Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI

UJI MAKANAN

Disusun oleh :

Andini Sekarwangi

SMA NEGERI 75 JAKARTA


JAKARTA
2021
KATA PENGATAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya kami saya dapat
menyelesaikan laporan ini dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat beliau kita dapat keluar
dari zaman jahiliyah menuju zaman yang terang benderang.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena telah memberikan


nikmat sehat, sehat jasmani maupun rohani. Sehingga saya bisa menyelesaikan
laporan pratikum ini.

Saya menyadari jika laporan percobaan ini masih belum sempurna, banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Maka dari itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca, agar laporan percobaan ini bisa
menjadi lebih baik lagi.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kalimat atau kata-
kata yang salah dalam laporan pratikum ini, benarnya milik Allah dan yang
salahnya adalah dari saya.

Demikian, saya mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini dapat


bermanfaat bagi banyak orang.

Jakarta, 22 Febuari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL.......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Percobaan...................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................... 3
1.3 Tujuan Percobaan................................................................... 4
1.4 Manfaat Percobaan................................................................. 4

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 ................................................................................................
................................................................................................
5
2.2 Teori
................................................................................................
................................................................................................
5
2.2.1 Lichen
.....................................................................................
.....................................................................................
5
2.2.2 Bioindikator................................................................ 7
2.2.3 Klasifikasi Habitat dan Morfologi Lichen
.....................................................................................

iii
.....................................................................................
8
2.2.4 Anatomi Lichen.......................................................... 9
2.2.5 Bioindikator
.....................................................................................
.....................................................................................
10
2.2.6 Lumut Kerak sebagai Bioindikator Kualitas Udara.... 11

BAB III PENUTUP

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


................................................................................................
................................................................................................
12
................................................................................................
3.2 Jenis Penelitian....................................................................... 12
a. Obyek Penelitian
.........................................................................................
.........................................................................................
12
b. Sumber Data.................................................................... 12
c. Teknik Pengumpulan Data
.........................................................................................
.........................................................................................
12
d. Alat dan Bahan................................................................ 12
e. Cara Kerja
.........................................................................................
.........................................................................................
13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

iv
4.1 Karakteristik Tempat Hidup Lichen
................................................................................................
................................................................................................
15
1. Di SMA N 75 Jakarta
.........................................................................................
.........................................................................................
15
2. Di Komplek Yon Ang Air
.........................................................................................
.........................................................................................
15
4.2 Suhu dan Kelembapan Lichen
................................................................................................
................................................................................................
18

BAB V KESIMPULAN

21

DAFTAR PUSTAKA

v
vi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Bahan apakah yamg mengandung

1.3 Tujuan Percobaan


1. Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat
2. Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung lemak
3. Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung protein

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi di bidang
lingkungan yang bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai
bioindikator lichen dan untuk mengetahui kualitas udara di Komplek Yon Ang
Air.
2

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Penelitian Sejenis


Penelitian sejenis ini telah dilakukan sebelumnya. Karena penelitian-
penelitian terdahulu terasa sangat penting dalam sebuah penelitian yang akan
dilakukan. Berikut ini adalah salah satu penelitian sejenis yang mendasari
penelitian ini:
Tabel 2.1 Penelitian Sejenis

Nama
No. Judul Penelitian Metode Hasil Penelitian
Peneliti

1. Ahmad Inventarisasi Deskriptif Hasil penelitian


Syarif Lichen Sebagai eksploratif menunjukan bahwa
(2018) Bioindikator dengan lichen tipe talus
Pencemaran Udara teknik crustose lebih banyak
di Kecamatan survei ditemukan daripada
Serengan Kota tipe talus foliose.
Surakarta Karena lichen crustose
dinilai lebih toleran
terhadap pencemaran
udara karena memiliki
struktur talus yang
lebih sederhana
dibanding tipe talus
foliose.

2. Siti Keragaman dan Metode Dari hasil pengamatan,


Nurjanah, Kemampuan transek tipe talus crustose dan
Yousep Lichen Menyerap dalam plot foliose banyak
Anitasari, Air Sebagai ditemukan di kawasan
Shofa Bioindikator Ubalan daripada
Mubaidul Pencemaran Udara kawasan Gudang
lah, di Kediri Garam. Kawasan
Ahmad Gudang Garam diduga
Bashri memiliki kualitas udara
yang rendah karena
adanya kadar
pencemaran dari
aktivitas industri serta
kepadatan lalu lintas
setiap harinya.

2.2 Teori
2.2.1 Lichen
Di dunia ini ada sekitar 20.000 spesies alga. Sebagian besar berada di daerah
tropis sebagai wilayah dengan tingkat keragaman organisme yang tinggi. Lichen
merupakan tumbuhan yang mampu hidup di daerah ekstrem di permukaan bumi.
Mereka dapat tumbuh di permukaan tanah, bebatuan, pepohonan bahkan
permukaan-permukaan benda buatan manusia. Mereka ada di tempat yang jarang
ada organisme yang mampu hidup di sana seperti puncak gunung, padang pasir,
dan daerah kutub. Di samping itu, lichen seringkali tumbuh di pohon dan semak -
semak sebagai epifit, mereka tidak mengambil makanan dari organisme yang
ditempelinya akan tetapi mengambil makanan dari atmosfer. Lichen sangat
beragam ukuran, warna dan bentuk. Mereka juga mampu berubah warna selama
musim hujan ketika terbilas oleh air dan menghasilkan makanan (Kett, Dong,
Andrachuck, & Craig, 2005). Lichen sekilas setipe dengan tumbuhan lumut. Tapi
jika diperhatikan dengan seksama maka lichen merupakan suatu bentuk lifeform
yang unik (khas). Lichen merupakan suatu komposisi organisme yaitu jamur dan
alga atau cyanobakteri. Dua jenis organisme ini hidup saling berhubungan yang
dinamakan simbiosis, alga menyediakan energi melalui proses fotosintesis dan
jamur menyediakan tempat perlindungan bagi alga (Kett, Dong, Andrachuck, &
Craig, 2005).

3
2.2.2 Bioindikator
perubahan lingkungan terhadap perubahan habitat, komunitas atau ekosistem
atau “mengindikasikan” keragaman taksa atau keragaman hayati secara
keseluruhan dalam suatu area (Savic, 1998).
Perbedaan jenis bioindikator tersebut didasarkan atas perbedaan perpesktif.
Berdasarkan tujuan bioindikasi, bioindikator dapat dibedakan menjadi tiga macam
: 1) indikator kesesuaian, 2) indikator diagnostik dan 3) indikator peringatan dini.
Contoh indikator kesesuaian, populasi ikan yang diukur adalah populasi,
komunitas atau ekosistem dan difokuskan pada isu keberlanjutan populasi atau
komunitas sebagai suatu bagian yang utuh. Sedangkan, indikator diagnostik dan
indikator peringatan dini diukur berdasarkan individu (pada tingkat biomarker).
Indikator peringatan dini difokuskan pada sensitifitas respons terhadap perubahan
lingkungan. Akumulasi bioindikator (misalnya : pada kerang, dan kerang)
dibedakan berdasarkan efek toksik (Savic, 1998)

2.2.3 Klasifikasi Habitat dan Morfologi Linchen


Berdasarkan habitatnya, lichen dibedakan menjadi tiga kategori : 1)
Saxicolous, merupakan lichen yang hidup di batu/cadas pada suhu dingin.
Contoh : Acarospora ceruina, A. fuscata, Aspicillia corcota. 2) Corticulous,
merupakan lichen yang hidup di pohon yang berperan sebagai epifit, kebanyakan
di daerah tropis dan subtropis dengan kelembaban yang tinggi. Contoh : Usnea
articulata, U. ceranita, U. hirta dan Artaria radiata. Dan, 3) Terriculous,
merupakan lichen yang hidup pada tanah. Contoh : Cladonia ciliata, C.
squamosa, C. uncialis, Peltigera canina, P. didactila, dan Leptogium britanicum
(Muzayyinah, 2005).
Menurut klasifikasi morfologi lichen dibagi menjadi : 1) Thalus Crustose
lichen - Lumut kerak yang memiliki thalus yang berukuran kecil, datar, tipis, dan
selalu melekat pada permukaan batu, kulit pohon, atau tanah. Jenis ini susah untuk
mencabutnya tanpa merusak substratnya. Permukaan thalus biasanya terbagi
menjadi areal-areal yang agak heksagonal yang disebut areole (Pratiwi, 2006).
Contoh : Graphis scipta, Haematomma puniceum, Acarospora atau pleopsidium.
2) Thalus Foliose lichen - Lichen foliose memiliki struktur seperti daun yang

