Anda di halaman 1dari 32

Cholelitiasis dan Cholesistitis

Di Susun Oleh :

Mohamad Rafli

( 20190420025 )

PEMBIMBING :
dr. Heru Seno W, Sp.B-KBD

BAGIAN ILMU BEDAHRSPAL DR RAMELAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA
2020
PENDAHULUAN

 Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terdapat dalam

kandung empedu.
 Dua per tiga dari batu empedu adalah asimptomatis dimana  pasien tidak

mempunyai keluhan dan yang berkembang menjadi nyeri kolik tahunan hanya 1-
4%. 
 Di Indonesia, kolelitiasis ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto

polos abdomen, USG, atau saat operasi untuk tujuan yang lain.
 Sedangkan kolesistitis adalah radang kandung empedu yang menyebabkan nyeri

tekan, gejala mual serta muntah.


 Epidemiologi batu empedu di Amerika Serikat cukup tinggi sekitar  10-20%.

Sedangkan, di Indonesia belum dapat diketahui. di RSPAL DR Ramelan


Surabaya merupakan kasus bedah digestive terbanyak, terdapat 250 kasus
pembedahan dalam satu tahun.
ANATOMI KANTONG EMPEDU

Kandung empedu mempunyai empat bagian :


Fundus
Corpus
Collum
Infindibulum
FISIOLOGI KANTONG EMPEDU

Menyimpan cairan empedu yang secara terus-menerus disekresi oleh

sel-sel hati hingga diperlukan dalam duodenum.


mengkonsentrasi cairannya dengan cara mereabsorpsi air dan elektrolit.

Empedu adalah cairan berwarna kuning kehijauan yang diproduksi oleh

hati.Dalam sehari, memproduksi 600-1000 ml cairan empedu.


Komposisi cairan empedu sendiri terutama terdiri atas air. Zat-zat lainnya

yaitu garam empedu 70 %, fosfolipid 22% , kolesterolo 4 %, protein 3 %

dan biliubin 0,3 %.


Cairan empedu berfungsi membantu pencernaan lemak di dalam

duodenum.
CHOLELITIASIS

 Definisi :

Kolelitiasis disebut juga batu empedu, gallstones,


biliarycalculus.  adanya batu yang terdapat didalam kandung
empedu atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya
yang dapat tersusun dari satu atau lebih komponen empedu
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak
dan fosfolipid.
CHOLELITIASIS

Klasifikasi :
BATU KOLESTEROL :
1. Soliter (single cholesterol stone) atau batu kolesterol tunggal
:
- Mengandung kristal kasar kekuning-kuningan
- Bentuknya bulat , diameter 4 cm, permukaan licin
- Tidak mengandung kalsium
2. Batu kolesterol campuran :
- Terbentuk bila ada infeksi sekunder pada kandung empedu
yang mengandung batu empedu kolesterol yang soliter.
3. Batu kolesterol ganda
- jarang ditemui dan bersifat radio transulen.
CHOLELITIASIS

BATU PIGMEN :
- Pigmen kalkuli mengandung pigmen empedu.
- Berganda, kecil, keras, amorf, bulat, berwarna hitam atau hijau tua.
Terdapat ± 10 % radioopaque.
BATU CAMPURAN :
- Paling banyak dijumpai (± 80 %).
- Terdiri atas kolesterol, pigmen empedu, berbagai garam kalsium dan
matriks protein.
- Biasanya berganda dan sedikit mengandung kalsium sehingga
bersifat radioopaque.
CHOLELITIASIS
CHOLELITIASIS

 Epidemiologi :

- Di Amerika Serikat cukup tinggi sekitar  10-20% orang dewasa (± 20


juta orang). Setiap tahunnya bertambah  sekitar 1–3 %.
- Angka prevalensi orang dewasa lebih tinggi di negara Amerika Latin
(20% hingga 40%) dan rendah di negara Asia (3% hingga 4%).
- 1–3% nya dari penderita kandung empedu  menimbulkan
komplikasi . Kira – kira 500.000 orang dilakukan  kolesistektomi.
- Di Indonesia belum dapat diketahui.
- Di RSPAL DR Ramelan Surabaya merupakan kasus bedah digestive
terbanyak, terdapat 250 kasus pembedahan dalam satu tahun.
Dengan teknik laparoskopic atau dengan open cholesistektomi
CHOLELITIASIS
Etiologi :
 Hipersaturasi kolesterol dalam kandung empedu
 Percepatan terjadinya kristalisasi kolesterol
 Gangguan motilitas kandung empedu dan usus

