Anda di halaman 1dari 17

Ekonomi Syari’ah

Prinsip-Prinsip dan Kaidah Transaksi Dalam


Ekonomi Syari’ah

Kelompok 3
Aji sonjaya
Ditha Rahayu Ruswandi
Revan Bilal Awaluddin
Triany Azzahra
Prinsip – Prinsip
Transaksi Dalam
Ekonomi syari’ah

Kaidah Transaksi
Dalam Ekonomi syari’ah
Prinsip – Prinsip Transaksi Dalam Ekonomi Syari’ah

Ekonomi Syari’ah merupakan salah satu cabang ilmu ekonomi yang menggunakan syari’at Islam sebagai landasan teori
dan pelaksanaannya.

Prinsip ekonomi syari’ah secara garis besar mengajarkan bahwa harta bukanlah satu-satunya tujuan kehidupan di dunia,
namun harta hanyalah fasilitas atau sarana untuk beribadah kepada Allooh SWT.
1. Prinsip Wadi’ah

2. Prinsip Jual Beli

3. Prinsip
Kerjasama Usaha

4. Prinsip Jasa

5. Prinsip Pinjaman
1. Prinsip Wadi’ah
Kata Wadhi’ah berasal dari wada asy syai-a yaitu meninggalkan sesuatu. Sesuatu yang
ditinggalkan seseorang pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah, karena dia
meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga. Secara harfiah, Al-wadi’ah dapat
diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak yang lain, baik individu maupun badan
hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendakinya.

Wadi’ah dibedakan menjadi dua, yaitu :

 Wadi’ah Yad Amanah


 Wadi’ah Yad Ad-Dhomanah
2. Prinsip Jual Beli (Murabahah)

 Ba’i Bitsaman Ajil

 Ba’i Salam

 Ba’i Isthisna

 Ba’i Musawamah
3. Prinsip Kerjasama Usaha (Syirkah)

 Musyarakah

 Mudharabah
4. Prinsip Jasa

 Wakalah

 Hiwalah

 Kafalah

 Rahn
5. Prinsip Pinjaman

 Qardh

 Qardhul Hasan
Kaidah adalah patokan atau ukuran sebagai pedoman
bagi manusia dalam bertindak. Kaidah juga dapat
dikatakan sebagai aturan yang mengatur perilaku
manusia dan perilaku sebagai kehidupan
bermasyarakat.
Kaidah - kaidah Fiqh dalam Transaksi (‘Aqad)

“Hukum pokok pada akad adalah kerelaan kedua belah pihak yang mengadakan akad
dan hasilnya apa yang saling ditentukan dalam akad tersebut.”

Al aslu fil aqdiri dhol muta’aqidayni wa natiijatuhu maa ‘iltidza maa hu bit ta’aqudi
“Akad yang batal tidak menjadi sah karena dibolehkan.”

Albatilu laa yaqbalu ‘ijadzah


“Apabila sesuatu akad batal, maka batal pula yang ada dalam tanggungannya.”

‘idzaa batholasy syai’u bathola maa fii dhomnihi


“Akad yang objeknya suatu benda tertentu adalah seperti akad terhadap manfaat benda
tersebut.”

Al’aqdu ‘ala a’yaa ni kaa ‘aqdi ‘ala manaa fi’ihaa


“Tidak sempurna akad tabarru’ kecuali dengan penyerahan barang.”

Laa yatimmut tabarru’u ‘illa bii qobdhi


KESIMPULAN

Pada hakikatnya prinsip-prinsip dan kaidah dalam transaksi syari’ah sangat diperlukan,
bukan hanya untuk kepentingan di dunia, tetapi juga kepentingan di akhirat, di masa
yang kekal.
ً‫شكرا‬

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai