Anda di halaman 1dari 84

EVIDENCE BASED NURSING

PENERAPAN SENAM VERTIGO (CANALITH REPOSITIONING


PROCEDURE) DENGAN EPLEY MANUEVER UNTUK MENSTABILKAN
KESEIMBANGAN TUBUH PASIEN DENGAN DIAGNOSA VERTIGO DI
RUANG RAWAT INAP TEMBESU
RUMAH SAKIT SANTA THERESIA JAMBI

SAGITA FRANSISKA
NIM : 202254059
EVIDENCE BASED NURSING:
PENERAPAN SENAM VERTIGO (CANALITH REPOSITIONING PROCEDURE)
DENGAN EPLEY MANUEVER UNTUK MENSTABILKAN KESEIMBANGAN
TUBUH PASIEN DENGAN DIAGNOSA VERTIGO
DI RUANG RAWAT INAP TEMBESU RUMAH SAKIT SANTA THERESIA JAMBI
 Vertigo adalah suatu bentuk gangguan keseimbangan yang disertai
perasaan seolah olah penderita bergerak atau berputar putar atau seolah
olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual (Puspitasari & Sumarsih, 2021).

 Vertigo merupakan satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan


orientasi di ruangan atau lingkungan sekitar (Sihombing, 2021).
 Vertigo bukan suatu gejala pusing saja, tetapi merupakan suatu kumpulan
gejala atau satu sindroma yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus,
unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah), dan pusing.

 Gejala vertigo seperti perubahan kulit yang menjadi pucat (pallor)


terutama di daerah muka dan peluh dingin (cold sweat). Gejala ini selalu
mendahului munculnya gejala mual/muntah dan diduga akibat sistem saraf
simpatik (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
VERTIGO DI RUMAH SAKIT SANTA
THERESIA:
 Di Rumah Sakit Santa Theresia pada tahun 2022, angka vertigo sangat tinggi
dan vertigo menempati urutan keempat setelah dyspepsia.

 Pada ruang-ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia, jumlah pasien
vertigo bulan Desember tahun 2022 adalah sebanyak: 18 orang pasien dan
bulan Januari 2023 adalah sebanyak: 15 orang pasien.
TERAPI KOMPLEMENTER VERTIGO:
 Pengobatan gangguan keseimbangan selain obat-obat yang diminum adalah
yaitu rehabilitasi/fisioterapi dengan latihan gerakan kepala dan badan
berupa terapi rehabilitasi vestibular (vestibular rehabilitation therapy/VRT)

 Tujuan terapi fisik untuk mengembalikan fungsi sistem vestibuler sehingga


dapat mengurangi pusing, meningkatkan keseimbangan, dan mencegah
seseorang jatuh (Racmad, 2018).
 Bentuk sederhana dari terapi fisioterapi ini adalah berupa Canalith
Reposisitioning Procedure/Treatment atau senam vertigo.
 Senam Vertigo adalah salah satu terapi komplementer alternatif bagi
pengobatan vertigo, namun banyak masyarakat yang belum mengenalnya
dengan luas (Laksmidewi, 2016) – sehingga menjadi penting untuk diteliti
dan dibuktikan pengaruhnya terhadap keseimbangan tubuh pada pasien
vertigo.
RUMUSAN MASALAH:
Bagaimana hasil Evidence Based Nursing (EBN) penerapan senam
vertigo (Canalith Repositioning Procedure/CRP) dengan Epley
Manuever untuk menstabilkan keseimbangan tubuh pasien
dengan diagnosa vertigo?
TUJUAN:
UMUM: mahasiswa mampu mengimplementasikan hasil penelitian ke dalam
asuhan keperawatan dengan terapi Senam Vertigo (Canalith Repositioning
Procedure / Treatment) untuk memperbaiki tingkat keseimbangan tubuh
pada pasien vertigo yang dirawat di ruang rawat inap Rumah Sakit St.
Theresia.

