Anda di halaman 1dari 10

Budaya dan kesehatan

masyarakat suku betawi

Kelompok 1
Anggota
Kelompok
01 Aini Nurulita (02228005)

02 Andini Sekarwangi (02228010)

03 Dwi Safitri (02228024)

04 Elsa Junita Siahaan (02228027)

05 Ester Feronika Manuputty (02228029)


Budaya Indonesia merupakan kebudayaan yang dapat
di artikan sebagai kesatuan dari kebudayaan seluruh
wilayah yang ada di Indonesia. Untuk menumbuhkan
rasa cinta Indonesia dalam rangka mengembalikan jati
diri bangsa Indonesia, perlu di galakkan kembali
karena sekarang ini Indonesia sedang mengalami nilai-
nilai pergeseran dari kebudayaan lokal, yaitu
kebudayaan asli Indonesia kepada mulainya kecintaan
terhadap budaya asing. Dengan majunya teknologi di
mana informasi apa saja bisa masuk dalam kehidupan
masyarakat, kita turut pula mempengaruhi
tergesernya nilai-nilai budaya Indonesia ini.

Suku betawi merupakan kebudayaan asli kota


Jakarta, perpaduan dari kebudayaan-kebudayaan
yang telah ada sebelumnya karena Jakarta merupakan
daerah pesisir sebagai pusat perdagangan. Maka
banyak akulturasi dari berbagai kebudayaan terutama
arab, melayu, cina, portugis, dan belanda.
Budaya Keluarga
Betawi
Nilai-nilai yang dianut masyarakat Betawi
            Keluarga Betawi memiliki pandangan ‘banyak anak banyak rejeki’, pendidikan agama harus
nomor satu, menjadi kebanggaan bagi kaum laki-laki jika memiliki istri lebih dari satu, dan anak laki-
laki harus lebih pandai dari anak perempuan. Keluarga Betawi umumnya memiliki anak lebih dari tiga.
            Penduduk betawi beranggapan bahwa pendatang adalah penjajah yang merebut rumah dan
kebun mereka, padahal mereka menjual tanah dan kebun untuk menghidupi keluarga mereka sendiri.
Keluarga Betawi umumnya berkelompok beberapa generasi dalam satu rumah, rumah besar disekat-
sekat, atau bersebelahan dengan saudara lain. Keluarga Betawi memiliki rasa gotong royong yang
tinggi, kompak dalam menghadapi persoalan anggota keluarganya, tetepi dalam membela anggota
keluarga tersebut acapkali tidak berdasarkan pertimbangan logis, lebih pada pertimbangan perasaan
dan kedekatan kekerabatan.
Fungsi keperawatan
keluarga
Dari tinjauan sejarah sampai saat ini, praktik keperawatan keluarga
dipengaruhi oleh nilai-nilai ajaran pra-Islam, budaya Jawa, budaya Sunda,
budaya Cina, Nasrani dan Islam. Praktik menggunakan orang pintar masih
mendominasi dalam menolong anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan. Bila beberapa kali dibawa ke dukun tidak sembuh, biasanya baru
dibawa ke petugas kesehatan. Selain ke dukun mereka juga pergi ke sinse atau
kyai yang dianggap mampu mengobati gangguan kesehatan.

Dukun beranak adalah sebutan untuk dukun yang diangga ahli dalam
menolong persalinan. Dukun anak adalah sebutan untuk dukun yang ahli mengurut
anak. Keterampilan para dukun diturunkan kepada anak cucunya, namun ada yang
berguru atau mendapat ilham dalam mimpi yang disebut dukun tiban.
Intervensi keperawatan keluarga melalui pendekatan keperawatan transkultural dilakukan
dengan strategi sebagai berikut:

1. Mempertahankan budaya Betawi yang mendukung kesehatan setiap anggota keluarga, misalnya
praktik nuju bulan dapat mengingatkan ibu yang sedang mengandung bahwa persalinannya sudah
dekat serta meningkatkan gizi ibu dan anggota keluarga lain termasuk tetangga.

