PERANCANGAN BANGUNAN
TEKNIK SIPIL
PERENCANAAN JEMBATAN BETON BERTULANG 3
BENTANG MENERUS, KAMPUS UDAYANA
BUKIT, JIMBARAN
KELOMPOK 1B
BAB I
ANALISIS GEOMETRI JEMBATAN
JEMBATAN BETON BERTULANG 3 BENTANG MENERUS,
KAMPUS UDAYANA BUKIT, JIMBARAN
SURVEY LAPANGAN DAN LOKASI JEMBATAN
Berdasarkan hasil survai yang telah di lakukan di dapatkan data sebagai berikut :
Lebar Jl. Sri Ratu Mahendratta : 5,5 m
Lebar Jl. Perum Pasraman Unud : 3,8 m
(Berdasar asumsi bahwa jembatan tersebut akan digunakan sebagai sarana
penghubung lalulintas Mahasiswa maka dipilih lebar ruas jalan jembatan yaitu
5,5 m.)
Lebar Rencana Trotoar :2m
Dengan dasar asumsi bahwa mahasiswa lebih banyak yang berjalan kaki
karena jarak asrama dekat dengan kampus.
Lebar Jembatan : 5,5 + @2 m : 10,4 m
Panjang Jembatan : 40 m
(Deangan dasar asumsi dilakukan cut and fiil untuk mendapatkan kelandaian
jalan dan jembatan yang di rencanakan.)
Analisis Muka Air Normal : 3,5 m
Pada saat survey lokasi di dapati keadaan bendungan sedang kering sehingga,
dari hasil pengukuran dan pengamatan visual yang telah kami lakukan di
dapatkan ketinggian muka air normal sebesar 3,5 m dari dasar bendung
3
ANALISIS TINGGI BEBAS/CLEARANCE
4
DATA TANAH DASAR PADA LOKASI PONDASI
JEMBATAN
dimana :
N = nilai SPT disekitar ujung tiang (Blows/feet)
Db = Panjang tiang pancang yang tertanam dalam pasir
Gesekan kulit (friksion) :
5
DATA TANAH DASAR PADA LOKASI PONDASI
JEMBATAN
Tabel Perhitungan daya dukung tanah ijin berdasarkan data SPT Untuk Pondasi dalam
(diameter 0.45 m)
6
DATA TANAH DASAR PADA LOKASI PONDASI
JEMBATAN
Tabel Perhitungan daya dukung tanah ijin berdasarkan data SPT Untuk Pondasi dalam
(diameter 0.40 m)
7
DATA TANAH DASAR PADA LOKASI PONDASI
JEMBATAN
Tabel Perhitungan daya dukung tanah ijin berdasarkan data SPT Untuk Pondasi dalam
(diameter 0.30 m)
8
Sumber : Report soil test, Laboratorium Mekanika Tanah. Universitas Udayana
POTONGAN MELINTANG DAN MEMANJANG
JEMBATAN
10
Gambar Potongan Melintang Jembatan B-B Gambar Potongan Melintang Jembatan C-C
POTONGAN MELINTANG DAN MEMANJANG
JEMBATAN
11
BAB II
PERENCANAAN STRUKTUR ATAS
JEMBATAN BETON BERTULANG 3 BENTANG MENERUS,
KAMPUS UDAYANA BUKIT, JIMBARAN
PEMILIHAN TIPE JEMBATAN
Di Rekomendasikan
Beton Bertulang
memerukan biaya pemeliharan yang tinggi tetapi kurang dalam segi estetika
Alternatif I
Menerus
tetapi dengan penataan area sekitar jembatan yang baik dapat meningkatkan
estetikanya.
Biaya Awal Biaya Perawatan Pelaksanaan Estetika Durability Total
5 4 4 3 4 20
Dari segi waktu pengerjaan bisa lebih cepat dan hampir tidak memerlukan
Rekomendasikan
Beton Prategang
perawatan ksusus, tetapi biaya awal lebih mahal serta dalam pelaksanaannya
Alternatif II
Tidak di
membutuhkan keahlian khusus.
