Planning Concept
Latar Belakang
• Pendekatan Pembangunan ‘Top-down’ Kekuasaan sentralistik peran serta
masyarakat rendah
• Pembangunan berkelanjutan Kekuasasan desentralistik peran serta
masyarakat menjadi penting (UU No. 22 tahun 1992 (UU No. 32 tahun 2004)
Otda, desentralisasi daerah)
• UU No. 26 tahun 2007 “Penataan Ruang” pasal 65 (1) Penyelenggaraan
penataan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan peran Masyarakat
• Versi UU No. 24 tahun 1992 pasal 12 “Penataan Ruang dilakukan Pemerintah &
Masyarakat”
• UU No. 32 tahun 2004 “Pemerintah Daerah” pasal 139 (1) “Masyarakat
berhak memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan
atau pembahasan rancangan Perda”
Definisi, Konsep, dan Tujuan
Definisi Perencanaan Partisipatif
1. Community Centris
• Perencanaan program
berdasarkan pada masalah
dan kebutuhan yang
dihadapi masyarakat.
• Perencanaan disiapkan
dengan memperhatikan
aspirasi masyrakat yang
memenuhi sikap saling
percaya dan terbuka.
Ciri-Ciri Perencanaan Partisipatif (Abe 2002,
Wicaksono 2001, Purnamasari 2008 dalam Idajati, 2014)
2. Partisipatoris
• Setiap masyarakat melalui
forum pertemuan,
memperoleh peluang yang
sama dalam sumbangan
pemikiran tanpa dihambat
oleh kemampuan bicara,
waktu dan tempat.
Ciri-Ciri Perencanaan Partisipatif (Abe 2002,
Wicaksono 2001, Purnamasari 2008 dalam Idajati, 2014)
3. Dinamis
• Perencanaan mencerminkan
kepentingan dan kebutuhan
semua pihak.
• Proses perencanaan
berlangsung secara
berkelanjutan dan proaktif.
Ciri-Ciri Perencanaan Partisipatif (Abe 2002,
Wicaksono 2001, Purnamasari 2008 dalam Idajati, 2014)
4. Sinergisitas
• Harus menjamin keterlibatan
semua pihak.
• Selalu menekankan kerjasama
antar wilayah administrasi dan
geografi.
• Setiap rencana yang akan
dibangun sedapat mungkin
mejadi kelengkapan yang sudah
ada, sedang atau dibangun.
Ciri-Ciri Perencanaan Partisipatif (Abe 2002,
Wicaksono 2001, Purnamasari 2008 dalam Idajati, 2014)
5. Legalitas
• Perencanaan pembangunan
dilaksanakan dengan mengacu pada
semua peraturan yang berlaku.
• Menjunjung etika dan tata nilai
masyarakat.
• Tidak memberikan peluang bagi
penyalahgunaan wewenang dan
kekuasaan.
Ciri-Ciri Perencanaan Partisipatif (Abe 2002,
Wicaksono 2001, Purnamasari 2008 dalam Idajati, 2014)
6. Fisibilitas
• Perencanaan harus bersifat spesifik,
terukur, dapat dijalankan, dan
mempertimbangkan waktu.
Ciri-Ciri Perencanaan Partisipatif (Abe 2002,
Wicaksono 2001, Purnamasari 2008 dalam Idajati, 2014)
“Citizen Participation
Without Citizen Power
Are Meaningless”
Tangga Dalam Partisipasi Masyarakat (Sherry
Arnstein,1969)
Manipulation :
Therapy
Partnership
Delegated Power
Citizen Control
The Participation Planning Level
Arnstein, Sherry (1969)
Man
ipula
tion
Citizen Control
The Participation Planning Level
Arnstein, Sherry (1969)
Man
ipula
tion
Delegated Power
Citizen Control
The Participation Planning Level
Arnstein, Sherry (1969)
Consultation:
Therapy
Citizen Control
The Participation Planning Level
Arnstein, Sherry (1969)
Man
ipula
Therapy Placation :
Therapy Partnership:
Delegated Power :
Therapy
Delegated Power
Citizen Control
The Participation Planning Level
Arnstein, Sherry (1969)
Man
ipula
Delegated Power
Citizen Control
Ma
nip
ula
Tidak ada keterlibatan masyarakat
tio
n
Pemerintah memberikan arahan kepada masyarakat terkait
Therapy
kebijakan yang akan dilakukan
Pemerintah memberikan informasi kepada masyarakat
Informing
terkait kebijakan yang akan dilakukan
Masyarakat memberikan ide pembangunan kepada
Consultation
pemerintah tetapi belum diperhitungkan
Masyarakat memberikan ide pembangunan kepada pemerintah
Placation dan telah mejadi perhitungan dalam penyusunan kebijakan
Kerjasama pemerintah dengan masyarakat dalam usaha
Partnership perencanaan dan pelaksanaan kebijakan dengan arahan dari
pemerintah
Kerjasama pemerintah dengan masyarakat dengan
Delegated Power
masyarakat memiliki control terbesar
Inisiatif, pelaksanaan dan pengawasan
Citizen Control
perencanaan oleh masyarakat
Kerangka Kerja dan Kriteria Kesuksesan Partisipatif dalam
Perencanaan Kolaboratif (Faehnle dan Tyrvainen, 2013)
• Abe, Alexander. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif. Solo: Penerbit Pondok Edukasi.
• Abe, Alexander. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta: Pembaruan.
• Arnstein, Sherry. 1969. A Ladder of Citizen Participation. https://www.planning.org/pas/memo/2007/mar/pdf/JAPA35No4.pdf, diakses tanggal 5
Desember 2013.
• Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
• Cooke, B dan Kothari, U. 2001. Participation: the New Tyranny?. London: Zed Books.
• Faehnle, Maija dan Tyrvainen, Liisa. 2013. A Framework For Evaluating and Designing Collaborative Planning. Land Use Policy, Vol 34, pp 332-
341.
• Purnamasari, Irma. 2008. Studi Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi.
http://eprints.undip.ac.id/17845/1/IRMA_PURNAMASARI.pdf, diakses tanggal 5 Desember 2013.
• Majale, Michael. 2009. Developing Participatory Planning Practice in Kitale, Kenya.
www.unhabitat.org/downloads/.../grhs2009casestudychapter04kitale.pdf, diakses tanggal 5 Desember 2013.
• Mardhatillah Umar, Ahmad Rizky. Mendorong Perencanaan Desa Partisipatif Pengalaman Pendampingan Penyusunan RPJM-Desa di Desa
Demen, Kulon Progo, DIY.
http://www.academia.edu/2499243/Mendorong_Perencanaan_Partisipatif_di_Desa_Pengalaman_Pendampingan_di_Desa_Demen_Kulon
_Progo, diakses tanggal 5 Desember 2013.
• Rietbergen-McCracken, J. dan Narayan, D.. 1998. Participation and Social Assessment Tools and Techniques.
info.worldbank.org//etoolsdocs/library/238582/toolkit.pdf, diakses tanggal 5 Desember 2013.
• Thomas, Kurian dan Bendapudi, Ramkumar. Tanpa Tahun. Participatory Planning.
http://www.sasanet.org/documents/Tools/Participatory%20Planning.pdf, diakses tanggal 5 Desember 2013.