Anda di halaman 1dari 61

P E N I L A I A N S U R AT

BERHARGA SAHAM DAN


MANAJEMEN SAHAM
C L A R I S S A TON AY - 123012011013

SUHERLIN SETIADIKURNIA - 123012011095

S U RYAT I - 123012011015

GUSTI AGUNG NGURAH A A - 123012001045

HENRI MARTHA - 123012101104


VA L U A S I S A H A M

• Valuasi saham adalah proses penilaian atas harga suatu saham perusahaan untuk mengetahui harga saham tersebut sesuai atau
tidak dengan nilai intrinsiknya.
• Dengan mengetahui valuasi saham, kita dapat menentukan harga wajar atau nilai intrinsik suatu saham.
• Perlu dipahami bahwa nilai valuasi saham berbeda dengan harga saham. Dalam dunia investasi kita mengenal adagium Price is
What You Pay, Value is What You Get.
• Bila harga saham adalah nominal yang kita beli, maka nilai intrinsik adalah nominal yang investor dapat bila perusahaan tersebut
dijual.
• Jadi, melalui analisis valuasi saham, kita akan membandingkan nilai wajar (intrinsik) dengan harga pasar saham saat itu.
• Untuk menghitung valuasi saham, kita dapat menggunakan beberapa macam rasio seperti PER (Price Earning Ratio), PBV (Price
to Book Value), ROE (Return on Equity), EPS (Earning per Share), dan DER (Debt Equity Ratio).
• Berdasarkan rasio keuangan tersebut kita dapat membandingkan emiten satu dengan emiten lainnya. Metode ini dinamakan
sebagai metode komparatif.
I N D I K A T O R VA L U A S I S A H A M
• Nilai Intrinsik > Harga Pasar
Berarti saham tersebut dalam kondisi murah (undervalued), layak dibeli atau ditahan bila saham
sudah dimiliki.
• Nilai Intrinsik < Harga Pasar
Berarti saham tersebut mulai mahal (Overvalued), jadi baiknya investor menjual untuk mendapat
keuntungan.
• Nilai Intrinsik = Harga Pasar
Berarti saham tersebut menunjukkan nilai wajar (fair) dan kadang dianggap kurang menarik bagi
investor.
3 C A R A VA L U A S I S A H A M
• Discounted Cash Flow

Metode ini, secara teori, adalah metode yang cukup ekstensif dalam menilai sebuah perusahaan. Metode perhitungan ini pun sering diajarkan
di perguruan tinggi. Di dalam perhitungan ini, aset apapun adalah nilai saat ini (present value) dari nilai arus kasnya di masa depan.

Sebagai contoh, anggap sebuah perusahaan membayar US$100 kepada investor setiap tahun selama 10 tahun. Maka, secara kasat mata, nilai
perusahaan tersebut seharusnya sebesar US$1.000 (US$100 x 10 tahun). Namun, pada kenyataannya, nilai perusahaan akan lebih rendah dari
US$1.000, mungkin di kisaran US$800 hingga US$900.

Hal ini bisa terjadi karena nilai arus kas sebesar US$100 di tahun ke-10 tidak akan sama dengan nilai US$100 di tahun pertama. Sebab, nilai
uang akan tergerus inflasi. Selain itu, terdapat faktor ketidakpastian di mana investor kemungkinan tidak menerima arus kas di tahun ke-10.

Investor akan membutuhkan informasi yang banyak sebelum menentukan nilai sebuah perusahaan menggunakan discounted cash
flows. Metode ini terbilang cukup teknis dan membutuhkan bantuan spreadsheet atau komputer untuk menghitungnya.

Namun, pada praktiknya, investor bisa melakukan valuasi saham menggunakan rasio-rasio keuangan penting. Salah satunya adalah rasio
harga saham terhadap laba per saham (Price-to-earning ratio atau rasio P/E).

• Alternatif selain rasio P/E (Rasio EV/EBITDA, Rasio PEG)


3 C A R A VA L U A S I S A H A M ( C O N T . )
• Rasio harga saham terhadap laba per saham
Memanfaatkan rasio P/E adalah cara yang praktis untuk mengukur nilai sebuah perusahaan. Dalam metode ini, yang dimaksud
dengan harga adalah harga saham sementara laba adalah laba per saham yang dihitung dari laba sesudah pajak dibagi dengan
jumlah saham perusahaan.

Rasio ini menunjukkan berapa tahun yang dibutuhkan perusahaan untuk membayar aset tersebut dari labanya . Sebagai contoh,
jika rasio P/E sebuah perusahaan adalah 20, berarti perusahaan tersebut tiap tahunnya menghasilkan laba setara dengan 5% dari
nilai asetnya.

Investor kadang menggunakan rasio P/E untuk mengukur daya tahan sebuah perusahaan. Semakin tinggi angka rasio P/E sebuah
perusahaan, maka semakin kuat pula kemampuan perusahaan tersebut melindungi keunggulan bersaingnya (competitive
advantage).
3 J E N I S VA L U A S I S A H A M
• Dividend Discount Model
Adalah perhitungan harga saham sekarang yang menyatakan bahwa nilai saham “seharusnya” sama
dengan present value dari semua dividen yang diharapkan akan diterima di masa depan.
3 J E N I S VA L U A S I S A H A M ( C O N T . )
• Constant Growth Model

Dividen Bertumbuh Secara Konstan (Constant Growth Model) = dividen tumbuh sesuai dengan tingkat
pertumbuhan perusahaan. Asumsi: dividen tumbuh secara konstan pada tingkat / persentase tertentu (g)
Model ini cocok dipakai jika perusahaan yang kita nilai adalah perusahaan yang mature / dewasa, dengan
pertumbuhan (bisnis) yang stabil
3 J E N I S VA L U A S I S A H A M ( C O N T . )
• Non-Constant growth model
Pada kenyataannya, tingkat pertumbuhan dividen dari tahun ke tahun tidak mungkin konstan. Karena
sebagian besar perusahaan pasti akan mengalami “siklus kehidupan” atau life cycle.
• Langkah-langkah perhitungan Non-constant Growth:
1. Menentukan estimasi pertumbuhan dividen ( g )
2. Menghitung present value dividen selama periode dimana dividen tumbuh dengan tidak konstan
3. Menghitung present value dividen pada periode dividen tumbuh dengan konstan (biasanya sampai
waktu tak terhingga)
4. Menjumlahkan langkah 2 dan langkah 3 untuk mendapatkan P0
3 J E N I S VA L U A S I S A H A M ( C O N T . )
• Rumus menghitung Non-Constant Growth Model
VA L U A S I I N V E S T A S I A L T E R N A T I F

 Investasi alternatif adalah aset keuangan yang tidak termasuk dalam salah satu kategori investasi
konvensional.
 Kategori konvensional meliputi saham, obligasi, dan uang tunai. 
 Yang tidak termasuk kategori konvensional misalnya : ekuitas swasta atau modal ventura, hedge fund,
kontrak berjangka terkelola, seni dan barang antik, komoditas, dan kontrak derivatif.
 Sehingga, valuasi investasi alternatif adalah proses penilaian atas harga suatu investasi alternatif untuk
mengetahui harga investasi alternatif tersebut sesuai atau tidak dengan nilai intrinsiknya.
MODAL VENTURA

• Modal ventura merupakan pendanaan yang berbentuk pemberian bantuan modal dalam rangka investasi kepada
perusahaan swasta. Tujuan modal ventura adalah membantu sebuah bisnis berkembang dimana ketika perusahaan
tersebut meraih kesuksesan, pihak investor juga akan mendapat keuntungan.
• Investasi pada modal ventura adalah jenis investasi yang berisiko tinggi karena setiap kemungkinan, baik rugi atau
untung bisa saja terjadi. Oleh karena itu, proses sebelum persetujuan dan pemberian modal ventura adalah
presentasi (pitch deck).
• Presentasi ini merupakan kesempatan bagi perusahaan baru untuk memaparkan dan menjelaskan rencana bisnis
yang akan dikembangkan. Jika inovasi yang diajukan memiliki prospek bagus dan presentasi disampaikan dengan
baik, maka besar kemungkinan investor juga akan tertarik untuk memberikan modal ventura.
• Sehingga valuasinya berdasarkan prospek bagus dan presentasi disampaikan dengan baik oleh perusahaan baru
tersebut.
Modal Ventura
Jenis pembiayaan modal ventura terbagi menjadi 3 kategori yaitu :
 Berdasarkan cara dana diberikan
• Single tier approach : mengarah pada perusahaan sebagai pihak yang menghimpun dana dimana pengelolaan dana tersebut
kemudian diinvestasikan dalam bentuk modal di suatu perusahaan.
• Two tier approach : pendanaan yang dikelola oleh dua badan usaha, dimana satu perusahaan berperan sebagai penghimpun dana
dan satu lainnya berfungsi untuk mengelola dana yang dihimpun (management company).
 Berdasarkan kepemilikan
• Private Venture Capital Company : mengarah para perusahaan tertutup
• Public Venture Capital Company : perusahaan modal ventura yang sudah menjadi bagian dari Bursa Efek Indonesia dimana saham
mereka terbuka untuk publik.
• Bank Affiliate Venture Company : perusahaan yang dikelola oleh beberapa pihak bank. Hal ini disebabkan karena adanya surplus
dana atau mempunyai tujuan tertentu terkait modal ventura.
• Conglomerate Venture Capital : perusahaan modal ventura yang didirikan oleh beberapa jenis perusahaan besar.
 Berdasarkan cara dana dihimpun
• Leverage venture capital : kumpulan wujud pinjaman dari berbagai pihak yang dikelola oleh satu perusahaan modal ventura.
• Equity venture capital : perusahaan modal ventura yang sebagian dananya berasal dari modal pribadi.
HEDGE FUND

• Hedge Fund adalah metode dalam berinvestasi yang mengumpulkan dana dari para investor.
• Hedge Fund merupakan kontrak investasi kolektif privat yang dikenakan biaya imbal jasa berbasis
kinerja (performance fee) dan biasanya ditawarkan secara terbatas kepada investor kelas atas.
• Hedge Fund membutuhkan manajer investasi untuk mengelola dana yang terkumpul. Karena tanggung
jawab dan risiko yang diemban, manajer investasi memperoleh imbal jasa atau performance fee atas
performa investasi yang dilakukannya.
I N V E S TA S I A LT E R N AT I F L A I N N YA

• Kontrak berjangka adalah perjanjian hukum antara dua belah pihak untuk membeli atau menjual
sejumlah aset pada tanggal yang telah disepakati di masa depan – Tetapi untuk harganya ditentukan
hari ini. 
• Kontrak derivatif adalah kontrak perjanjian yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan tujuan
untuk menjual atau membeli aset maupun komoditas. Nantinya, kontrak tersebut akan berfungsi
sebagai objek perdagangan. Harga nilai kontrak ini harus disetujui oleh kedua belah pihak.  Hal itu
juga turut dipengaruhi oleh harga nilai aset atau komoditas induk.
T E K N I K P E N I L A I A N R E L AT I F
Model penilaian relatif adalah metode penilaian bisnis yang membandingkan nilai perusahaan dengan
pesaing atau rekan industri untuk menilai nilai keuangan perusahaan. Model penilaian relatif adalah
alternatif dari model nilai absolut, yang mencoba menentukan nilai intrinsik perusahaan berdasarkan
perkiraan arus kas bebas masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang , tanpa mengacu pada
perusahaan atau rata-rata industri lain.
R A S I O P E N I L A I A N R E L AT I F
Ada banyak jenis rasio penilaian relatif, seperti :
1. Price to earning ratio

2. Nilai perusahaan (EV)

3. Harga terhadap arus kas

Kemudian untuk menghitung cash flow per share dengan rumus berikut :
K O M P O N E N A N A L I S I S PA S A R

• Analisis pasar adalah penilaian kualitatif dan kuantitatif dari suatu pasar. Ini melihat kondisi pasar lebih
dalam, baik dari segi volume dan nilai, berbagai segmen pelanggan dan pola pembelian mereka,
persaingan, lingkungan ekonomi, serta hambatan untuk masuk ke pasar tersebut.
• Tujuan utama dari analisis pasar adalah menunjukkan menunjukkan kepada investor bahwa Anda
memahami pasar dengan baik, dan pasar tersebut cukup besar untuk membangun bisnis yang
berkelanjutan.
• Untuk bisa mengetahui kedua hal tersebut, analisis beberapa aspek berikut: Segmentasi demografis; Target
pasar; Kebutuhan pasar; Kompetisi & Regulasi
K O M P O N E N A N A L I S I S PA S A R
• Segmentasi demografis : memecah pasar menjadi kelompok tertentu yang dibedakan berdasarkan atribut
pribadi seperti lokasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, maupun penghasilan. Hal ini dilakukan
untuk memahami perilaku konsumen, sehingga pesan pemasaran akan lebih bisa diterima.
• Target pasar : kelompok yang memiliki kriteria sesuai dengan keinginan. Setelah melakukan segmentasi,
maka akan didapatkan sekelompok orang yang memiliki karakteristik sejenis, sehingga menjadi dapat
menjadi target.
• Kebutuhan pasar : sesuatu yang dibutuhkan oleh pasar, sesuai dengan konsumen yang ditargetkan.
Kebutuhan pasar ini harus dipahami dengan detail apa yang menjadi penggerak terhadap permintaan
produk atau layanan di pasar.
K O M P O N E N A N A L I S I S PA S A R

• Kompetisi : aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Hal ini
untuk mengetahui siapa yang menjadi pesaing dan kelebihan, kelemahannya untuk memposisikan diri
di pasar.
• Regulasi :  aturan yang dibuat oleh pemerintah atau otoritas lain untuk mengontrol cara sesuatu yang
dilakukan atau cara orang berperilaku. Regulasi berkaitan dengan aturan-aturan yang sekiranya dapat
memberikan dampak langsung, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Beberapa regulasi
yang umumnya berkaitan langsung dengan bisnis misalnya aturan tentang perpajakan, impor-ekspor,
pendirian bangunan, manajemen karyawan, dan masih banyak lagi.
A K T I V I TA S E K O N O M I D A N PA S A R
SAHAM
Nilai intrinsik berasal dari prospek pendapatannya yang ditentukan oleh:
Lingkungan ekonomi global
Faktor ekonomi yang mempengaruhi industri perusahaan
Posisi perusahaan dalam industrinya
KONDISI EKONOMI
Adanya hubungan yang kuat antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi makro dan kinerja suatu pasar
modal. Oleh karena itu pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada perekonomian makro.
Contoh: harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku
• Resiko politik:
Ekonomi Yunani dan Spanyol
 U.S Fiscal Cliff ,kondisi dimana Amerika Serikat mengacu pada efek gabungan dari beberapa undang-
undang yang diberlakukan sebelumnya yang mulai berlaku secara bersamaan pada Januari 2013,
meningkatkan pajak dan mengurangi pengeluaran

• Risiko nilai tukar:


 Mengubah harga impor dan ekspor Pabrikan Honda di Amerika Utara
Siegel (1991), menyimpulkan adanya hubungan yang kuat antara harga saham dan kinerja ekonomi
makro, dan menemukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum terjadinya
perubahan ekonomi.
Mengapa demikian?
1) Harga saham yang terbentuk merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning,
dividen, maupun tingkat bunga yang akan terjadi.
2) Kinerja pasar modal bereaksi terhadap perubahan ekonomi makro seperti perubahan tingkat
bunga, inflasi, ataupun jumlah uang beredar.
3) Peramalan kinerja pasar secara luas dimulai dengan penilaian ekonomi secara keseluruhan
Beberapa variabel ekonomi makro yang perlu diperhatikan investor antara lain:
1. PDB.Inflasi.
2. Tingkat bunga.
3. Kurs rupiah.
4. Anggaran defisit.
5. Investasi swasta.
6. Neraca perdagangan dan pembayaran.
PERUBAHAN SIKLUS EKONOMI
1. Siklus ekonomi yang cenderung menurun menuju titik terendah (atau disebut resesi), maka
harga saham biasanya akan turun. Semakin kuat resesi, semakin drastis penurunan harga
saham.
2. Siklus ekonomi diramalkan membaik, maka harga saham menjelang titik balik Siklus
ekonomi (sebelum mencapai titik terendah) akan membaik mendahului membaiknya Siklus
ekonomi.
3. Siklus ekonomi yang terus membaik sampai mendekati titik puncak, maka harga saham
cenderung stabil sehingga return saham yang abnormal sulit dicapai investor.
ANALISIS INDUSTRI
• Mirip dengan ekonomi makro yang sedang tidak sehat, tidak biasa bagi perusahaan dalam
industri yang bermasalah untuk berkinerja baik
• Kinerja ekonomi dapat sangat bervariasi antar industri
TIGA FAKTOR
MENENTUKAN
SENSITIVITAS
PERUSAHAAN
TERHADAP SIKLUS
BISNIS:

1. Sensitivitas penjualan

• Kebutuhan vs. barang pilihan

• Barang-barang yang tidak sensitif terhadap tingkat


pendapatan (seperti tembakau dan film) vs. barang-barang
yang, (seperti peralatan mesin, baja, mobil)

2. Operating Leverage

• Perusahaan dengan leverage operasi yang rendah (kurang


aset tetap) kurang sensitif terhadap kondisi bisnis

• Perusahaan dengan leverage operasi tinggi (lebih banyak


aset tetap) lebih sensitif terhadap siklus bisnis
3. FINANCIAL LEVERAGE

 Financial leverage adalah penggunaan uang pinjaman (hutang) untuk membiayai pembelian aset
dengan harapan pendapatan atau capital gain dari aset baru akan melebihi biaya pinjaman.
 Penggunaan financial leverage tersebut pada kenyataannya memberikan pengaruh terhadap
profitabilitas perusahaan, diantaranya ditunjukkan dengan pengembalian atau return akan
diterima oleh pemilik perusahaan melalui Return On Equity (ROE) perusahaan.
S E C T O R R O TAT I O N
(2 OF 3)
• Peaks — natural resource extraction firms
• Contraction — defensive industries such as pharmaceuticals and food
• Trough — capital goods industries
• Expansion — cyclical industries such as consumer durables
S E C T O R R O TAT I O N
(3 OF 3)
INDUSTRY LIFE
CYCLES
Stage Sales Growth

Start-up  Rapid and increasing

Consolidation  Stable

Maturity  Slowing

Relative Decline  Minimal or negative


STRUKTUR DAN KINERJA
INDUSTRI:
Porter’s Five Forces Analysis ini mengunakan 5 Kekuatan Industri untuk menentukan intensitas persaingan
dalam suatu industri. Berikut ini adalah kelima Kekuatan menurut Michael Porter atau lebih dikenal
dengan Porter’s Five Forces Analysis.
1. Threat of new entrants (Hambatan bagi Pendatang Baru)
2. Bargaining power of suppliers (Daya Tawar Pemasok)
3. Bargaining power of buyers (Daya Tawar Pembeli)
4. Threat of substitutes (Hambatan bagi Produk Pengganti)
5. Rivalry among existing competitors (Tingkat Persaingan dengan Kompetitor)
• Para pemodal yang percaya bahwa kondisi ekonomi dan pasar cukup baik untuk melakukan investasi, selanjutnya perlu menganalisis industri-
industri apa yang diharapkan akan memberikan hasil yang paling baik. Konsep analisis yang akan dipergunakan berkaitan erat dengan prinsip-
prinsip valuasi. Dengan demikian taksiran tentang seberapa besar risiko suatu industri, bagaimana pertumbuhan industri tersebut, merupakan
variabel-variabel yang penting untuk diperoleh bagi analisis saham..
ANALISIS INDUSTRI
• Industri: Arti dan Kinerja

• Bukankah kita sudah terbiasa mendengar istilah industri Otomotif, industri farmasi, industri tekstil, dan sebagainya? Untuk
mengklasifikasikan suatu perusahaan ke dalam industri tertentu, seringkali tidak mudah, karena kegiatan usaha yang dilakukan sangat
spesifik, atau perusahaan melakukan diversifikasi.
• Terlepas dari permasalahan yang dihadapi, analis dan pemodal perlu cara pengklasifikasian industri. Cara yang sering dipergunakan adalah
dengan mendasarkan diri pada International Standard Industrial Classification (ISIC) system..
• Tidak semua klasifikasi industri di lakukan berdasarkan sistem ISIC. Ada juga yang menggunakan klasifikasi berdasarkan atas mata
dagangan (SITC), atau mempergunakan klasifikasi yang disesuaikan dengan kondisi pasar modal. Contoh yang terakhir dilakukan di BEJ,
dimana perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ diklasifikasikan menjadi sektor-sektor; (1) pertanian, (2) pertambangan, (3) industri
dasar, (40 aneka industri, (5) industri barang-barang konsumsi, (6) properti, (7) infrastruktur, (8) keuangan, dan (9) perdagangan dan jasa.
• Sebelum melakukan analisis industri atau sektor tertentu, kita perlu melihat perkembangan atau kinerja industri/ sektor tersebut, sehingga
dapat memberikan gambaran arah perkembangan industri/sektor tersebut. Seharusnya pengamatan perlu dilakukan untuk periode yang
cukup panjang sehingga barangkali dapat dideksi pola perkembangannya atau pengaruh akibat kondisi ekonomi.
MENGANALISIS INDUSTRI
• Industri dianalisis lewat penelaahan berbagai data yang menyangkut tentang penjualan, laba, dividen,
struktur modal, jenis produk yang dihasilkan, regulasi, inovasi dan sebagainya.
• Analisis tersebut memerlukan pengalaman yang cukup banyak dan biasanya dilakukan oleh analisis
industri yang bekerja di perusahaan-perusahaan sekuritas dan pemodal-pemodal institusional.
• Untuk melakukan analisis industri, langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan
mengidentifikasikan tahap kehidupan produknya.. Tahap ini bermaksud untuk mengenali apakah
industri tempat perusahaan beroperasi merupakan industri yang masih akan berkembang cepat, sudah
stabil, ataukah sudah menurun. Langkah berikutnya adalah menganalisis industri dalam kaitannya
dengan kondisi perekonomian. Langkah ke tiga adalah analisis kualitatif terhadap industri tersebut, yang
dimaksudkan untuk membantu pemodal menilai prospek industri dimasa yang akan datang.
S I K L U S K E H I D U PA N INDUSTRI
• Banyak pengamat yang percaya bahwa industri menempuh siklus kehidupan, yaitu tahap perkenalan, pertumbuhan,
kedewasaan, dan penurunan. Karena umumnya perusahaan baru go publik setelah melewati masa perkenalan,
dalam analisis industri umumnya dikelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu (1) tahap pertumbuhan (2) tahap
kedewasaan, dan (3) tahap penurunan.
• Perlu diperhatikan dalam analisis bahwa hendaknya kita tidak mencampurkan antara penjualan yang dicapai oleh
perusahaan dan yang dicapai oleh industri. Sebab dapat saja terjadi perusahaan menghasilkan produk yang sudah
berada dalam tahap kedewasaan, tetapi penjualan perusahaan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Hal
tersebut terjadi karena perusahaan mampu merebut pangsa pasar perusahaan-perusahaan pesaing. Apabila hal ini
terjadi untuk jangka waktu yang lama, maka diperkirakan akan terjadi perubahan dalam struktur industri, yaitu
menjadi ke arah oligopoli (hanya terdapat beberapa perusahaan yang menghasilkan produk tersebut.)., kalaupun
terjadi situasi tersebut, bagaimanapun juga akhirnya pertumbuhan penjualan suatu perusahaan akan menurun
apabila permintaan pasar, secara keseluruhan, hanya menningkat dalam persentase yang tidak terlalu besar.
ANALISIS SIKLUS BISNIS
• Cara kedua untuk melakukan analisis industri adalah dengan menganalisis hubungan antara kemampuan operasi dengan kondisi
perekonomian makro. Beberapa industri mampu beroperasi cukup baik pada waktu resesi, sedangkan yang lain sangat jelek
kinerjanya. Beberapa industri terkait erat dengan siklus bisnis. Pada saat kondisi ekonomi membaik, industri-industri tersebut
menunjukkan kinerja yang jauh lebih baik daripada kondisi perekonomian, sebaliknya pada saat kondisi ekonomi memburuk,
industri-industri tersebut juga menunjukkan kinerja yang sangat buruk, jauh lebih buruk daripada kondisi perekonomian..Karena
itu para analisis industri mengelompokkan industri menjadi growth industry, defensive industry dan cyclical industry. Growth
industry menunjukkan industri yang mempunyai pertumbuhan laba jauh lebih tinggi dari rata –rata industri.Industri
telekomunikasi nampaknya merupakan industri yang termasuk growth industry. Defensive industry menunjukkan industri yang
tidak banyak terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Industri makanan dan minuman biasanya merupakan contoh defensive industry.
Sedangkan cyclical industry menunjukkan industri yang sangat peka terhadap perubahan kondisi perekonomian.. Contohnya
seperti industri otomotif, dan barang konsumsi elektronika tahan lama. Ada juga yang menambahkan interest rate sensitive
industry, seperti industri perbankan dan properti.

• Pengklasifikasian seperti ini bermanfaat untuk memperkirakan kondisi suatu industri apabila dikaitkan dengan perubahan kondisi
perekonomian. Industri yang peka terhadap perubahan suku bunga terbukti mengalami penurunan yang paling besar pada periode
sewaktu otoritas moneter di Indonesia memperketat likuiditas dan menaikkan suku bunga.
I L L U S T R A S I 1 4 , 4 . – S E L A M A P E R I O D E A K H I R J U L I S . D . A K H I R
D E S E M B E R 2 0 1 7 , P A S A R , Y A N G D I W A K I L I O L E H I N D E K S L Q 4 5
M E N G A L A M I P E N U R U N A N S E B E S A R 4 2 , 2 % . S E M E N T A R A I T U S E K T O R -
S E K T O R S E P E R T I K E U A N G A N D A N P R O P E R T I M E N G A L A M I P E N U R U N A N
Y A N G L E B I H B E S A R A P A B I L A D I B A N D I N G K A N D E N G A N P A S A R .

Tabel 14,4 Perubahan indeks sektoral dan pasar di BEJ Juli-Desember 2017

Sektor Indeks pada Indeks pada Perubahan


akhir Juli akhir Des (%)

1, Pertanian 469,8 397,2 -15,5


2. Pertambangan 136,8 173,9 27,1
3, Industri Dasar 112,8 60,4 -46,5
4, Aneka Industri 142,8 95,0 -33,5
5. Industri Barang Konsumsi 117,8 68,7 -41,7
6. Properti 175,0 72,0 -58,9
7, Infrastruktur 128,4 102,2 -20,4
8, Keuangan 202,3 64,6 -68,1
9, Perdagangan dan jasa 160,0 69,9 -56,3
LQ45 (pasar) 144,6 83,6 -42,2
• Tabel 14,4 menunjukkan bahwa sektor perbankaan dan properti mengalami penurunan yang
jauh lebih besar apabila dibandingkan dengan pasar dan sektor-sektor lain. Bagi pemodal yang
tidak ingin mengalami penurunan harga yang cukup besar apabila kondisi perekonomian
mengalami resesi, saham-saham dari industri yang defensif sebaiknya dipilih, dan dihindari
saham-saham dari industri cyclical.
• Dengan demikian, sekali lagi, nampak bahwa analisis perekonomian penting dilakukan terlebih
dulu sebelum melakukan analisis industri. Sektor otomotif dan properti di Indonesia juga
merupakan contoh yang menunjukkan kepekaan yang sangat tinggi terhadap pertumbuhan
ekonomi dan suku bunga.
B E R B A G A I A S P E K K U A L I TAT I F
DALAM ANALISIS INDUSTRI
• Beberapa aspek kualitatif akan membantu analisis dalam melakukan analisis industri. Aspek-aspek tersebut seperti kinerja historis,
persaingan, kebijakan pemerintah, dan perubahan struktural, perlu mendapat perhatian dalam analisis. Meskipun kinerja di masa
yang akan datang tidak selalu konsisten dengan kinerja diwaktu yang lalu, beberapa jenis industri menunjukkan kinerja yang terus
menerus baik di waktu yang lalu. Kinerja seperti ini tentu saja tidak dapat diabaikan dalam analisis. Indikator yang dapat dilihat
adalah pertumbuhan penjualan dan laba, dan perkembangan harga.

• Persaingan dapat berasal dari masuknya pesaing baru, meningkatnya bargaining power para pembeli, pesaingan antar pesaing yang
ada, masuknya produk substitusi, dan meningkatnya bargaining power para pemasok. Perhatikan bahwa meningkatnya bargaining
power para pembeli akan memaksa perusahaan untuk menawarkan syarat-syarat penjualan yang lebih lunak. Sedangkan
meningkatnya bargaining power para pemasok akan mengakibatkan perusahaan terpaksa membayar dengan syarat-syarat yang
lebih ketat. Akibatnya sama, yaitu akan mengurangi pofitabilitas perusahaan.

• Perubahan struktural dapat kita lihat misalnya pada industri tekstil. Agar indusrtri tekstil di Indonesia tetap mampu bersaing,
mereka harus menghasilkan tekstil dengan kualitas yang lebih baik, karena tekstil dengan kualitas sederhana akan mulai disaingi
secara ketat oleh negara- negara seperti Vietnam, Bangladesh, dan sebagainya, yaitu negara-negara yang masih mengandalkan
pada biaya tenaga kerja yang rendah. Di Indonesia, industri tekstil tidak dapat lagi hanya mengandalkan pad a biaya tenaga kerja
yang rendah..
MENILAI PROSPEK INDUSTRI DI MASA
YA N G A K A N D ATA N G
• Idealnya, analis hendaknya dapat melakukan estimasi sebagaimana yang dilakukan dalam analisis pasar, yaitu
menaksir berapa laba yang diharapkan dalam suatu industri, dan berapa PER untuk industri tersebut. Sehingga dapat
memperkirakan nilai industri tersebut.
• Berbagai cara mungkin dilakukan dalam melakukan analisis industri. Pada dasarnya pendekatan –pendekatan
yang dipergunakan mendasarkan diri pada common sense. Dalam melakukan analisis industri, beberapa sumber
yang mungkin dipergunakan adalah (1) Penerbitan dari Biro Pusat Statistik (BPS), (2) penerbitan dari pusat Data
Bisnis Indonesia (PDBI), (3) penerbitan dari lembaga penelitian seperti Lensa Ekuitas. Informasi dari BPS masih
berupa data mentah yang perlu diolah lebih lanjut, sedangkan publikasi dari lembaga penelitian umumnya sudah
mengandung unsur analisis, sehingga hanya memerlukan interpretasi lebih lanjut.
ANALISIS PERUSAHAAN

• Untuk melakukan analisis yang bersifat fundamental, analis perlu memahami variabel-variabel yang mempengaruhi nilai intrinsik saham. Untuk
menaksir nilai intrinsik saham, dua metode yang kita bicarakan adalah dengan menggunakan (1) dividend discount model, dan (2) multiplier
laba (yaitu PER). Apabila diasumsikan bahwa pertumbuhan laba (dan juga dividen) bersifat konstan, maka dividend discount model dapat
dinyatakan sebagai berikut,

• Nilai intrinsik=Po= Di/(r-g)

• Dalam hal ini,

• Po = Taksiran harga saham saat ini

• Di = Dividen yang diharapkan akan diterima pada tahun 1

• r = Discount rate yang dipandang relevan

g = Pertumbuhan dividen di masa yang akan datang

Penggunaan multiplier laba (yaitu PER) dilakukan dengan cara sebagai berikut.

Nilai intrinsik = Taksiran EPS X PER yang ditaksir


• Apabila harga di bursa lebih rendah dari nilai intrinsik yang kita taksir, maka saham tersebut merupakan saham yang sebaiknya dibeli, dan sebaliknya.

• Laba dan PER. Ada dua alasan mengapa dua variabel tersebut yang menjadi perhatian kita. Pertama, untuk dapat meningkatkan pembayaran dividen,
perusahaan harus mampu meningkatkan laba yang diperoleh. Kedua, umumnya terdapat korelasi yang kuat antara pertumbuhan laba (EPS) dengan
pertumbuhan harga saham..

• Memahami laba yang diperoleh perusahaan .

• Pemodal seringkali memusatkan perhatian pada Laba Per Lembar Saham ( Earning Per Share, EPS ) dalam melakukan analisis. Karena itu kita perlu
memahami bagaimana EPS diperoleh dan menunjukkan apa angka tersebut. Angka EPS biasanya disajikan paling bawah dalam laporan rugi laba,
dan karenanya sering disebut sebagai bottom line.

• Angka EPS diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan berdasarkan atas prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima. Karena
itu langka pertama yang perlu dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama,
yaitu Neraca dan Laporan Rugi Laba. Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban finansial, dan modal sendiri pada waktu tertentu (biasanya
pada akhir Desember). Sedangkan Laporan Rugi Laba menunjukkan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung, dan berapa
laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama satu tahun). Illustrasi neraca dan rugi laba suatu perusahaan
disajikan berikut ini.
I L U S T R A S I 1 4 , 5 . B E R I K U T I N I D I I L U S T R A S I K A N N E R A C A D A N
R U G I L A B A P T G U D A N G G A R A M YA N G S U D A H D I S E D E R H A N A K A N .
N E R A C A A D A L A H PA D A 3 1 D E S E M B E R 2 0 1 4 , D A N 2 0 1 5 ,
S E D A N G K A N R U G I L A B A A D A L A H S E L A M A TA H U N 2 0 1 4 D A N 2 0 1 5
Neraca (dalam miliar rupiah)

2014 2015

Aktiva Lancar 2,703 3,000


-Deposito 9 26
-Piutang dagang 325 400
- Persediaan 2,253 2,328
-lainnya 116 246
Investasi 5 6
Aktiva Tetap- Neto 836 892
Aktiva Lain 24 17
Total Aktiva 3,568 3,915

Total kewajiban 1,798 1,879


Kewajiban Lancar 1,798 1,671
- Hutang Bank 1,110 939
- Hutang dagang 173 148
-Pajak yang harus dibayar 478 480
- Lainnya 37 104
Ekuitas 1,770 2,036
- Modal disetor pada nilai
nominal 481 481
-Agio 535 535
-Laba ditahan 754 1,020
Jumlah Kewajiban & Ekuitas 3,568 3,915

Rugi Laba (dalam miliar rupiah)


2,014 2,015
Penjualan bersih 4,783 5,594
Harga pokok penjualan 3,956 4,547
Laba kotor 827 1,047
Ongkos operasi 330 377
Laba operasi 497 670
Penghasilan (Biaya) lain (119) (162)
Laba sebelum pajak 378 508
Laba setelah pajak 249 366
• Neraca perusahaan menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2014, semua kewajiban perusahaan
merupakan kewajiban lancar dalam satu tahun atau kurang), sedangkan pada akhir tahun 2015
menunjukkan terdapat beberapa kewajiban yang bukan bersifat lancar. Analis dapat menghitung
berbagai rasio keuangan, baik untuk angka-angka yang ada dalam neraca, maupun yang ada pada rugi
laba. Beberapa rasio tersebut akan kita hitung dan pergunakan untuk analisis nantinya.

• PT Gudang Garam mempunyai jumlah lembar saham sebanyak 481 juta lembar, dan angka ini juga
nampak pada account “modal disetor pada nilai nominal” sebesar Rp 481 miliar, karena nilai nominal
saham PT Gudang Garam adalah Rp 1,000 per lembar. Dengan jumlah lembar saham tersebut,
maka dapat dihitung EPS pada tahun 2014 dan 2015, berturut- turut sebesar Rp517 dan Rp 761 .

• Meskipun laporan keuangan disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi yang umum diterima, umum
diketahui bahwa laporan keuangan dapat menyajikan angka laba yang berbeda tanpa menyalahi prinsip-
prinsip akuntansi tersebut. Sebagai misal biaya promosi besar-besaran mungkin seluruhnya dibebankan
pada suatu tahun atau disebar ke beberapa tahun dengan argumentasi bahwa promosi tersebut
memberikan manfaat selama beberapa tahun. Karena itu analis perlu membaca penjelasan yang
terdapat pada annual report yang di publikasikan oleh perusahaan, bagaimana kebijakan akuntansi
yang dipilih.

• Dalam posisi ekstremnya, kadang-kadang pemilihan kebijakan akuntansi tersebut dapat menimbulkan
konflik antara perusahaan dengan akuntan publik yang dipergunakan jasanya oleh perusahaan tersebut.
FA K TO R - FA K TO R YA N G
MEMPENGARUHUI LABA
• Pada level perusahaan, EPS mencerminkan kombinasi dari berbgai faktor yang mempengaruhinya. Analisis faktor-faktor tersebut dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Untuk itu kita
akan menggunakan data PT Gudang Garam tahun 2015 sebagai ilustrasi.

• Langkah 1 Apa yang menentukan EPS ?

• EPS= ROE x Nilai buku per saham

• Dalam hai ini ROE adalah tingkat keuntungan ekuitas.

• EPS = Laba setelah pajak/Jumlah saham = Rp366 miliar/481juta

• = Rp 761

• ROE = Laba setelah pajak/Ekuitas = Rp366 miliar/Rp2,036 miliar

• =0,180

• Nilai buku per saham = Ekuitas/jumlah saham= Rp2,036miliar/481 juta

• = Rp 4,233

• Dengan demikian maka,

• EPS = 0,180 x Rp4,233 = Rp 761 (perbedaan terjadi karena pembulatan)

• Langkah 2 Apa yang menentukan ROE

• ROE merupakan perkalian antara profitabilitas atas aset yang dimiliki perusahaan dengan keputusan pendanaannya. Dinyatakan dalam bentuk persamaan,

• ROE = ROA x Leverage

• Dalam hai ini ROA adalah tingkat keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aset, sedangkan leverage menunjukkan seberapa banyak hutang dipergunakan oleh perusahaan
• =
• ROE = Laba setelah pajak/Ekuitas = Rp 366 miliar/ Rp 2,036 miliar

• =0,180

• ROA = Laba setelah pajak/ Total aktiva = Rp 366 miliar/ Rp 3,915 miliar

• = 0,093

• Leverage = Total Aktiva/Ekuitas = Rp 3,915 miliar/ Rp2,036 miliar

• = 1,923

• Dengan demikian maka,

• ROE = 0,093 x 1,923 = 0,179 ( perbedaan terjadi karena pembulatan)

• Persaman tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan akan mampu meningkatkan ROE nya apabila ROA-nya meningkat sedangkan leverage-nya konstan. Leverage konstan berarti proporsi modal pinjaman tidak berubah. Apabila
ROA-nya meningkat maka berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

• Hal yang sama juga berlaku apabila perusahaan mampu mempertahankan ROA dengan menggunakan hutang yang makin besar (leverage-nya meningkat). Kalau perusahaan mampu mempertahankan ROA dengan penggunaan hutang
yang makin besar, maka hal tersebut berarti bahwa penggunaan hutang tersebut mampu memberikan keuntungan yang lebih besar dari biayanya. Sebagai akibatnya ROE meningkat.

• Langkah 3 Apa yang menentukan ROA?

• ROA merupakan perkalian antara dua faktor berikut ini.

• ROA = Net income margin x perputaran aktiva

• Net income margin = Laba setelah pajak/penjualan bersih

• = Rp 366 miliar/ Rp 5,594 miliar = 0,0654

• Perputaran aktiva = Penjualan bersih/ Total aktiva

• = Rp 5,594 miliar/ Rp 3,915miliar = 1,429

• Net income margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva
yang dimilikinya. Apabila salah satu dari kedua faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Dalam contoh ini,

• ROA=0,0654 x 1,429 = 0,0934 (perbedaan karena pembulatan)


• Langkah 4 Apa yang menentukan net income margin?

• Net income margin merupakan fungsi dari dua rasio keuangan, yaitu:

• Net income margin = Laba setelah pajak x Laba operasi

• Laba operasi Sales

• Sisi kanan persamaan tersebut berturut-turut desebut sebagai income ratio dan operating efficiency. Dalam contoh kita,

• Income ratio = Laba setelah pajak/ Laba operasi

• = Rp 366 miliar/ Rp 670 miliar = 0,546

• Operating efficiency = Laba operasi/Penjualan bersih

• = Rp 670 miliar/Rp 5,594 miliar = 0,1198

• Income ratio menunjukkan dampak pembayaran bunga dan pajak pada laba bersih setelah pajak. Sedangkan operating efficiency menunjukkan kemampuan menghasilkan laba operasi dari setiap rupiah penjualan
(beberapa analis menggunakan istilah profit margin). Dalam contoh ini,

• Net income margin = 0,546 x 0,1198 = 0,0654

• Dengan melakukan analisis tersebut kita dapat mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan tersebut.

• Untuk keperluan analisis, kita perlu memperhatikan EPS di masa yang akan datang, bukan EPS yang telah diperoleh. Hal tersebut disebabkan karena harga saham hari ini merupakan presen value dari penghasilan-
penghasilan yang akan diterima oleh pemodal di masa yang akan datang, dan penghasilan-penghasilan tersebut akan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan memperoleh laba di masa yang akan datang. Memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi EPS di waktu yang lalu memang baik dilakukan, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana faktor-faktor tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan EPS di masa yang akan
datang..

• Karena EPSi = EPSo (1+g), maka pertanyaan yang wajar diajukan adalah bagaimana memperkirakan pertumbuhab EPS di masa yang akan datang. Maka apabila diasumsikan tidak terdapat penambahan dana dari luar
perusahaan, pertumbuhan laba (=g) akan merupakan perkalian antara proporsi laba yang ditahan dengan ROE. Dengan kata lain, g= b(ROE). Dengan demikian apabila diharapkan bahwa pada tahun depan PT Gudang
Garam akan menghasilkan ROE sebesar 30%, sedangkan laba yang dibagi sebesar 40%, maka g akan diperkirakan sebesar (0.6) x 24%= 18%. Dengan EPS= Rp 761, maka taksiran EPS 2016 = Rp 761(1+0,18) =
Rp898. Apabila 40% laba dibagikan sebagai dividen maka D2016 = 0,4 x Rp 898= Rp 359.
• Dengan menggunakan model pertumbuhan konstan, maka taksiran harga untuk awal tahun 2016 adalah ,

• P2016 = 359/r- 0,18

• Tergantung pada taksiran kita akan r, maka taksiran harga pada tahun 2016 dapat diperoleh. Perhatikan juga bahwa penggunaan rumus dengan pertumbuhan konstan akan
menghasilkan harga saham yang sangat peka terhadap taksiran r dan/atau g .

• Analisis dengan menggunakan faktor-faktor yang dipandang relevan

• Analisis mungkin saja melakukan analisis langsung terhadap faktor-faktor yang dipandang akan mempengaruhi harga saham. Cara semacam ini pada dasarnya merupakan
penerapan teknik analisis fundamental.

• Berikut ini diberikan suatu contoh model peramalan harga saham yang sederhana, dengan mengandalkan atas variabel-variabel:

• (1) Pertumbuhan penjualan

• (2) Nilai penjualan

• (3)Penghasilan di luar operasi (kalau ada)

• (4) Net profit margin (yaitu rasio antara laba bersih setelah pajak dengan total penghasilan)

• (5) Price Earning ratio (PER)

• Model diterapkan untuk peramalan harga saham per triwulan (di BEJ-pun perusahaan yang terdaftar di bursa diharuskan memberikan laporan keuangan per triwulan
VA L U AT I O N
• DDM Valuation Model
• The Free Cash Flow to Equity
• The Price/Book Value Ratio, The Price/Cash Flow Ratio,
The Price/Sales Ratio
D D M VA L U AT I O N M O D E L
The dividend discount model (DDM) is a quantitative method used for
predicting the price of a company's stock based on the theory that its
present-day price is worth the sum of all of its future dividend
payments when discounted back to their present value.
D D M VA L U AT I O N M O D E L
D1 D2 D3
V0     ...
1 k 1  k  1  k 
2 3

• V0 = current value

• Dt = dividend at time t

• k = required rate of return

• DDM says V0 = the present value of all expected future dividends into perpetuity
C O N S TA N T G R O W T H D D M
D0 1  g  D1
V  0 
kg kg
• V0 = current value

• Dt = dividend at time t

• k = required rate of return


• g = dividend growth rate
C O N S TA N T G R O W T H D D M
• A stock just paid an annual dividend of $3.24/share
• Dividend is expected to grow at 8% indefinitely
• Required rate of return rate is 14%

D1 $3.24
V0    $54
k  g .14  .08
PREFERRED STOCK AND
THE DDM
• No growth case (fixed dividends)
• Value a preferred stock paying a fixed dividend of $2 per share when the rate is 8%:

$2
Vo   $25
0.08  0
THE FREE CASH FLOW TO FIRM
Free cash flow to the firm (FCFF) represents the amount of cash flow from
operations available for distribution after accounting for depreciation expenses,
taxes, working capital, and investments.

THE FREE CASH FLOW TO EQUITY


Free cash flow to equity (FCFE) is a measure of how much cash is available to
the equity shareholders of a company after all expenses, reinvestment, and debt are
paid.
THE FREE CASH FLOW TO FIRM
• Free cash flow to the firm, FCFF, equals:
• After tax EBIT
• Plus depreciation
• Minus capital expenditures
• Minus increase in net working capital

FCFF  EBIT  (1  t )  Depreciation  Cap. Exp.  NWC


THE FREE CASH FLOW TO EQUITY
• Free cash flow to equity, FCFE, equals:
• FCFF
• Minus after tax interest
• Plus increase in debt

FCFE  FCFF  Interest  (1  t )  Debt


C O M P A R A T I V E VA L U E A P P R O A C H E S
• The Price/Book Value Ratio
• The Price/Cash Flow Ratio
• The Price/Sales Ratio
T H E P R I C E / B O O K VA L U E R A T I O
The price-to-book ratio (P/B ratio) to compare a firm's market capitalization to its book value.

PBV = Market Price per Share


Book Value per Share
or
PBV = Market Capitalization
Book Value
T H E P R I C E / C A S H F L O W R AT I O
The price-to-cash flow (P/CF) ratio is a stock valuation indicator or multiple that measures
the value of a stock’s price relative to its operating cash flow per share.

PCF = Market Price per Share


Cash Flow Operation per Share
or

PCF = Market Capitalization


Cash Flow Operation
T H E P R I C E / S A L E S R AT I O
The price-to-sales (P/S) ratio is a valuation ratio that compares a company’s stock price to
its revenues.

PS = Market Price per Share


Revenue per Share
or
PS = Market Capitalization
Revenue/Sales
T E R I M A K A S I H U N T U K P E R H AT I A N YA

Anda mungkin juga menyukai