Rekomendasikan
Mudah dalam pelaksanaannya tetapi baja memerlukan biaya perawatan yang
Alternatif III
Tidak di
Bentang
Rekomendasikan
Alternatif IV
Tidak di
Biaya Awal Biaya Perawatan Pelaksanaan Estetika Durability Total
3 3 3 5 5 19
13
PRELIMINARY DESIGN
15
Gambar Potongan Melintang Jembatan B-B Gambar Potongan Melintang Jembatan C-C
DATA MATERIAL
Mutu Beton
Mutu Beton
Kuat Tekan Beton (fc’) = 30 MPa
Modulus Elastisitas (Ec = 4700 x √𝑓𝑐′) = 25742,96 N/mm2
Angka Poisson (u) = 0,2
Modulus Geser (G ) = Ec/[2x(1+u)]) = 9901 N/mm2
Mutu Baja
Tegangan leleh baja (fy) = 400 MPa
Modulus Elastisitas Baja (Es) = 200000 N/mm2
Specific Gravity
Berat Beton Bertulang (Wc) = 24 kN/m3
Berat Beton tidak Bertulang (Wc’) = 23 kN/m3
Berat Aspal (Wa) = 22 kN/m3
16
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
A
B C
D
DMSmax = 232,47 kN
A B
C D
17
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
• B e b a n M a t i Ta m b a h a n ( M A )
Posisi Beban "MA"
A B
Beban Mati Tambahan (MA) C
D
Berat Aspal = ta x B1 x Wa RMA (kN) :
= 0,05 x 22 x 1,925
= 2,1175 kN/m ( Merata )
Trotoar = tt x W'c
= 0,25 x 24 x 2
A B
= 11,5 kN/m ( Merata ) C
MMAmax = 59,54 kN.m D
Realing = 10,396 kN
A B
C
D
DMSmax = 21,2 kN
A B
C D
18
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
= 7,875 kPa
QTD = 7,875 x 1,925 A
B
= 15,159 kN/m C D
19
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
A B
C
D
DTDmax = 199,42 kN A B
C
D
MTDmax = 794,84 kN.m
A B
C A B
RTD (kN) : D
C
D
RTD (kN) :
A B
C
D B
Posisi BGT dan BTR untuk MTD Max Bentang L2 = 20 m A C
D
20
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
Posisi BGT dan BTR untuk DTD Max Bentang L2 = 20 m Posisi BGT dan BTR untuk MTD Max Pada titik B
A B
C
DTDmax = 223,7 kN D A B
C D
MTDmax = 721,12 kN.m
B
A
C
D A B
RTD (kN) : C D
RTD (kN) :
A B
C D
A B
C D
21
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
b. Gaya rem (TB) = 5 % dari berat truk rencana ditambah beban lajur tergabi rata BTR
Bentang 10 m, BTR = 9 kPa
= 5% (500+ (9 x s x L))
= 33,66 kN
Dipilih nilai yang terbesar = 56,25 kN Gambar 2. Pembebanan Rem Pada Balok
Beban Titik akibat gaya rem :
x = 4 - 9 (Pasal 8.4.1 SNI 1725-2016)
Untuk mendapatkan nilai PTB max digunakan lengan momen (x) minimum
x=5+4 = 9m
PTB = 1,8/x *TTB = 11,25 kN Untuk 1 lajur
Maka untuk 1 balok = Jml lajur/Jml.balok
= 2,25 xkNPTB
22
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
• A N A L I S I S B E B A N G AYA R E M
1) Pada bentang L1 = L3 = 10 m
Posisi beban agar MTB max bentang L1 = L3 = 10 m
Posisi beban agar DTB max bentang L1 = L3 = 10 m
A B
C
MTBmax = 4,84 kN.m D
A B
C
D
DTDmax = 2,2 kN
A B
C
D
A
RTB (kN) : B C
D
RTB (kN) :
A
B
D A B
C
C D
23
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
• A N A L I S I S B E B A N G AYA R E M
2) Pada bentang L2 = 20 m
Posisi beban agar MTB max bentang L2 = 20 m Posisi beban agar DTB max bentang L2 = 20 m
RTB (kN) :
RTB (kN) :
24
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
• A N A L I S I S B E B A N G AYA R E M
3) Pada titik B
Posisi PTB agar Momen Negatif max
A B
C
D
MTBmax = 4,21 kN.m
A B
C
D
25
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
26
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
27
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
28
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
29
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
30
Pembebanan dan Gaya Dalam Balok Bertulang