4
tersusun oleh lobus-lobus. Lichen ini relatif lebih longgar melekat pada
substratnya. Lumut kerak ini melekat pada batu, ranting dengan rhizin. Rhizines
ini juga berfungsi sebagai alat untuk mengabsorbsi makanan. Contoh : Xantoria,
Physicia, Peltigera, Parmelia. Fruticose lichen, thalusnya berupa semak dan
memiliki banyak cabang dengan bentuk seperti pita. Thallus tumbuh tegak atau
menggantung pada batu, daun-daunan atau cabang pohon. Contoh : Usnea,
Ramalina dan Cladonia - Squamulose lichen. Lichen ini memiliki lobus-lobus
seperti sisik, lobus ini disebut squamulus yang biasanya berukuran kecil dan
saling bertindih dan sering memiliki struktur tubuh buah yang disebut podetia.
Dari keempat kriteria bentuk lichen terdapat tiga lichen sebagai indikator
pencemaran udara yaitu Fruticose, Foliose, dan Crustose. Fruticose menjadi jenis
lichen yang paling sensitif terhadap pencemaran udara, kemudian Foliose dan
jenis Crutosie masih sedikit mentoleransi pencemaran udara. Sehingga jika suatu
daerah tidak terdapat Fruticose maka daerah tersebut udara dapat dikatakan
tercemar. Perubahan jenis lichen juga terjadi sesuai dengan pencemaran yang
terjadi di daerah tersebut. Kepekaan lichen berada dalam berbagai radius dari
sumber pencemar (Pratiwi, 2006). Untuk mengidentifikasi lichen tercemar polutan
perlu dilakukan identifikasi pada tingkat spesies, morfologi, taksonomi, dan
anatomi. Dengan melakukan beberapa identifikasi tersebut dapat mengetahui
polutan yang terdapat didaerah tersebut. Lichen menjadi sangat peka pada polutan
karena lichen tidak memiliki lilin & kutikula untuk melindungi sel-sel (struktur
dalam). Sehingga polutan mudah terserap oleh klorofil lichen dan merusak
jaringan lichen (Pratiwi, 2006).

2.2.4 Anatomi Lichen

2.2.5 Habitat

2.2.6 Lumut Kerak sebagai Bioindikator Kualitas Udara

BAB III

5
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 1-30 Agustus 2019, Terdapat dua tempat
penelitian yaitu di Komplek Yon Ang Air dan SMA N 75 Jakarta.

3.2 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
1. Obyek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi obyek adalah biodiversitas lichen yang
berasa di Kompek Yon Ang Air dan SMA N 75 Jakarta.
2. Sumber Data
Sumber data primer pada penelitian ini sumber data primer yang
digunakan adalah jurnal penelitian sejenis. Sumber data sekunder pada
penelitian ini menggunakan metode study literature, yaitu dengan
melakukan proses pencarian daftar bacaan dan pengumpulan dokumen
dengan menggunakan media baca sebagai sumber data dan informasi.
3. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah eksploratif dengan penjelajahan. Dan
data sampel talus lichen diambil pada masing-masing tempat dengan
metode transek dalam plot pengamatan menurut Mueller (et.al. 1974)
dalam Tjitrosoedirdjo (2010) dengan modifikasi.
4. Alat dan Bahan
Tabel 3.1 Alat

No. Alat Jumlah

1. Alat tulis 1 set

2. Kamera 1 buah

3. Termometer digital 1 buah

6. Termohygrometer 1 buah

6
7. Meteran 1 buah

Tabel 3.2 Bahan

No. Bahan Jumlah

1. Tali rapia 1 buah

5. Cara Kerja
a. Penentuan Lokasi dan Pembuatan Plot
Penentuan lokasi terbagi menjadi dua berdasarkan tingkat kepadatan
kendaraan yang melewati jalan tersebut didapat lokasi penelitian di
Kompek Yon Ang Air dan SMA N 75 Jakarta. Percobaan dilakukan
dengan membuat 3 plot. Plot pertama berukuran 3x5 meter, plot
kedua berukuran 1x2 meter, dan plot ketiga berukuran 5x5 meter.
b. Pengamatan Faktor Biotik
Pada tahap ini meneliti dan mengamati faktor abiotik yaitu meliputi
pengamatan suhu, kelembapan udara dengan menggunakan
hygrometer. Pengukuran suhu dan kelembapan udara dilakukan di 3
titik berbeda di setiap lokasi pengamatan, pengukuran dilakukan
pada pagi, siang, dan sore hari dengan rentang waktu pagi 08.00-
10.00 WIB, siang rentang waktu 13.00-15.00 WIB, rentang waktu
sore 17.00-18.00 WIB.
c. Pengamatan Talus Lichen
Pengamatan talus linchen dilakukan secara makroskopik dengan
pengamatan keragaman tipe marfologi talus lichen dengan melihat
penutup lichen, warna, dan bentuk.
d. Analisis Data
Analisis ciri makroskopik talus lichen, Sampel Lichen yang didapat
di identifikasi jenisnya berdasarkan struktur morfologi talus yang
terlihat seperti bentuk dan warna secara Deskriptif Kualitatif.

7
8

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Tempat Hidup Lichen


1. Di SMA N 75 Jakarta
Gedung SMA N 75 berada di Jalan Rusun Kebersihan dimana terdapat tempat
parkiran untuk truk-truk pengangkut sampah. Banyaknya kendaraan yang
melintas di depan gedung SMA N 75 rata-rata pada siang dan sore hari.

2. Di Komplek Yon Ang Air


Komplek Yon Ang Air merupakan komplek yang jarang dilalui oleh
kendaraan. Selain itu, masyarakat yang tinggal di Komplek Yon Ang Air rata-rata
memiliki tanaman di halaman rumahnya. Dan juga terdapat kebun dan pepohonan
di sepanjang jalannya.
Berikut ini merupakan data dari banyaknya kendaraan yang melintasi SMA N
75 dan Komplek Yon Ang Air setiap menitnya.

Tabel 4.1 Kepadatan Kendaraan

Waktu/menit
No
Tempat Rata-Rata
.
Pagi Siang Sore

1. SMA N 75 6 12 12 10

2. Yon Ang Air 3 2 7 4

Selain data kepadatan kendaraan, data yang berhasil dikumpulkan


adalah data morfologi yang digunakan untuk mengetahui jenis-jenis lichen
yang ada di Komplek Yon Ang Air yang berada di kawasan ramai lalu
lintas (SMA N 75) dan kawasan sepi lalu lintas (Komplek Yon Ang Air).
Morfologi yang dilihat berupa bentuk, jenis, dan warna dari jenis lichen
tersebut.
Temuan dari data yang diambil dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
Kawasan Ramai Lalu Lintas
Tabel 4.2 Jenis-jenis Lichen di SMA N 75 Jakarta

No. Nama Gambar Tipe Morfologi Inang

Termasuk dalam
famili
Parmeliaceae
Flavoparmelia Pohon
1. dengan tipe talus
baltimorensis Mangga
Foliose dan
berwarna hijau
keputih-putihan.

Kawasan Sepi Lalu Lintas


Tabel 4.3 Jenis-jenis Lichen di Komplek Yon Ang Air

No. Nama Gambar Tipe Morfologi Inang

Termasuk dalam
famili
Candelariaceae
dengan tipe talus Pohon
1. Dirinaria applanata
Crustose dan Mangga
berwarna abu-
abu keputih-
putihan.

9
Termasuk dalam
famili
Teloschistaceae
Pohon
2. Caloplaca discolor dengan tipe talus
Mangga
Foliose dan
berwarna hijau
tua

Termasuk dalam
famili
Stereocaulaceae
Pohon
3. Lepraria incana dengan tipe talus
Mangga
Crustose dan
berwarna hijau
army

Termasuk dalam
famili
Teloschistaceae
4. Caloplaca marina dengan tipe talus Batu
Crustose dan
berwarna kuning
kecoklatan

Tabel di atas menunjukkan bahwa pada kawasan sepi lalu lintas


dapat ditemukan jenis lichen yang lebih banyak dibandingkan kawasan
ramai lalu lintas yaitu sebanyak 4 jenis spesies lichen. Sementara di
kawasan ramai lalu lintas hanya ada 1 jenis spesies lichen.

Semakin tinggi volume lalu lintas maka semakin sedikit ditemukan lichen.
Berdasarkan penelitian (Laksono, 2016)(Panjaitan, Fitmawati, & Martina, 2016)
(Rindita, 2014)(Sudrajat, Setyawati, & Mukarlina, 2013)(Sumarlin, Maheng, &
Rosdiana, 2016) bahwa semakin tinggi kepadatan lalu lintas maka jumlah lichen

10
Dari tabel di atas, tipe talus foliose di kawasan SMA N 75 memiliki warna hijau
keabu-abuan. Sementara di kawasan Komplek Yon Ang Air, tipe talus foliose dan
crustose memiliki warna abu-abu keputih-putihan, hijau tua, hijau army, dan
kuning kecoklatan. Warna talus dapat semakin menggelap seiring dengan
bertambahnya umur serta khasnya akan mengikuti tempat kondisi dan tempat
tumbuhnya (Fink, 1961 diacu dalam Pratiwi, 2006). Warna dapat berubah karena
adanya perubahan kadar klorofil pada talus lichen yang disebabkan gas-gas yang
bersifat racun atau pencemar (Kovaks, 1992; Hawksworth&Rese, 1976 diacu
dalam Wijaya, 2004). Lokasi pengamatan yang berada dekat dengan sumber
pencemar (jalan raya) menghasilkan dampak perubahan kualitas udara yang akan
berdampak pada keberadaan lichen pada batang pohon. Sehingga dengan melihat
hal tersebut, maka kondisi kualitas udara di Komplek Yon Ang Air lebih baik
daripada di jalan SMA N 75. Jalan SMA N 75 diduga memiliki kualitas udara
yang rendah karena adanya kadar pencemaran dari kepadatan lalu lintas setiap
harinya.

4.2 Suhu dan Kelembapan Lichen


Tabel 4.4 Suhu dan Kelembapan Lichen di SMA N 75 Jakarta

Ketinggian Suhu (ͦC) Kelembapan (%)


No. Nama Lichen Tempat
(cm) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Flavoparmelia
1. 94 29.9 33.6 32 41 27 38
baltimorensis

Tabel 4.5 Suhu dan Kelembapan di Komplek Yon Ang Air plot 1

No. Nama Lichen Ketinggian Suhu (ͦC) Kelembapan (%)

11
Tempat
(cm)
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Dirinaria
1. 150 32 31.5 29,4 33 29 38
applanata

Caloplaca
2. 110 32.6 33.2 29.5 32 30 37
discolor

Lepraria
3. 120 32.5 33.4 29 31 30 37
incana

Tabel 4.6 Suhu dan Kelembapan Lichen di Komplek Yon Ang Air plot 2

Ketinggian Suhu (ͦC) Kelembapan (%)


No. Nama Lichen Tempat
(cm) Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore

Caloplaca
1. 2 31.2 32,6 30.1 31 31 39
marina

Iklim pada kawasan tempat penelitian jika dilihat dari suhu dan kelembapan
lichen di SMA N 75 memiliki suhu udara rata-rata 32ᵒC dan kelembapan udara
rata-rata 35% , sedangkan di Komplek Yon Ang Air memiliki suhu udara rata-rata
31ᵒC dan kelembapan udara rata-rata 33%. Suhu dan kelembapan udara diambil
pada saat cuaca cerah.
Di jalan SMA N 75 memiliki suhu udara yang relatif lebih tinggi dibanding
suhu udara di Komplek Yon Ang Air, dikarenakan banyaknya kendaraan yang
melintas dan kurangnya vegetasi penghijauan. Berkurangnya lahan yang tertutup
pepohonan karena akibat dari pembangunan, maka lingkungan menjadi semakin

12
panas. Dari data di atas menggambarkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan
talus pada lichen pada suatu wilayah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
kelembapan udara. Menurut Lubis (1996) dan Baron (1999), suhu yang tinggi
akan meningkatkan laju respirasi dan menunjukan laju fotosintesis. Jika hal
tersebut terus berlangsung akan menyebabkan kematian pada lichen.

13
14

BAB V

KESIMPULAN

Hasil identifikasi lichen di Komplek Yon Ang Air dan sekitarnya terdapat 5
spesies lichen yaitu Dirinaria applanata, Flavoparmelia baltimorensis, Caloplaca
discolor, Lepraria incana, dan Caloplaca marina. Sementara itu, talus dari jenis
lichen yang ditemukan di Komplek Yon Ang Air dan SMA N 75 memiliki tipe
morfologi talus foliose dan crustose. Pada kawasan SMA N 75 memiliki kualitas
udara yang lebih rendah dibandingkan dengan kawasan Kompek Yon Ang Air.
Hal ini dilihat dari kepadatan kendaraan, suhu, dan cuaca. Dari hasil penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa lichen dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas
udara.
15
DAFTAR PUSTAKA

Aptroot, A., Diaz, J. A., Bárcenas-Peña, A., Cáceres, M. E., Fernando, L., & Dal-
Forno, M. (2014). Rapid assessment of the diversity of “vehiculicolous” lichens
on a thirty year old Ford Bronco Truck in Central Puerto Rico. Fungi, 22-27.

Bhat, S. P., Dudani, S. N., & Subhash, M. (xxxx). Shilapuspa - Lichen : General 
Characteristics. India: Indian Institute of Science, Bangalore.

Conti, M., & Cecchetti, G. (2001). Biological Monitoring: lichens as bioindicators


of air pollution assessment areview. Environmental Pollution, 471-492.

GC, A., Catalano I, M., & A, M.(2011). Monitoring EpiphyticLichen Biodiversity


to Detect Environmental Quality and AirPollution the Case Study of
Roccamonfina Park (Campania Region Italy). In Air Pollution New Development
(pp. 227-244). Italiy: Intech.

Kett, A., Dong, S., Andrachuck, H., & Craig, B. (2005). Learning with Lichens:
Using Epiphytic Lichens as Bioindicators of Air Pollution. United States: Brook
University.

Kovacs, M. (1992). Indicators in Environmental Protection. Ellis Horwood. New


York

Martuti, N. K. (2013). Peranan Tanaman Terhadap Pencemaran Udara di Jalan


Protokol Kota Semarang. Biosantifika - Berkala Ilmiah Biologi, 36-42.

Muzayyinah. (2005). Keanekaragaman Tumbuhan Tak Berpembuluh. Solo, Jawa


Tengah, Indonesia: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS.

Panjaitan, D.M & Fatmawati, Martina A. (2011). Keanekaragaman Linchen


Sebagai Bioindikator Pencemaran Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Jurnal Ilmiah.
Riau: Universitas Riau.

Pratiwi, M. E. (2006). Kajian Lumut Kerak Sebagai Bioindikator Kualitas Udara


(Studi Kasus : Kawasan Industri Pulo Gadung, Arboretum Cibubur dan Tegakan
Mahoni Cikabayan.) Bogor: IPBPress.

Ratna, Rima Melati. (2012). Kamus Biologi. Surakarta: PT Aksara Sinergi Media.

Savic, S. (1998). Epiphytic Lichens as Bioindicators of Air Pollution in the Area


of Belgrade. IAL 3 (pp. 331-334). Belgrade: Verlag Alexander Just.

Sujetoviene, G. (2010). Road traffic pollution effects onepiphytic lichens.


Ekologija, 64-71.
Tjitrosoepomo, G. (1998). Taksonomi Tumbuhan (Schizophyta, Thallophyta,
Bryophya, Pterydophyta.) Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Wijaya, L,F. (2004). Biomonitoring Beberapa Kandungan Logam


Mempergunakan Pamelia wallichiana Tayl di Wilayah Muntakul Buruz Bandung.
Skripsi. Bandung : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam. Universitasb Padjajaran.

17

Anda mungkin juga menyukai