KHUSUS: mahasiswa mengetahui efektivitas penerapan hasil Evidence Based


Nursing (EBN) Terapi Senam Vertigo dalam rangka memperbaiki tingkat
keseimbangan tubuh pasien vertigo di Ruang rawat inap.
MANFAAT:
Evidence Based Pratice ini dapat menjadikan praktik baik bagi
mahasiswa dan perawat serta teman sejawat dalam pemberian
intervensi berdasarkan hasil penelitian dalam mengatasi
gangguan keseimbangan pada pasien vertigo dengan terapi
senam vertigo.
BAB II
METODE
STRATEGI PENCARIAN JURNAL:
Menggunakan framework PICOS (Hons, 2020) :
1. POPULATION/PROBLEM yaitu populasi yang akan dianalisis sesuai dengan tema
yang telah ditentukan.
2. INTERVENTION/INDICATOR merupakan suatu tindakan atau indicator dari
masalah sesuai dengan tema yang diangkat.
3. COMPARATION merupakan intervensi yang digunakan sebagai pembanding.
4. OUTCOME merupakan hasil yang diperoleh pada studi terdahulu yang sesuai dengan
tema.
5. STUDY DESIGN yaitu desain penelitian yang akan digunakan dalam artikel yang akan
direview
KRITERIA INKLUSI & EKSKLUSI:

KRITERIA PROBLEM AND INTERVENTION COMPARISON STUDY DESIGN PUBLICATION PICO LANGUAGE
POPULATION ATAU OUTCOME AND YEARS FRAME
INDICATOR PUBLICATION WORK
TYPE

INKLUSI Artikel Teknik Senam Ada Randomized Tahun 2013- Bahasa Inggris
fulltext Vertigo pembanding control trial, 2023 & Bahasa
dengan (Canalith antara terapi Quasi Indonesia
populasi Repositioning dengan Experiment,
pasien vertigo Procedure / Canalith journal
keseimbangan Treatment) Repositioning
tubuh Procedure/Tre
atment dengan
metode terapi
lainnya.
EKSKLUSI Bukan artikel Selain teknik Tidak ada Thesis, Disertasi, Sebelum tahun selain Bahasa
fulltext Senam Vertigo pembanding Not Research 2013 Inggris dan
dengan populasi (Canalith antara terapi article, Bahasa
pasien vertigo Repositioning dengan Canalith Repository, Indonesia
keseimbangan Procedure/Treat Repositioning Cross Sectional,
tubuh. ment) Procedure/Treat Correlation
ment) dengan Thesis, Disertasi,
metode terapi Not Research
lain. article,
Repository,
Cross
sectional,
Correlation
ANALISIS PICO - TELAAH JURNAL
Jurnal 1 Penulis Tahun PROBLEM: POPULASI: INTERVENSI: TUJUAN: HASIL
PENELITIAN:

Pengaruh Eni 2019 Apa pengaruh 15 pasien pasien Perlakuan untuk terapi senam
Senam Sumarliyah, Senam Vertigo vertigo pada senam vertigo membuktikan vertigo (Canalith
Vertigo Suyatno Hadi (Canalith kelompok (canalit pengaruh senam Reposition
(Canalit Saputro S Reposition perlakuan bulan reposition vertigo (Canalith Treatment) dapat
Reposition Treatment) Juni 2015 di treatment) Reposition membantu
Treatment) terhadap Rumah sakit Siti pada pasien Treatment) memperbaiki
Terhadap keseimbangan Khodijah vertigo. terhadap keseimbangan
Keseimbangan tubuh pada Sepanjang keseimbangan tubuh pada
Tubuh Pada pasien dengan tubuh pada pasien vertigo
Pasien Vertigo diagnose pasien vertigo dibandingkan
vertigo? pada kelompok yang hanya
kontrolbulan mendapat terapi
Juni 2015 di obat saja
Rumah sakit Siti
Khodijah
Sepanjang
Jurnal 2 Penulis Tahun PROBLEM: POPULASI: INTERVENSI: TUJUAN: HASIL
PENELITIAN:

Penerapan Nasir Yaqoob, 2019 Apakah Epley 41 pasien berusia Setelah untuk menunjukkan
Epley Maneuver Arif Herekar Manuever 21 - 80 tahun, persetujuan mengevaluasi hasil bahwa Manuver
untuk merupakan cara terdiri atas 27 tertulis terapi Manuver Epley Epley adalah
mengatasi yang efektif, perempuan dan 41 manuver Epley dalam mengobati prosedur yang
Benign aman dan murah laki-laki dengan diberikan Benign Paroxysmal aman, andal, dan
Paroxysmal untuk mengatasi diagnosa Benign kepada semua Positional Vertigo efektif yang dapat
Positional BPPV Paroxysmal 41 pasien yang (BPPV) dilakukan di
Vertigo (BPPV) Positional Vertigo menjadi praktek umum
(BPPV) yang populasi secara langsung
dirawat di The Taj tanpa efek samping
Medical Complex, yang signifikan
Hamdard dalam merawat
University pasien dengan
Hospital, Karachi BPPV
and National
Medical Centre,
Karachi, Pakistan
from July 2014 to
December 2016.
Jurnal 3 Penulis Tahun PROBLEM: POPULASI: INTERVENSI: TUJUAN: HASIL
PENELITIAN:

Effectiveness Suneel 2016 Terapi mana 30 pasien (usia Secara acak untuk terapi Canalith
of Canalith Kumar, yang lebih 50-70 tahun) populasi membuktikan Reposition
Repositioning Varalakshmi fektif dalam dengan keluhan dibagi tingkat Treatment lebih
Procedure Kiran Kumar, mengatasi vertigo di menjadi 2 efektivitas efektif, tidak
Versus Brandt Sreekar penyebab Narayana kelompok: 15 terapi Canalith membutuhkan
Daroff Kumar Reddy, vertigo: Senam Medical College orang pasien Repositioning banyak waktu
Exercises in Tirupati Vertigo and Hospital, mendapatkan Procedure /CRP terapi dan
Benign (Canalith Nellore, Andhra terapi dengan dibandingkan memiliki tingkat
Paroxysmal Repositioning Pradesh. Canalith terapi Brandt kejadian berulang
Positional Procedure/Tre Repositioning Daroff (less ocurrance)
Vertigo atment) atau Procedure Exercises/BDE mengalami
Subjects Terapi Brandt /CRP vertigo lebih
Daroff (Brandt (Kelompok A) sedikit
Daroff and 15 pasien dibandingkan
Exercise)? lainnya terapi Brandt
(Kelompok B) Daroff
mendapatkan Exercises/BDE
terapi Brandt  
Daroff  
Exercises/BDE
BAB III
TINJAUAN TEORI
PENGERTIAN:
 Vertigo adalah suatu bentuk gangguan keseimbangan yang disertai
perasaan seolah olah penderita bergerak atau berputar putar atau
seolah olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang
biasanya disertai dengan mual (Puspitasari & Sumarsih, 2021).
 Vertigo merupakan satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan atau lingkungan sekitar (Sihombing, 2021).
KLASIFIKASI VERTIGO:
1. VERTIGO PAROKSISMAL, yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung
beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika
serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas
keluhan. Vertigo jenis ini dibedakan menjadi :
a. Vertigo Disertai Keluhan Telinga, meliputi: morbus meniere,
arakhnoiditis pontoserebelaris, sindrom lermoyes, sindrom cogan, tumor fossa
cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen.
b. Vertigo tanpa Disertai Keluhan Telinga, meliputi: serangan iskemi sepintas, arteria
verte brobasilaris, epilepsi, migren ekuivalen, vertigo pada anak (Vertigode
L’enfance), labirin picu (trigger labyrinth)
c. Vertigo yang dipengaruhi oleh perubahan posisi, meliputi: vertigo posisional
paroksismal laten, vertigo posisional paroksismal benigna.
2. VERTIGO KRONIS, yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan
akut, dibedakan menjadi:
a. Vertigo Disertai Keluhan Telinga: otitis media kronika, meningitis tb, labirintitis
kronis, lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin.
b. Vertigo Tanpa Keluhan Telinga: kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom
pascakomosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel,
kelainanokuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler,
kelainanendokrin.
c. Vertigo yang dipengaruhi Posisi: hipotensi ortostatik, vertigo servikalis.
3. VERTIGO DENGAN SERANGANNYA MENDADAK/AKUT, kemudian berangsur-angsur
berkurang, dibedakan menjadi :
a. Vertigo Disertai Keluhan Telinga: Trauma labirin, herpes zoster otikus,
labirintitisakuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera
pada auditivainterna/arteria vestibulokoklearis.
b. Vertigo Tanpa Keluhan Telinga: neuronitis vestibularis, sindrom arteriavestibularis
anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosismultipleks,
hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
ETIOLOGI:
Penyebab umum dari Vertigo (Israr, 2008):
a. Keadaan lingkungan: Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
b. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin
c. Kelainan sirkulasi: Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri
basile
d. Kelainan di telinga: Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo) yaitu
e. Kelainan Neurologis
PATOFISIOLOGI
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari:
1) OTOLOGI (meniere, parese N VIII, dll.)
2) NEUROLOGI (gangguan visus, multiple sklerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologik lainnya)
3) HIPERTENSI DAN TEKANAN DARAH YANG TIDAK STABIL (tekanan darah naik turun).
Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga, akibatnya fungsi
telinga akan keseimbangan terganggudan menimbulkan vertigo.  
4) PSIKIATRIK meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat mempengaruhi
tekanan darah pada seseorang.
TANDA & GEJALA VERTIGO
KOMPLIKASI VERTIGO

CIDERA KELEMAHAN
FISIK OTOT
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

MANUVER
PEMERIKSAAN
NYLEN BARANG
LABORATORIUM
ATAU MANUVER
DAN EKG
HALLPIKE

PERMERIKSAAN
PENUNJANG

TES ROMBERG
SALAH TUNJUK
YANG
(POST-POINTING)
DIPERTAJAM

TES MELANGKAH
DITEMPAT
(STEPPING TEST)
ANALISIS PICO:
BAB 3
TINJAUAN TEORI

Vertigo (gangguan keseimbangan) merupakan suatu istilah


yang berasal dari Bahasa latin vertere yang berarti
memutar. Vertigo seringkali dinyatakan sebagai rasa
pusing, sempoyongan, rasa melayang, badan atau dunia
sekelilingnya berputar-putar (Pulungan, 2018). Vertigo
merupakan suatu ilusi gerakan, biasanya berupa sensasi
berputar yang akan meningkat dengan perubahan posisi
kepala (Kusumastuti & Sutarni, 2018).
Klasifikasi Vertigo
Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok:
• Vertigo Paroksismal
vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit
atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut
dapat muncul lagi
• Vertigo Kronis
yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut
• Vertigo dengan Serangannya Mendadak/Akut

kemudian berangsur-angsur berkurang, dibedakan menjadi :

1) Vertigo Disertai Keluhan Telinga: Trauma labirin, herpes zoster otikus,


labirintitisakuta, perdarahan labirin, neuritis n.VIII, cedera pada auditivainterna/arteria
vestibulokoklearis.

2) Vertigo Tanpa Keluhan Telinga: neuronitis vestibularis, sindrom arteriavestibularis


anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosismultipleks, hematobulbi,
sumbatan arteria serebeli inferior posterior.
Etiologi Vertigo
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan
keseimbangan melalui organ keseimbangan yang
terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini
memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh
kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang
menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan
dengan kelainan penglihatan atau perubahan
tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba.
Penyebab umum dari Vertigo (Israr, 2008):

1. Keadaan lingkungan: Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)


2. Obat-obatan : Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi: Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basile
4. Kelainan di telinga: Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
5. Kelainan Neurologis
1) Sklerosis multiple

2) Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya

3) Tumor otak

4) Tumor yang menekan saraf vestibularis.


Patofisiologi Vertigo
HEMODINAMIK

 Hemodinamika erat kaitannya dengan mekanisme sirkulasi darah dalam tubuh


(Saputro, 2013).

 Hemodinamik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan volume, jantung, dan
pembuluh darah. Hemodinamik ini diatur oleh system saraf simpatik dan parasimpatik
(Katili, 2015).

 Dalam konteks medis, istilah hemodinamik merujuk pada ukuran dasar fungsi
kardiovaskular, seperti tekanan arteri atau curah jantung (Secomb, 2017).
PEMANTAUAN HEMODINAMIK

 PEMANTAUAN HEMODINAMIK
 pengamatan parameter fisiologi dari sistem kardiovaskular, dibutuhkan untuk
pasien yang dirawat di unit perawatan intensif karena ketidakstabilan hemodinamik
yang menyebabkan ketidakseimbangan antara pengiriman dan permintaan oksigen
(Huygh, 2016)

 KETIDAKSTABILAN HEMODINAMIK
 didasari atas 3 (tiga) kelainan hemodinamik utama, yaitu 1) perubahan volume
sirkulasi (hipovolemia), 2) disfungsi jantung dan 3) perubahan tonus vaskular
(misalnya syok vasoplegik pada sepsis) yang akan mengakibatkan disfungsi organ,
gagal multi organ, dan akhirnya kematian (Teboul, 2016)
PASIEN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF DIBAGI ATAS:
pasien dengan hemodinamik stabil dan tidak stabil

Pasien dengan hemodinamik stabil


Pasien dengan hemodinamik tidak
membutuhkan pemantauan tidak
stabil atau berisiko tidak stabil harus
lebih dari elektrokardiografi
mendapatkan akses arterial untuk
kontinu, pengukuran tekanan
pengukuran tekanan darah invasif
darah tidak invasif secara regular,
kontinu dan analisa gas darah regular
dan saturasi oxygen perifer (SpO2).

(Huygh, 2016).
KOMPONEN HEMODINAMIK

1. VOLUME (darah dan cairan)


2. PEMBULUH DARAH (arteri, vena, dan kapiler)
3. JANTUNG SEBAGAI POMPA

Susanto (2015)
FOOT MASSAGE: PENGERTIAN
Massage merupakan terapi paling
efektif untuk menurunkan tekanan
darah pada hipertensi karena dapat
menimbulkan efek relaksasi pada otot-
otot yang kaku sehingga terjadi
vasodilatasi yang menyebabkan
tekanan darah turun secara stabil.
 FOOT MASSAGE merupakan salah satu terapi
komplementer yang aman dan mudah diberikan dan
mempunyai efek meningkatkan sirkulasi, mengeluarkan
sisa metabolisme, meningkatkan rentang gerak sendi,
mengurangi rasa sakit, merelaksasikan otot dan
memberikan rasa nyaman pada pasien (Afianti, 2017).
 FOOT MASSAGE adalah manipulasi jaringan lunak pada
kaki secara umum dan tidak terpusat pada titik-titik
tertentu pada telapak kaki yang berhubungan dengan
bagian lain pada tubuh (Abduliansyah, 2018).
 FOOT MASSAGE bertujuan untuk menurunkan tekanan
darah, mengurangi kegiatan jantung dalam memompa,
dan mengurangi mengerutnya dinding-dinding pembuluh
nadi halus sehingga tekanan pada dinding-dinding
pembuluh darah berkurang dan aliran darah menjadi
lancar sehingga tekanan darah akan menurun (Patria,
2019).
FOOT MASSAGE sebagai terapi NON FARMAKOLOGI
PIJAT KAKI memberikan FOOT MASSAGE sebagai intervensi
kenyamanan seperti rasa relak yang digunakan pada pasien kritis di
pada tubuh, mengurangi persepsi Ruang ICU mampu merangsang
nyeri, memperbaiki kualitas tidur, sirkulasi peredaran darah yang dapat
dengan mempengaruhi sistem membuat suasana hati pasien
lokomotor dan sistem saraf serta menjadi nyaman, relaks, dan
sistem kardiovaskular. Naikwadi, memiliki pengaruh yang positif
dkk. (2020) sehingga akan mempengaruhi
stabilitas hemodinamik pasien.
Wuisan(2019) dan Ginting (2018)
TAHAPAN FOOT MASSAGE

TAHAP PERSIAPAN
1. Menyediakan alat
2. Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan.
3. Mencatar parameter Hemodinamik pasien

TAHAP KERJA
1. Massage bagian punggung kaki
2. Massage bagian telapak kaki

TAHAP EVALUASI & MONITORING


1. Evaluasi Parameter Hemodinamik
BAB III
PENERAPAN EVIDENCE BASED NURSING (EBN)
TELAAH JURNAL
PEMBAHASAN JURNAL
 Kedua jurnal menunjukkan bahwa pada pasien-pasien yang dirawat
di ICU dengan masalah gangguan pada jantung akan mengalami
ketidakstabilan hemodinamik.
 Pada jurnal 1 dan 2, Terapi Foot Massage dilakukan kepada
responden pasien yang dirawat di ruang ICU selama 2 bulan yang
mengalami ketidakstabilan tensi, nadi, dan pernafasan.
 Berdasarkan hasil pengamatan, para pasien mengalami penurunan
tensi nadi serta pernafasan setelah dilakukan terapi foot massage
selama 30 menit.
 Berdasarkan penelitian di atas pula, foot massage yang dilakukan
kepada pasien kritis di ICU memberikan manfaat dalam
menstabilkan hemodinamik pada tekanan darah, nadi, MAP dan
respirasi.
IMPLEMENTASI
PEMBAHASAN INTERVENSI
DATA TTV SEBELUM dilakukan terapi foot massage adalah:
 TD: 140/90 MmHg HR: 90x/mnt RR: 32x/mnt terpasang O2 3 liter per menit
nasal canul SPO2: 97%, pasien mengeluh lemas dan sesak.

