Anda di halaman 1dari 9

RELASI KUASA POLITIK

AGAMA DALAM
MEMAHAMI MANIFESTASI
POLITIK IDENTITAS DAN
MULTIKULTURAL
Hello Kami!
Rivadho
Selsa

2
Latar Belakang

▪ Politik identitas merupakan suatu jenis aktivitas politik yang dikaji


secara teoritik berdasarkan pada pengalaman-pengalaman persamaan
golongan tertentu, seperti golongan etnik, gender, agama dan lain-
lain. Selain itu, kajian mengenai relasi antar politik identitas juga
masih menjadi isu yang sangat sering sekali dibahas dikalangan
masyarakat terutama kajian mengenai relasi politik identitas dengan
politik agama.

3
▪ Politik agama secara pengertiannya adalah sebuah kebijakan, keputusan
atau ketetapan dan pandangan negara tentang agama atau pandangan
keagamaan tentang politik yang berkembang disuatu negara.
Sedangkan, manifestasi politik identitas dapat dikatakan sebagai
perwujudan dari politisasi untuk mengedepankan kepentingan-
kepentingan dari anggota-anggota suatu kelompok yang memiliki
kesamaan identitas.

4
▪ Merujuk pada teori pembangunan identitas yang dikemukakan Castells
diatas, dapat dikatakan bahwa relasi antara politik agama dengan
manifestasi politik identitas dibagi menjadi tiga, yaitu;
▪ 1. Legitimazing Identity (Identitas Lembaga)
▪ 2. Resistence Indenity (Identitas Resistensi)
▪ 3. Project Identity (Identitas Project)

5
Relasi Politik agama dalam hal ini bisa menempati posisi sebagai sumber dan
sarana-sarana yang diperlukan bagi elit politik baik tingkat lokal maupun tingkat
nasional.

Contohnya adalah terbentuknya partai amanat nasional (pan), partai kebangkitan


bangsa (pkb), dll. Partai-partai tersebut sama-sama memiliki simbol agama untuk
mendulang kekuatan dan kemenangan politik.

6
Kekuasaan juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan pemangku
kepentingan, kekuasaan merupakan satu dimensi dari relasi. Dimana
ada relasi, di sana ada kekuasaan. (Muji Sutrisno, 2005)

Relasi kuasa (power relation) adalah hubungan antara suatu kelompok dengan
kelompok lainnya berdasarkan ideologi tertentu.

7
Tokoh ulama sebagai representasi poltiik identitas
dan cultural masyarakat.

Tokoh agama atau ulama mempunyai status sosial tinggi, kemudian


menjadi elit lokal yang memiliki relasi serta kekuasaaan dan akhirnya
masuk ke dalam struktur organisasi politik.

Menurut penjelasan Clifford Geetz (1981) tokoh agama atau ulama ini
disebut sebagai cultural broker. Tahapan inilah yang kemudian
menjadikan tokoh agama atau ulama sebagai komoditas partai politik.

8
9

Anda mungkin juga menyukai