Geser Maksimum
Momen Pada Bentang L2 = 20 m
Dmax = 344,59 kN
Mmax L2 = 770,92 kN.m
31
Penulangan Lentur Balok Girder
33
Penulangan Lentur Balok Girder
34
Penulangan Lentur Balok Girder
35
Penulangan Lentur Balok Girder
36
Penulangan Lentur Balok Girder
37
Penulangan Geser Balok Girder
Penulangan Geser
38
Kontrol Lendutan
39
Penulangan Lentur Diafragma
40
Penulangan Geser Diafragma
41
P e n u l a n g a n R e a l i n g d a n Tr o t o a r
sistem pengaman lalu lintas secara struktur dan geometrik harus tahan terhadap
benturan kendaraan. Beberapa hal yang perlu diperhitungkan antara lain:
• Perlindungan terhadap penumpang kendaraan saat benturan dengan railing
• Perlindungan terhadap kendaraan lain yang berada dekat dengan lokasi benturan
• Perlindungan terhadap manusia dan property jalan dan area lain dibawah struktur
jembatan
• Kemungkinan peningkatan Kinerja Railing
Sehingga pada perancangan ini Untuk penulangan railing digunakan penulangan railing
standard dari LRFD Table 7.6-2 Design Forces for Traffic Railings (Based on AASHTO
LRFD Table A13.2-1)
42
Penulangan Plat Lantai Kendaraan Metode Empiris
Dalam penulangan pelat lantai kendaraan menggunakan metode empiris bagian dari
buku yang berjudul “Reinforced Concrete Slab Design Using the Empirical Method” dari
Bridge Sight Solution TM.
Desain Metode Empiris menurut Bridge Sight Solution TM. Dapat diterapkan hanya
pada pelat lantai utama jembatan dan tidak untuk pelat kantilever.
Plat harus menggunakan 2 layer tulangan (2 diatas dan 2 dibawah), dengan nilai
minimum untuk tulanganan layer bawah 0,57 mm²/mm dan layer atas 0,38 mm²/mm.
Spasi maksimum tulangan adalah 450 mm dan menggunakan baja tulangan grade 420.
Tulangan Layer Bawah
Gambar Detail Penulangan Pelat Kendaraan
Digunakan 2 lapis tulangan diameter 16 mm, dengan luas tulangan = 201 mm², dengan
jarak antar tulangan = 201 mm²/(0,57mm²/mm) = 352,7 mm
Dipasang D16 - 175 mm pada zona akhir dan D16 - 350 di zona lainnya
Tulangan Layer Atas
Digunakan 2 lapis tulangan diameter 13 mm, dengan luas tulangan = 132,7 mm²,
dengan jarak antar tulangan = 132,7 mm²/(0,38mm²/mm) = 349,3 mm 43
Dipasang D13 – 170 mm pada zona akhir dan D13 - 340 di zona lainnya
Pembebanan Plat Kantilever
Ta b e l P e r h i t u n g a n B e b a n P e l a t K a n t i l e v e r
Momen
Momen
Jenis Faktor Beban Terfaktor
(kNm)
(kNm)
Berat sendiri realing 12,58 2,00 25,15
Berat sendiri plat kantilever 4,37 1,30 5,69
Berat sendiri trotoar 2,12 2,00 4,23
Beban pejalan kaki 1,76 1,80 3,18
Beban roda kendaraan 2,96 1,80 5,33
Total 43,57
45
Penulangan Plat Kantilever
ඥ𝑓𝑐′ Sehingga untuk tulangan pokok plat kantilever dipasang D16 – 170 mm
𝜌𝑚 𝑖𝑛 = = 0,003260
4 𝑥 𝑓𝑦
46
Penulangan Plat Kantilever
𝑎
𝑀𝑛 = 𝑇𝑠 𝑥 ቀ𝑑 − ቁ = 74107763,16 N.mm
2
Tulangan susut/bagi dicoba dengan tulangan D13 mm (SNI 03- 2847-2002 : Pasal 9.12)
𝜌𝑠 = 0,00171
As = 132,7 mm2 Gambar Detail Penulangan Pelat Kendaraan
2
Ast' = ps x b x d = 294,85 mm
AS x b
s= Ast ′
= 450,16 mm
47
BAB III
PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH
JEMBATAN BETON BERTULANG 3 BENTANG MENERUS,
KAMPUS UDAYANA BUKIT, JIMBARAN
Pemilihan Tipe Abutment
Sumber : (BDE-04-2007)
49
R ek ap itulasi B eban K erja B an gun an A tas
RV
Beban Kode kN
L1 = L3 = 10 m L2 = 20 m
Berat sendiri MS 55,56 419,75
50
Preliminary Design
51
Sketsa beban yang bekerja pada Abutment
Keterangan:
MS, MA, TD, EWL: Reaksi vertikal dari struktur atas
WT: Beban timbunan tanah
PBF: Beban akibat gesekan pada perletakan
PTA: Beban tekanan tanah lateral akibat surcharge
PAE: Beban tekanan tanah lateral akibat gempa 52
Rekapitulasi Beban yang Bekerja Pada
Abutmen
Vertikal Horizontal
Beban
kN kN/m2 kN kN/m2
MS 55,56
MA 4,66
TD 199,55
TB 2,19
PBF 9,033
WT 113,52
PTA1 3,440
PTA2 ( H = 0 - 2 m) 11,47
PTA2 (H = (2-4 m) 22,93
PTA2 (H = (4-6) m) 34,40
PAE (H = 6 m) 76,44
PAE (H =4 m) 50,96
PAE (H = 2 m) 25,48
53
Analisis Abutment dan Wing Wall
Dalam pemodelan direncanakan kombinasi beban
sebagai berikut:
Kuat 1 = 1.2MS+2MA+1.25TA+1.8TD+1.8TB+1PBF
Kuat 2 = 1.2MS+2MA+1.25TA+1.4TD+1.4TB+1PBF
Shell Section Data Shell Section
Breastwall Data Pile Cap
56
REAKSI TOTAL BORPILE PADA ABUTMEN
Berikut merupakan reaksi total yang diterima borpile dari output SAP 2000 akibat kombinasi Kuat 1
Berikut merupakan reaksi total yang diterima borpile dari output SAP 2000 akibat kombinasi Kuat 1
Pada perencanaan jembatan di Kampus UNUD ini data yang tersedia berupa data SPT
dari testMelintang
Potongan report soil sehingga untuk perhitungan daya dukung tanah ijin menggunakan
Abutment
a. Tahanan ujung :
59
Analisis Kondisi Tanah Dasar
Berdasarkan Rumus Meyerhof, maka besar Daya Dukung Tanah Ijin berdasarkan data SPT Untuk
Pondasi dalam diameter 0,45 m, 0,6 m dan 0,9 m ditabelkan sebagai berikut :
Potongan Melintang Abutment
Tabel Perhitungan daya dukung tanah ijin berdasarkan data SPT Untuk Pondasi dalam
(diameter 0.45 m)
Kdlmn Diameter Ab As Nlap N cor N As.fs qf Ab.qf Qall Tekan Qall Tarik
(Db) Borepile ૈȀ ܠ۲ ૈ ܠ۲ Rata2 40.N.Db/B 400.N Ab.qf/3+As.fs/2 Ab.qf/3
(m) (m) (m) (m) (blows/ft) (blows/ft) (kN) (kN/m2) (kN) (kN) (kN)
1 0,45 0,20 1,41 60 50 50 180 3333 20000 675 315 225
3 0,45 0,20 1,41 60 50 50 540 10000 20000 2025 945 675
5 0,45 0,20 1,41 60 50 50 900 16667 20000 4050 1800 1350
7 0,45 0,20 1,41 60 50 50 1260 23333 20000 4050 1980 1350
9 0,45 0,20 1,41 60 50 50 1620 30000 20000 4050 2160 1350
11 0,45 0,20 1,41 60 50 50 1980 36667 20000 4050 2340 1350
13 0,45 0,20 1,41 60 50 50 2340 43333 20000 4050 2520 1350
15 0,45 0,20 1,41 60 50 50 2700 50000 20000 4050 2700 1350
17 0,45 0,20 1,41 60 50 50 3060 56667 20000 4050 2880 1350
19 0,45 0,20 1,41 60 50 50 3420 63333 20000 4050 3060 1350
21 0,45 0,20 1,41 60 50 50 3780 70000 20000 4050 3240 1350
60
Perencanaan Pondasi Pada Abutmen
Tabel Perhitungan daya dukung tanah ijin berdasarkan data SPT Untuk Pondasi dalam
Potongan Melintang Abutment
(diameter 0.6 m)
Kdlmn Diameter Ab As Nlap N cor N As.fs qf Ab.qf Qall Tekan Qall Tarik
(Db) Borepile ૈȀ ܠ۲ ૈ ܠ۲ Rata2 40.N.Db/B 400.N Ab.qf/3+As.fs/2 Ab.qf/3
(m) (m) (m) (m) (blows/ft) (blows/ft) (kN) (kN/m2) (kN) (kN) (kN)
1 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 188,50 3333 20000 942 408 314
3 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 565,49 10000 20000 2826 1225 942
5 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 942,48 16667 20000 4710 2041 1570
7 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 1319,47 23333 20000 4710 2230 1570
9 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 1696,46 30000 20000 4710 2418 1570
11 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 2073,45 36667 20000 4710 2607 1570
13 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 2450,44 43333 20000 4710 2795 1570
15 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 2827,43 50000 20000 4710 2984 1570
17 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 3204,42 56667 20000 4710 3172 1570
19 0,60 0,28 1,88 60,00 50,00 50,00 3581,42 63333 20000 4710 3361 1570
63
Dengan perhitungan yang sama didapatkan :
Q (daya dukung ijin 1 tiang) = 3172,21 kN
Potongan Melintang Abutment
nt (jumlah tiang) = P/Q
= 22052,13 /3172,21
= 6,95 dipasang 12
Qgroup (daya dukung tiang kelompok) = 30281 kN
64
Analisis Kondisi Tanah Dasar
Tabel Perhitungan daya dukung tanah ijin berdasarkan data SPT Untuk Pondasi dalam
Potongan Melintang
(diameter 0.9 m) Abutment
Kdlmn Diameter Ab As Nlap N cor N As.fs qf Ab.qf Qall Tekan Qall Tarik
(Db) Borepile ૈȀ ܠ۲ ૈ ܠ۲ Rata2 40.N.Db/B 400.N Ab.qf/3+As.fs/2 Ab.qf/3
(m) (m) (m) (m) (blows/ft) (blows/ft) (kN) (kN/m2) (kN) (kN) (kN)
1 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 282,74 2222 20000 1413 612 471
3 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 848,23 6667 20000 4239 1837 1413
5 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 1413,72 11111 20000 7065 3062 2355
7 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 1979,20 15556 20000 7065 3345 2355
9 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 2544,69 20000 20000 7065 3627 2355
11 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 3110,18 24444 20000 7065 3910 2355
13 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 3675,66 28889 20000 7065 4193 2355
15 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 4241,15 33333 20000 7065 4476 2355
17 0,90 0,64 2,83 60,00 50,00 50,00 4806,64 37778 20000 7065 4758 2355
19 0,90 0,28 2,83 60,00 50,00 50,00 5372,12 42222 20000 7065 5041 2355
65
Perencanaan Pondasi Pada Abutmen
Kesimpulan : pada perhitungan table, tiang borpile dapat dipasang pada kedalaman
minimum 7 m sehingga penggunaan tiang borpile ini lebih efisien dibandingkan
dengan diameter borepile sebelumnya.
66
Perencanaan Pondasi Borpile Pada Pilar
P (beban total diterima borepile) = 33026,3 kN
Q (daya dukung ijin 1 tiang) = 3345
nt (jumlah tiang) = P/Q
= 33026,3/3345
= 9,87, dipasang 15
67
1. Penulangan breast wall
Penulangan Lentur (Top Face Ast1)
Dicoba tulangan D25
As =
Ast 1 = 4,428 mm2/mm
Jarak antar tulangan lentur
S = = 110,85 mm
68
1. Penulangan breast wall
69
2. Penulangan back wall
70
2. Penulangan back wall
72
3 . P e n u l a n g a n Wi n g w a l l
73
Gambar Detail Penulangan Abutmen
Perencanaan Pilar
Preliminary Design
Data Perencanaan Pilar
Beban Kode Rv
L = 20 m
Berat Sendiri MS 419,75
76
Sketsa beban yang bekerja pada Pilar
Keterangan :
MS, MA, TD, TB : Reaksi vertikal dari struktur atas
PTB: Beban rem horizontal
PEQ:Beban gempa 77
Rekapitulasi Beban yang Bekerja Pada Pilar
Vertikal Horizontal
Beban
kN kN
Reaksi Vertikal Bentang 20
MS 419,75
MA 37,75
TD 450
TB 1,55
Beban Rem
PTB 56,25
Beban gempa
EQ 860,38
78
Pemodelan Pilar
Kuat 1 → 1.2MS+2MA+1.8TD+1.8TB+1EF
Kuat 2 → 1.2MS+2MA+1.4TD+1.4TB+1EF
Ekstrem 2 → 1.2MS+2MA+0.5TD+0.5TB
79
Penulangan Pilar
1. Penulangan Pier Head
b = 1700 mm d’ = 64,5 mm
h = 1100 mm d = 1035 mm
p = 50 mm
Penulangan pier head menggunakan Minimum rebar dari SAP2000
Balok Kantilever Kiri
Penulangan lentur
Gambar Luas Tulangan Longitudinal (Ast) Pada SAP 2000 - Pada tumpuan kiri serat atas
Ast =0
Ast = mm2
Digunakan tulangan 29
As = 1/4πD2 = 660,185 mm2
n = Ast/As = 7,99 dipasang 8 buah
Dipasang 8D29
Pada posisi lainnya menggunakan cara yang sama sehingga
didapatkan rekapitulasi tulangan seperti pada tabel berikut ini.
80
Tabel Tulangan Lentur Pier Head Penulangan geser
81
2. Penulangan Kolom Pilar
Tabel Tulangan Geser Pier Head
Diameter pilar = 1500 mm
Tulangan Geser Pasang
Balok p = 75 mm
Tumpuan Lapangan
B1 D16-250 D16-250 d’ = 91 mm
B2 D16-50 D16-85 d = 1409 mm
B3 D16-50 D16-85 Luas penampang borpile (Ag) = ¼ . p . D2 = 4521600 mm2
B4 D16-250 D16-250
Penulangan Pilar A
Penulangan Lentur
n = Ast/As
= 17671/803,84
= 21,97
84
Untuk penulangan geser pilar B dan C digunakan metode
Tulangan geser digunakan D13
yang sama kemudian tulangan yang dipasang direkap pada
Av = 2.π/4 . D 2
tabel berikut:
= 2.π/4 . 132
Tabel Tulangan Geser Pilar
= 265.33 mm 2
85
Gambar Detail Penulangan Pier Head
Gambar Detail Penulangan Kolom Pilar
P erencanaan P ilecap Pada A bu tmen
Penulangan Abutmen
- Penulangan Lentur
Penulangan Lentur (Bottom Face Ast1)
Dicoba tulangan D25
As =
Ast 1 = 2 mm2/mm
Bottom Face Ast 1 = 2 mm2/mm Jarak antar tulangan lentur
S = = 125 mm
Digunakan D25 – 125 mm
88
P erencanaan P ilecap Pada A bu tmen
Penulangan Abutmen
- Penulangan Bagi
Penulangan Lentur (Bottom Face Ast2)
Dicoba tulangan D16
As =
Ast 2 = 1,02 mm2/mm
Bottom Face Ast 2 = 1,02 mm2/mm Jarak antar tulangan lentur
S = = 175 mm
Digunakan D16 – 175 mm
89
Penulangan Pilecap Abutment
90
P erencanaan P ilecap Pada P ilar
Penulangan Pilecap
- Penulangan Lentur
Penulangan Lentur ( Face Ast1)
Dicoba tulangan D25
As =
Ast 1 = 2,2 mm2/mm
Jarak antar tulangan lentur
S = = 223,12 mm
Digunakan D25 – 200 mm
Bottom Face Ast 1 = 2,2 mm2/mm
91
P erencanaan P ilecap Pada P ilar
Penulangan Pilecap
- Penulangan Bagi
Penulangan Lentur (Bottom Face Ast2)
Dicoba tulangan D16
As =
Ast 2 = 2,174 mm2/mm
Jarak antar tulangan lentur
S = = 92,48 mm
Digunakan D16 – 90 mm
Bottom Face Ast 2 = 2,174 mm2/mm
92
Penulangan Pilecap Pilar
1. Penulangan Lentur
Penulangan Geser Borpile
Untuk penulangan borpile digunakan rasio tulangan
Direncanakan menggunakan rasio tulangan geser minimum
lentur minimum yaitu 0,01
Av min/s = 0,062 . = 0,825
Luas penampang (Ag) = ¼ πD2 = 635850 mm2
Dipakai tulangan diameter = 13 mm
Ast = ρ min . Ag = 6358,5 mm2
Av = 132,665 mm2
Digunakan tulangan D25
S = Av/(Avmin/s) = 173,63 mm
As = 490,625 mm2
Dipasang tulangan geser D13-170 mm
n = Ast/As = 12,96 13 buah
Dipasang tulangan = 13D25
94
Gambar Detail Penulangan Borpile
Pada Abutmen dan Pilar
95