SETELAH DILAKUKAN terapi foot massage selama 3 (tiga) hari terjadi


perbaikan terhadap tanda-tanda vital pasien.
 TD: 130/90 MmHg HR: 80x/mnt RR: 30x/mnt SPO2 : 99% dengan O2 2liter
nasal dan 95 % O2 udara bebas.
 Pasien mengatakan sesak berkurang dan lemas berkurang. Pasien terlihat
lebih rieks dari sebelum dilakukan terapi foot massage.

Hal itu menunjukkan bahwa penerapan terapi MEMBERIKAN RESPON


POSITIF PADA PERBAIKAN TTV PASIEN DAN KELUHAN PASIEN.
HAMBATAN

 Hambatan yang dialami penulis adalah KURANGNYA JUMLAH RESPONDEN karena


penulis hanya bisa menerapkan terapi foot massage kepada 1 (satu) orang pasien,
sebab saat penulis bertugas/berdinas hanya ada 1 (satu) orang pasien dengan CHF
yang dirawat di Rumah Sakit Santa Teresia Jambi.

 Kurang banyaknya sampel penelitian membuat penulis tidak bisa membandingkan


pengaruh terapi foot massage terhadap satu pasien dengan pasien yang lainnya.
BAB IV
SIMPULAN

Aplikasi terapi foot massage TERBUKTI BERHASIL diterapkan pada pasien dengan diagnosa CHF di Ruang
ICU Rumah Sakit Santa Theresia Jambi.
Sebelum diakukan Terapi foot massage, pasien mengalami ketidakstabilan pada tensi darah, HR, RR dan
SPO2. Setelah dilakukan therapi foot massage selama 3 (tiga) hari berturut-turut, keluhan lemas pada pasien
pun berkurang,
 Tensi darah mulai stabil di sekitaran angka 130/90MmHg sd140/90 MmHg. HR yang semula 90 - 99 x/menit,
setelah mendapatkan terapi menjadi 80x/mnt – 88 x/mt.
 pernafasan yang semula 32x/mnt dengan SPO2 93% setelah mendapatkan terapi SPO2 menjadi tinggi di
atas 95%.
SARAN
BAGI PERAWAT & RUMAH SAKIT:
 Aplikasi terapi foot massage menjadi pilihan terapi non farmakologi dalam
asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan ketidak
seimbangan hemodinamik
 Selain karena mudah dilakukan dan tidak beresiko, terbukti pula dapat
meningkatkan kestabilan hemodinamik pada tensi, nadi, MAP, RR dan
saturasi oksigen.
BAGI PENDIDIKAN DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN
 Terapi foot massage ini dapat digunakan sebagai bagian dari materi belajar
mengajar sebagai upaya menstabilkan hemodinamik pada pasien yang dirawat di
ruang ICU maupun ruangan rawat inap lainnya.
BAGI PENELITI SELANJUTNYA
 Akan ada penelitian lanjutan dengan pemberian terapi foot massage bagi
pasien-pasien yang mengalami ketidakstabilan hemodinamik di ruangan rawat inap
DAFTAR PUSTAKA (1)

Aaronson, I. Philip. and Ward, P.T. Jeremy., (2010). At a Glance Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Adam Ginting, Dameria (2020) Pengaruh Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur Pasien.
Afianti & Mardhiyah (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang ICU
Ardini, Desta N. (2017). Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia Lanjut dengan Usia Dewasa Di
Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari - Desember 2016. Semarang: UNDIP
Ainun, H., Ndruru, G. B., Baeha, K. Y., & Sunarti. (2020). PENGARUH TERAPI MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI PANTI JOMPO YAYASAN GUNA BUDI BAKTI MEDAN TAHUN
2020. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 6(2), 93-98. https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v6i2.388
 
DAFTAR PUSTAKA (2)

