik ditemukan kulit • Berdasarkan Kramer derajat ikterus
tampak kuning di wajah, leher, badan sampai pasien adalah derajat III.
ke paha. Sementara itu, pada hasil • Pasien mengalami ikterik neonatorum
pemeriksaan laboratorium pasien didapatkan fisiologis karena kuning hilang pada hari
peningkatan pada bilirubin total 12,5, bilirubin ke-10 setelah ditatalaksana dengan Light
indirect 11,8 dan bilirubin direct 0,7. theraphy
Kasus

Berdasarkan kurva lubcencho, dari


berat badan lahir 1400 gr dengan
usia gestasi 34-35 minggu,
didapatkan status pertumbuhan
intrauterine bayi kurang masa
kehamilan (KMK), maka dapat
disingkirkan diagnosis banding
SMK dan BMK

Berat badan/usia gestasional = 1400 gr/34-35


minggu = dibawah persentil 10, kurang masa
kehamilan (KMK)
Kasus Analisis

• Tidak menangis segera setelah • Pasien mengalami gagal napas


lahir secara spontan dan teratur
• APGAR skor menit pertama 3 segera setelah lahir, artinya
dan ment ke lima 4 pasien mengalami Asfiksia
Neonatorum
• Skor APGAR menunjukkan
pasien mengalami asfiksia
neonatorum berat.
Tatalaksana ANALISIS
IVFD D10% + Ca gluconas 2 amp • Mempertahankan elektrolit dalam tubuh
bayi dan menggantikan kalori untuk tubuh,
• Kalsium glukonas untuk mengantisipasi
timbulnya gejala hipokalsemia
Inj Vitamin K 1 mg IM • Profilaksis defisiensi vitamin K

Inj ampicillin 2 x 70 mg, gentamicin 7mg/36 • Profilaksis pada neonatus yang memiliki
jam IV faktor risiko untuk terjadinya infeksi
Aminofilin • Metilsantin mempunyai efek respirogenik,
yang merangsang sistem saraf pusat
(SSP) dan akhirnya meningkatkan output
pusat pernapasan dengan meningkatkan
ventilasi per menit
Aminosteril • Asam amino diberikan untuk mencegah
kekurangan protein pada bayi prematur
Light theraphy • Menurunkan kadar bilirubin dengan
mengubah bentuk dan struktut bilirubin
menjadi molekul yang dapat diekskresikan
melalui empedu dan urin
Kesimpulan
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan neonatus kurang bulan kurang
masa kehamilan dengan BBLSR dan asfiksia neonatorum serta ikterik
neonatorum. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Tatalaksana yang diberikan
berupa CPAP FiO2 40% PEEP 7 Flow 8, IVFD D10% + Ca glukonas 2
ampul, injeksi ampicilin, injeksi gentamisin, injeksi aminofilin, injeksi
aminosteril, light theraphy, dan diet yang dinaikkan secara bertahap.
Terima Kasih..

Anda mungkin juga menyukai