Kelompok 8
Marisa K.C Sitepu / 170406148
Anastashya Gabriela / 170406158
Cathrine Tantya / 170406172
Chrescensia Sinambela / 170406173
Perencanaan Kota C
Dosen : Wahyuni Zahrah, ST, MS
Pembahasan
01 Pengertian Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Kota
Studi Kasus 1
02 Partisipasi Masyarakat Terhadap Penanggulangan Banjir Dikota
Banjarmasin
Studi Kasus 2
03 Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dan Penguatan Sinergi Dalam Pengelolaan Sampah
Perkotaan.
Studi Kasus 3
04 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Jalan Poros Desa Di Kecamatan
Panceng Kabupaten Gresik
Studi Kasus 4
05 Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Di Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan
Samarinda Seberang Kota Samarinda
Pengidentifikasian
berbagai potensi dan Pemberian masukan Pemberian Pengajuan Kerjasama dalam
Pemberian masukan masalah informasi,saran,perti keberatan terhadap penelitian dan
dalam merumuskan
untuk menentukan pembangunan termasuk mbangan atau rancangan Rencana pengembangan
perencanaan tata
arah pengembangan bantuan untuk pendapat Tata Ruang Wilayah dan atau;
ruang wilayah
wilayah yang memperjelas hak atas Kabupaten/Kota; dalam penyusunan Kabupaten/Kota;
akan dicapai; ruang wilayah, termasuk strategi pelaksanaan Bantuan tenaga
perencanaan pemanfaatan ruang ahli
tata ruang kawasan; wilayah
Kabupaten/Kota;
Santosa Heroepoetri (2005:5)
juga merangkum manfaat dari partisipasi
masyarakat yaitu sebagai berikut:
Menjadi sumber
Merupakan komitmen
dari informasi yang
sistem demokrasi.
berguna.
Peluang Partisipasi di Indonesia
Permendagri No. 9/1998 tentang
UU No. 24 tahun 1992 tentang Tata Cara Peran serta Masyarakat
Penataan Ruang. dalam Proses Penataan Ruang di
Mekanisme Daerah
partisipasi masyarakat dalam proses
perencanaan pembangunan, dan
khususnya dalam perencanaan tata ruang
di Indonesia berpedoman pada beberapa
Peraturan yang berlaku yakni :
01 02 03 04
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kondisi Jaringan Jalan Poros Desa di Kecamatan
Panceng Kabupaten Gresik
Pada Desa Sukodono, Dalegan, dan Siwalan yang masuk kategori desa dengan
lokasi pembangunannya dekat dari pemukiman, tingkat partisipasi masyarakat
pada tahapan ini dimulai pada saat penyusunan proposal pembangunan termasuk
tingkat partisipasi tinggi.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap
Pelaksanaan
Pada Desa Wotan dan Ketanen yang masuk kategori desa dengan lokasi
pembangunannya jauh dari pemukiman, tingkat partisipasinya sedang.
Pada desa Sukadono, Dalegan dan Siwalan termasuk kategori tingkat partisipasi
tinggi.
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
a. Pengertian Pembangunan
Menurut Rogers dan Shoemaker (dalam Agus Suryono, 2001: 30), pembangunan
adalah suatu jenis perubahan sosial dimana ide-ide baru perkapita dan tingkat
kehidupan yang lebih tinggi melaluimetode produksi yang lebih modern dan organisasi
sosial yang lebih baik. Pembangunan adalah modernisasi pada tingkat sistem sosial.
b. Pengertian Perencanaan Pembangunan
Menurut Bintoro Tjokromidjojo dalam Khairuddin (2000: 47) perencanaan
pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan
(termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai tujuan-
tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif
Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Fisik
http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Dari beberapa tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2006-2010 telah
dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan, secara umum berjalan dengan baik, namun demikian ada beberapa hal
catatan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yaitu:
• Dari 6 (Enam) tahapan perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah di atas hanya satu proses
saja yang dilibatkan secara utuh stakeholders pelaku pembangunan yaitu tahapan Musrenbang RPJMD sebagai
perumusan hasil kesepakatan dan komitmen stakeholder. Namun hal ini sudah sesuai dengan UU No. 25 Tahun
2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
• Pelaksanaan Musrenbang lebih banyak dilakukan secara formalitas dan tidak semua komponen stakesholder
dilibatkan secara utuh dalam pelaksanaan Musrenbang tersebut. Pihak Pemerintah Kota Medan terlihat sangat
mendominasi jalannya musyawarah. Hal ini disebakan lebih banyak nya jumlah peserta dari Pihak Pemerintah Kota
Medan.