Ardiansyah. & Huriah, T. (2019). Metode Massage Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi: a
Literatur Review. Jurnal Penelitian Keperawatan, 5(1). https://doi.org/10.32660/jurnal.v5i1.334
Abduliansyah, M. R. (2018). Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Hipertensi Primer dengan Intervensi
Inovasi Terapi Kombinasi Foot Massage dan Terapi Murrotal Surah Ar- Rahman terhadap Penurunan Tekanan
Darah di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Sama. Karya Ilmiah Akhir Ners, 1–45.
https://dspace.umkt.ac.id/handle/463.2017/760

Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien di Ruang
ICU. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(1), 86–97. https://doi.org/10.24198/jkp.v5n1.10

Çankaya, A., & Saritaş, S. (2018). Effect of Classic Foot Massage on Vital Signs, Pain, and Nausea/Vomiting
Symptoms After Laparoscopic Cholecystectomy. Surgical laparoscopy, endoscopy & percutaneous
techniques, 28(6), 359–365.
DAFTAR PUSTAKA (3)

Daud & Sari. (2020). Pengaruh Terapi Pijat Kaki terhadap Status Hemodinamik pada Pasien Terpasang Ventilator
di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Ulin Banjarmasin. Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Journal of Nursing
Invention Vol.1 No.1 2020
 
Dr. Aruna (2017). Effectiveness of Foot Massage On Pain, Heart Rate Among Patient Underwent Abdominal
Surgery, International Journal of Development Research, 7, (11), 16708-16710
 
De Backer D (2016) What is the role of invasive hemodynamic monitoring in critical care?. Dalam : Deutschman
CS, Neligan PJ, penyunting. Evidence-Based Prac Crit Care. Elsevier; 2016. Hlm. 83–7
 
Ferguson RP, Phelan T, Haddad T, Hinduja A, Dubin NH. (2008) Survival after in-hospital cardiopulmonary
resuscitation. Southern Medical Journal. Oct;101(10):1007-1011. DOI: 10.1097/smj.0b013e318184ac77. PMID:
18791505.
DAFTAR PUSTAKA (4)

Gattinoni, L., Taccone, P., Carlesso, E., & Marini, J. J. (2013). Prone position in acute respiratory distress
syndrome. Rationale, indications, and limits. American journal of respiratory and critical care
medicine, 188(11), 1286–1293. https://doi.org/10.1164/rccm.201308-1532CI
 
Hans-Joachim, Trappe. (2012). Tachycardias. What must the emergency physician know. Medizinische Klinik,
107(5):351-357. doi: 10.1007/S00063-012-0079-0
 
Huygh J, Peeters Y, Bernards J, Malbrain MLNG. (2016). Hemodynamic monitoring in the Critically ill: an
overview of current cardiac output monitoring methods. F1000Research 2016;5: 2855.
 
Jevon, P & Ewens, B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis, Edisi 2. Jakarta : Erlangga.
 
Jayanti, N. (2020). Gagal Jantung Kongestif. Dimuat dalam
http://rentalhikari.wordpress.com/2010/03/22/lp-gagal-jantung-kongestif/ (diakses pada 6 Februari 2021)
DAFTAR PUSTAKA (5)

Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses & Praktik. Jakarta:
EGC
Kurniawan, Kristinawati & Widayati. (2019). Aplikasi Foot Massage untuk Menstabilkan Hemodinamik di Ruang
Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Pusat dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. The 10th University Research
Colloqium 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Kushariyadi, Setyoadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Penerbit: Salemba
Medika. Jakarta.
Leksana, Ery. (2011). Pengelolaan Hemodinamik. Jurnal CDK. No.38 vol.7. Semarang : RSUP Kariadi.
Malbrain, M.L.N.G., Van Regenmortel, N., Saugel, B. et al. (2018). Principles of fluid management and
stewardship in septic shock: it is time to consider the four D’s and the four phases of fluid therapy. Ann.
Intensive Care 8, 66 https://doi.org/10.1186/s13613-018-0402-x
DAFTAR PUSTAKA (6)

Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Matondang, Wahidiyat, Sastroasmoro. (2009). Diagnosis Fisis pada Anak, CV Sagung Seto, Jakarta
Mehta Y, Arora D. (2014). Newer Methods of Cardiac Output Monitoring. World J Cardiol;6(9):1022–9.
Morton, P.G. and Fontaine, D.K. (2009) Critical Care Nursing, a Holistic Approach. 9th Edition, J.B Lippincott
Company, China.
Naikwadi et al., (2020). Effectiveness of Foot Massage on Quality of Sleep among Patients with Hypertension
Patria, A. (2019). Pengaruh Masase Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok Dewasa
yang Mengalami Hipertensi. Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, 7(1), 48.
https://doi.org/10.47218/jkpbl.v7i1.60
DAFTAR PUSTAKA (7)