2. Melakukan negosiasi untuk memilih budaya Betawi yang lebih menguntungkan kondisi
kesehatannya saat ini, misalnya perempuan Betawi yang sedang mengandung pantang makan yang
amis-amis seperti ika karena khawatir bila nanti melahirkan air ketubannya amis. Ibu hamil
memerlukan protein tinggi, maka sumber protein yang amis tersebut dapat diganti dengan sumber
protein yang tidak amis, misalnya ayam, tahu, tempe atau daging sapi.

3. Melakukan restrukturisasi budaya Betawi yang tidak merugikan kesehatannya. Misalnya kaum
pria Betawi dewasa umumnya merokok walaupun yang bersangkutan menderita penyakit paru kronik
seperti tb paru atau asma. Perawat menganjurkan untuk berhenti merokok dan memantaunya
secara periodic, sehingga suatu saat klien memiliki budaya baru yaitu tidak merokok.
Aspek budaya betawi yang mempengaruhi
kesehatan
Ada beberapa aspek budaya di kalangan masyarakat terhadap kesehatan masyarakat
Betawi. Contohnya:

1. Masyarakat Betawi melarang perempuan Betawi yang sedang mengandung pantang


makan yang amis-amis seperti ikan karena khawatir bila nanti melahirkan air
ketubannya amis. Sedangkan Ibu hamil memerlukan protein tinggi. Selain itu,
larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nanas, ketimun dan lain-lain
bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo,1993).

2. Di masyarakat Betawi juga  berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang
dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Dan memang, selain
ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini
sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi.

3. Kaum pria Betawi dewasa umumnya merokok walaupun yang bersangkutan


menderita penyakit paru kronik seperti tb paru atau asma.
Tahapan perkembangan  kompetensi
budaya
1.
     
2.
Menjadi peduli dengan budaya
3.
Menjadi sadar dan peduli dengan
Pahami bahwa budaya bersifat
sendiri budaya orang lain terutama klien
dinamis
Proses pemikiran yang terjadi pada yang diasuh oleh perawat sendiri
Hal ini merupakan proses kumulatif
yang lain tetapi dalam bentuk atau Budaya menggambarkan
dan berkelanjutan
arti berbeda keyakinan bahwa banyak ragam
Hal ini di pelajari dan dibagi
Nilai budaya ditafsirkan secara budaya yang ada sudah sesuai
dengan orang lain
internal dengan budayanya masing-masing
Perilaku dan nilai budaya
Nilai budaya tidak selalu tampak Penting untuk membangun sikap
ditunjukkan oleh masyarakat
kecuali jika mereka berbagi secara saling menghargai perbbedaan
Budaya bersifat kreatif dan sangat
sosial dengan orang lain dengan budaya dan apresiasi keamanan
bermakna dalam hidup
budayanya sehari-hari budaya
Secara simboli terlihat dari Bahasa
Mengembangkan kemampuan
dan interaksi
untuk bekerja dengan yang lain
Budaya menjadi acuan dalam
dalam konteks budaya, diluar
berfikir dan bertindak
penilaian etnosentris
kesimpulan

 Indonesia memiliki ragam budaya. Kebudayaan di Indonesia berbeda


dari pulau satu dengan lainnya, hingga setiap daerah itu sangatlah
berbeda. Dari cara berbicara, perilaku, berpakaian, dan sebagainya.
Budaya ini ialah hal yang harus dilestarikan. Agar Indonesia tetap
memiliki ciri khas daerah.

Budaya ialah kebiasaan yang dimana bisa menunjang status kesehatan


dan merugikan status kesehatan.. Jika dapat menujang status kesehatan,
petugas kesehatan seharusnya dapat mendukung budaya tersebut..Jika
tidak dapat menujang status kesehatan, petugas kesehatan dapat
Ada Pertanyaan?

Anda mungkin juga menyukai