• Waktu atau durasi yang disediakan Pemerintah Kota Medan dinilai terlalu singkat. Kegiatan musrenbang ini cuma
berlangsung satu hari, mulai dari pagi hingga sore hari. Padahal kegiatan ini untuk merumuskan kebijakan 5 (lima)
tahunan daerah. Sehingga kegiatan musrenbang ini kurang dapat mengakomodir dan merumuskan permasalahan
dan solusi pembangunan yang ada di Kota Medan.
Stakeholder : semua pihak di dalam masyarakat, baik itu individu, komunitas atau kelompok
masyarakat, yang memiliki hubungan dan kepentingan terhadap sebuah organisasi/ perusahaan dan
isu/ permasalahan yang sedang diangkat.
PARTISIPASI MASYARAKAT KOTA MEDAN DALAM PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DI KEL. SEI PUTIH TENGAH, KEC.MEDAN PETISAH
KENDALA :
• Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) pada berbagai tingkatan masih bersifat seremonial, kurang
partisipasif, bahkan cenderung dianggap tidak demokratis
• lemahnya komitmen kepala daerah dalam melaksanakan hasil Musrenbang, dan kurangnya pengawalan dari
organisasi masyarakat sipil terhadap implementasi dari usulan warga. Kualitas usulan desa pada Musrenbang
kecamatan juga dinilai sangat lemah.
• Masyarakat terbiasa mengikuti peraturan tanpa partisipasi warga, Karenanya ketika kesempatan berpartisipasi
dibuka, sulit bagi mereka untuk mengubah pola pemikiran yang telah ada
• Masyarakat terlihat bingung dengan pembahasan-pembahasan tentang fisik dan prasarana apalagi tentang
pembangunan. Maka cukup beralasan apabila banyak masyarakat yang menganggap bahwa musrenbang
kelurahan bukan wadahnya sebagai tempat masyarakat.
• Perbedaan antara pengalaman berorganisasi masyarakat dengan tingkat partisipasinya
• Tidak semua anggota masyarakat juga memberikan perhatian pada apa yang terjadi didalam lingkungannya.
Sebagian masyarakat beranggaapan mereka memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Mungkin kebijakan publik
tersebut tidak berhubungan dengan kepentingannya sehingga mereka merasa tidak ada manfaatnya untuk ikut
berpartisipasi.
KESIMPULAN
Perencanaan pembangunan dengan melibatkan partisipasi masyarakat di kota medan belum berjalan
efektif dengan merata di dalam setiap wilayah Kota Medan, begitupun dengan aspek- aspek yang ada
dalam hal penanganannya sehingga dinilai masih kurang efektif, akibatnya beberapa beranggapan
partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan cenderung menghambat pencapaian tujuan
pembangunan.
Ada beberapa pertimbangan untuk kemudian tidak melibatkan partisipasi masyarakat dalam proses
pembangunan yaitu waktu yang lebih lama, serta kemungkinan besar akan banyak sekali pihak-pihak
yang menentang dan argumentasi dalam setiap proses pembangunan nantinya. Ada kalanya sebuah
kebijakan publik menuntut agar sebuah topik untuk cepat dibahas, salah satu alasannya karena
kebijakan itu mendesak. Jika melibatkan masyarakat, akan memakan waktu yang cukup lama.
Menurut Soetrisno (1995 : 48) hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan proses
pembangunan yang partisipatif adalah belum dipahaminya makna sebenarnya dari konsep partisipasi
oleh pihak perencana dan pelaksanaan pembangunan. Definisi partisipasi yang berlaku di kalangan
lingkungan aparat perencanaan dan pelaksanaan pembangunan adalah kemauan rakyat untuk
mendukung secara mutlak program-program pemerintah yang dirancang dan ditentukan tujuannya
oleh pemerintah.
PELUANG