Faktor Resiko :
CHOLELITIASIS
CHOLELITIASIS

 Patofisiologi

Batu pada empedu tersebut ada yang tersusun dari pigmen dan ada
yang tersusun dari kolesterol.
Batu pigmen :
Terbentuk bila pigmen yang terkonjunggasi dalam empedu
mengadakan presipitasi (pengendapan).
a. Batu pigmen hitam :
- Banyak dijumpai pada pasien sirosis
- Gambaran radiologis hampir 50% terlihat sebagai gambaran
radioopak.
- Batu pigmen hitam biasanya mengkilat atau tumpul seperti aspal.
b. Batu pigmen coklat
- Terbentuk dalam
duktus biliaris yang
terinfeksi.
- Gambaran
radiologisnya biasanya
radiolusen.
- Mengandung lebih
banyak kolesterol.
- Garam asam lemak
merupakan komponen
penting dalam batu
pigmen coklat.
Batu kolesterol :
- Bertanggung jawab atas sebagian besar kasus batu empedu lainnya di
Amerika serikat.
- Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi
untuk timbulnya batu empedu.
- Tiga faktor utama pembentukan batu empedu yaitu :
1. Supersaturasi kolesterol
Dapat terjadi karena sekresi kolesterol bilier berlebihan.
2. Nukleasi kristal kolesterol
Nukleasi kristal kolesterol monohidrat penting dalam terbentukya
batu kolesterol. Protein yang berperan dalam nukleasi kolesterol adalah
musin,  1-acid glycoprotein,  1-antichymotripsin dan fosfolipase C.
3. Disfungsi kandung empedu
- Kontraksi kandung empedu yang kurang baik menyebabkan stasis
empedu.
- Merupakan resiko terbentuknya batu empedu Karena musin akan
terakumulasi seiring dengan lamanya cairan empedu tertampung dalam
kantong empedu.
Setelah terbentuknya batu empedu, perjalanan penyakit batu
empedu biasanya asimptomatik atau silent gall stones.
CHOLELITIASIS

 Manifestasi Klinis

1. Asimtomatik
- Gejala yang timbul bisa disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri
atau gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu.
- Gangguan epigastrum, seperti rasa penuh, distensi abdomen, dan nyeri yang samar
pada kuadran kanan atas. Rasa Nyeri dan Kolik Bilier.
2. Ikterus
- Jarang terjadi dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Sering disertai
rasa gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urin dan feses
- Warna urin berubah menjadi gelap, feses tampak kelabu/ pekat.
4. Defisiensi vitamin
- Obstruksi aliran empedu juga mempengaruhi absorbsi vitamin A, D, E, K yang larut
lemak.
CHOLELITIASIS

 Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pada darah, urin dan juga
feses.
2. Pemeriksaan sinar-X abdomen
3. Ultrasonografi (USG)
4. Kolesistografi
5. Endoscopic Retrograde Cholangiopnacreatography (ERCP)
6. Percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC)
7. Computed Tomografi (CT)
8. Magnetic resonance imaging (MRI)
9. Pemeriksaan Pencitraan Radionuklida atau Koleskintografi
CHOLELITIASIS
 Penatalaksanaan Cholelithiasis

Penatalaksanaan Non Bedah


1) Konservatif :
* Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
* Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi perut
* Observasi keadaan umum dan pemeriksaan tanda vital
* Pasang infuse program cairan elektrolit dan glukosa untuk mengatasi
syok
* Pemberian antibiotic sitemik (bila disertai kolesistisis) dan vitamin K
(anti koagulopati)
* Obat-obat antikolinergik anspasmodik, Analgesik, Anticholesterol,
pemecah batu (urdafalk)
2) Terapi Obat-obatan
Pada orang dewasa alternatif terapi non bedah meliputi
penghancuran batu dengan obat-obatan seperti chenodeoxycholic
atau ursodeoxycholic acid, extracorporeal shock-wave lithotripsy
dengan pemberian kontinyu.

Penatalaksanaan Bedah
Indikasi operasi pada cholelitiasis adalah :
1. Cholelitiasis dengan keluhan ( simtomatik cholelitiasis ) keluhan
dibagi menjadi dua :
- Karena infeksi
- Karena obstruksi
2. Cholelitiasis tanpa keluhan ( asimtomatik cholelitiasis ) indikasi
operasi yang asimtomatik :
- Batu tunggal lebih dari 1 cm
- Batu multiple
- Pasien batu empedu riwayat DM
- Pasein batu yang imunocompremise

Cholecystectomy sampai saat ini masih merupakan baku emas


dalam penanganan kolelitiasis dengan gejala.
CHOLELITIASIS
 Komplikasi Cholelithiasis

- Empiema kandung empedu


- Hidrops atau mukokel kandung empedu
- Gangren
- Ferforasi
- Pembentukan fistula
- Ileus batu empedu
 Prognosis Cholelithiasis

Batu empedu yang kecil, pemeriksaan serial USG diperlukan untuk


mengetahui perkembangan dari batu tersebut, dapat menghilang secara
spontan.Untuk batu besar masih merupakan masalah, karena merupakan
risiko terbentuknya karsinoma kandung empedu (ukuran lebih dari 2 cm).
CHOLECYSTITIS

 Definisi

Cholecytitis adalah radang kandung empedu yang merupakan


reaksi inflamasi akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri
perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan.
CHOLECYSTITIS

 Klasifikasi Cholecystitis :

1. Chronic cholecystitis
- Pembengkakan dan iritasi dari kandung empedu yang menetap
pada waktu yang lama.
- Terjadi atrofi mukosa dan fibrosis dinding kandung empedu.
2. Acute cholecystitis
Peradangan tiba-tiba dari kandung empedu, terdapat empat bentuk
spesifik dari kolesistitis akut yaitu :
- Acalculous cholecystitis
- Xanthogranulomatous cholecystitis
- Emphysematous cholecystitis
- Torsion of the gallbladder
CHOLECYSTITIS

 Etiologi

1. Infeksi
2. Menderita kolelitiasis (batu empedu)
3. Statis cairan empedu
4. Iskemia kandung empedu
5. Pembedahan (terjadi perubahan fungsi)
6. Pemasangan infus dalam waktu lama
7. Trauma abdomen 
CHOLECYSTITIS

 Patofisiologi

1. Kolesistitis akut
- Lebih dari 90% pasien kolesistitis akut mempunyai batu empedu.
- Faktor yang penting dalam patogenesis kolesistitis akut :
a. Obstruksi duktus sistikus dengan distensi
b. Cedera kimia dan / atau mekanik
c. Infeksi bakteri
2. Kolesistitis kronis
- Kolesistitis kronik ditandai oleh bukti perubahan peradangan
histologi dan makroskopi. Patogenesis kolesistitis kronik dianggap
berhubungan dengan iritasi mekanik dan kimia mukosa.
CHOLECYSTITIS

 Manifestasi Klinis

1. Nyeri
2. Mual, muntah, perut terasa kembung 
3. Ikterus (apabila batu empedu menghalangi saluran empedu).
4. Suhu badan tinggi (demam)
 Pemeriksaan Diagnostik

1. Kolesistogram oral
2. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
3. Koleskintigrafi radionuklida (Scan Tc – HIDA)
4. Pemeriksaan CT Scan abdomen
5. Pemeriksaan Laboratorium
CHOLECYSTITIS
 Penatalaksanaan Cholecystitis

1. Terapi medis
 Antiemetik sebagai penghilang rasa mual

 Antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh

 Analgesik untuk menghilangkan rasa nyeri

2. Hospitalisasi
3. Bed rest
4. Penatalaksanaan diet
Diet rendah lemak, tinggi protein dan tinggi serat
5. Terapi pembedahan (kolesostektomi)
- Kolesistektomi Open
- Kolesistektomi Laparoskopi
CHOLECYSTITIS

 Komplikasi

- Kolesistitis akut
Komplikasi penyakit batu empedu yang paling umum dan sering menyebebkan
kedaruratan abdomen, nyeri perut kanan atas yang tajam dan konstan.
- Kolesistitis kronis
 Hidrop kandung empedu
 Empiema kandung empedu
 Fistel kolesistoenterik
 Ileus batu empedu (gallstone ileus)
 Prognosis

Tindakan bedah akut pada pasien usia tua (>75 tahun) mempunyai prognosis
yang jelek di samping kemungkinan banyak timbul komplikasi pasca bedah.
Cholelithiasis dengan Cholecystitis

 Cholecystitis sebenarnya merupakan komplikasi dari cholelithiasis

yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati dengan benar.


 Patofisiologi kolesistitis sering berhubungan dengan batu empedu

atau kolelitiasis. Batu akan menyebabkan obstruksi pada duktus


sistikus yang menghalangi pengosongan cairan empedu. Akibatnya,
terjadi peningkatan tekanan intralumen dan iritasi pada dinding
empedu. Dinding empedu akan mengalami distensi dan edema.
Kesimpulan

Kantong empedu adalah organ kecil yang terletak di dekat pertengahan perut

daerah tubuh, fungsi utamanya adalah untuk menyimpan empedu yang berasal

dari hati.

Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk dalam

kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu.

Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan reaksi inflamasi

akut dinding kandung empedu disertai keluhan nyeri perut kanan atas, nyeri tekan

dan panas badan.

Jadi di Indonesia cholelitiasis biasanya diikuti dengan keluhan cholesystitis,

karena jenis batu yang terbentuk umumnya batu campuran. Sehingga tidak

semua cholelitiasis mengalami cholesystitis demikian juga tidak semua

cholesystitis mengalami cholelitiasis.


TERIMAKASIH ...

Anda mungkin juga menyukai