Potter dan Perry. (2011). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses, dan Practice. Jakarta: EGC
Ristanto, R. (2017). Hubungan Respiratory Rate (RR) dan Oxygen Saturation (SpO2) Pada Klien Cedera
Kepala. Jurnal Kesehatan Hesti Wira Sakti, 5(2), 85-90. Retrieved from
https://jurnal.poltekkes-soepraoen.ac.id/index.php/HWS/article/view/206
Sherwood, L. (2014). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Soemah & Khotimah. (2015). Pengaruh aromaterapi bunga lavender terhadap kualitas tidur lansia di RSU Dr
Wahidin Sudiro Husodo Jurnal Keperawatan Bina Sehat, 11 (1)
Sundana, K. (2014). Ventilator Pendekatan Praktis Di Unit Perawatan Kritis. Bandung: CICU Bandung
Sutanto. (2010). Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern (Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol, dan
Diabetes). Yogyakarta: Andi
DAFTAR PUSTAKA (8)

Teboul JL, Saguel B, Cecconi M, De Backer D, Hofer CK, Monnet X, dkk. (2016). Less Invasive Hemodynamic
Monitoring in Critically Ill Patients. Inten Care Med. ;42(9):1350– 9.
Truijen J, Lieshout JJ, Wesselink WA, Westerhof BE. (2012). Noninvasive continuous hemodynamic monitoring. J
Clin Monit Comput.; 26:267–78.
Tussolihah, M., & Hidayat, F. R., (2018). Analisa Praktek Klinik Keperawatan pada Pasien Coronary Artery
Disease (CAD) NON STEMI dengan Intervensi Inovasi Terapi Pijat Kaki terhadap Kualitas Tidur di Ruang Intensive
Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018.
Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Unal, K. S., & Akpinar, R. B., (2016). The effect of foot reflexology and back massage on hemodialysis patients'
fatigue and sleepquality. Complementary therapies in clinical practice, 24, 139- 144.
DAFTAR PUSTAKA (9)

Teboul JL, Saguel B, Cecconi M, De Backer D, Hofer CK, Monnet X, dkk. (2016). Less Invasive Hemodynamic
Monitoring in Critically Ill Patients. Inten Care Med. ;42(9):1350– 9.
Truijen J, Lieshout JJ, Wesselink WA, Westerhof BE. (2012). Noninvasive continuous hemodynamic monitoring. J
Clin Monit Comput.; 26:267–78.
Tussolihah, M., & Hidayat, F. R., (2018). Analisa Praktek Klinik Keperawatan pada Pasien Coronary Artery
Disease (CAD) NON STEMI dengan Intervensi Inovasi Terapi Pijat Kaki terhadap Kualitas Tidur di Ruang Intensive
Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Tahun 2018.
Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika
Unal, K. S., & Akpinar, R. B., (2016). The effect of foot reflexology and back massage on hemodialysis patients'
fatigue and sleepquality. Complementary therapies in clinical practice, 24, 139- 144.
DAFTAR PUSTAKA (10)

Waghmare, L. S., & Srivastava, T. K. (2016). Conceptualizing physiology of arterial blood pressure regulation
through the logic model. Advances in physiology education, 40(4), 477–479.
https://doi.org/10.1152/advan.00074.2016
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh
Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Wuisan, Y. S. (2019). Pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada pasien di ruangan intensif RSUD dr H.
MM Dunda Limbo. Skripsi
LEMBAR
PELAKSANAAN
KEPERAWATAN
HARI Ke-1
LEMBAR
PELAKSANAAN
KEPERAWATAN
HARI Ke-2
LEMBAR
PELAKSANAAN
KEPERAWATAN
HARI Ke-3
LEMBAR
OBSERVASI TANDA-
TANDA VITAL
DOKUMENTASI
KEGIATAN
DOKUMENTASI
KEGIATAN
DOKUMENTASI
KEGIATAN
DOKUMENTASI
KEGIATAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai