KESELAMATAN PASIEN
DASAR HUKUM
UU.N0.44 TH.2009
Tentang Rumah Sakit :
Pasal 43 :(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
STANDAR
KESELAMATAN PASIEN
P
PROGRAM
WHO PATIENT SAFETY E
TUJUH LANGKAH MENUJU N
KESELAMATAN PASIEN I
RUMAH SAKIT
L KARS
A
I
A
SASARAN
KESELAMATAN PASIEN
N
9 SOLUTIONS
RUMAH SAKIT
1
Ketepatan Identifikasi Pasien
Gambaran umum
• Kesalahan identifikasi bisa terjadi disemua aspek diagnosis dan tindakan
• Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak benar jika pasien dalam keadaan
terbius, mengalami disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, koma, saat pasien pindah TT,
berpindah kamar, berpindah lokasi dalam lingkungan pasien, terjadi disfungsi sensoris,
lupa identitas diri dll.
• Tujuan:
a.Memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan
b.Menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien
• Ketepatan identifikasi Adalah suatu prosedur konfirmasi identitas pasien untuk ketepatan
Identifikasi Pasien agar tidak terjadi kesalahan sesuai dengan identitas yang ada di dalam
rekam medik.
• Identifikasi menggunakan minimal 2 dari 4 identitas:
nama lengkap pasien
tanggal lahir
nomor rekam medik
Nomor induk kependudukan (NIK)
• Ternik Identifikasi lain bisa juga menggunakan Bare code atai Iris mata
• Identifikasi Pasien ini diterapkan kepada semua pasien Instalasi Rawat Inap, rawat jalan, pasien
Instalasi Gawat Darurat (IGD), kamar operasi, unit layanan diagnostik (pasien endoscopy, pasien
BNO/IVP, pasien menggunakan bahan kontras) dan pasien yang akan menjalani suatu tindakan medis
(pasien Haemodialisa, pengambilan spesimen, pemberian cairan intravena, kateterisasi jantung, dll)
• Identitas pasien terdapat pada :
Gelang pasien Makanan (diit)
Semua berkas RM Specimen
Label obat Permintaan pemeriksaan
Kertas resep Hasil laboratorium / radiologi
• Warna
Biru untuk pasien pria
Merah muda(pink) untuk pasien wanita
• pasien harus ditanyakan mengenai alergi yang dimiliki. Jika pasien
memiliki alergi diberikan PIN/kancing pengenal berwarna
merah
• Pasien memiliki risiko jatuh, diberikan PIN/kancing berwarna
kuning
• Pasien yang menolak resusitasi ( DNR ) atau karena sebab
lain diberikan PIN/kancing berwarna ungu
Prosedur Pemakaian Gelang Identifikasi Pasien
• Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari rumah
sakit oleh perawat.
• Nama tidak boleh disingkat, nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
• Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal yang baru.
• Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan dan selama
tindakan/prosedur di rumah sakit
• Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.
• Periksa ulang gelang identifikasi pasien sebelum dipakaikan kepada pasien
• Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka misalnya“Siapa
nama Anda?”
• Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya verifikasi identitas pasien kepada
keluarga/pengantarnya atau tanya ulang nama dan nomor rekam medik, dan tanggal lahir
kemudian bandingkan
Prosedur Pemakaian Gelang Identifikasi Pasien
• khusus untuk pasien jiwa, pasien luka bakar yang tidak mungkin dipasang
gelang, dilakukan foto wajah di ruangan / IGD oleh perawat yang bertugas
yang kemudian dicetak ukuran 4 x 6 dan di tempelkan di rekam medik.
• Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani tindakan medis
menggunakan 1 gelang identifikasi pasien. Kecuali pasien pasca persalinan
menggunakan 2 gelang, yaitu 1 gelang ibu dan 1 gelang anak. Pengecekan
gelang identifikasi pasien dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
• Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan pastikan
gelang identifikasi pasien terpasang dengan baik.
• Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan
membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang identifikasi
pasien.
Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang
pengenal
• Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab seperti:
Menolak penggunaan gelang pengenal.
Gelang pengenal menyebabkan iritasi kulit.
Gelang pengenal terlalu besar.
Pasien melepas gelang pengenal.
• Yang harus dilakukan, pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika
gelang identifikasi pasien tidak dipakai dan petugas harus lebih waspada dan mencari cara
lain untuk mengidentifikasi pasien dengan benar sebelum dilakukan prosedur kepada
pasien. Alasan pasien harus dicatat pada rekam medik, dan ditandatangani
pasien/keluarga, kemudian direkap oleh kepala ruangan dan didokumentasikan.
Identifikasi Pasien yang menjalani tindakan Operasi
• Pasien rawat jalan yang menggunakan gelang identifikasi pasien pada pasien tindakan :
endoskopi, haemodialisa, BNO/IVP dan tindakan yang menggunakan bahan kontras.
• Jika pasien adalah rujukan dari dokter umum/puskesmas/layanan kesehatan lainnya,
surat rujukan harus berisi identitas pasien berupa nama lengkap, tanggal lahir, dan
alamat. Jika data ini tidak ada, prosedur/terapi tidak dapat dilaksanakan.
• Jika pasien rawat jalan tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri, verifikasi data
dengan menanyakan keluarga/pengantar pasien.
• Jika pasien rawat jalan beriko jatuh diberikan tanda stiker bulat warna kuning
bertuliskan “Fall Risk” yang ditempel pada baju dada sebelah kiri.
Identifikasi Pasien dengan nama yang sama satu ruang
perawatan
• Apabila ada pasien dengan nama sama dalam satu ruangan maka diberi identitas
tambahan berupa huruf kapital dibelakang nama dimulai dari huruf A dan seterusnya
Contoh : Toni A, Toni B dst
• Apabila pasien lupa dengan nomor rekam medik, maka perawat harus menginformasikan
kepada perawat yang bertugas setiap kali pergantian jaga mengenai nama, nomor
rekam medik dan tanggal lahir dari pasien tersebut dan didokumentasikan.
• Berikan tanda perhatian dengan menggunakan tulisan warna merah “ hati – hati
nama sama” pada label / stiker yang ditempel pada gelang, di lembar pencatatan,
lembar obat-obatan, dan lembar tindakan.
Prosedur Identifikasi Pasien Gangguan Jiwa
• Pada pasien gangguan jiwa identifikasi pasien menggunakan foto pasien dengan
ukuran 4 X 6 yang ditempel di sampul lembar rekam medik, beserta data lengkap
lainnya.
• Proses pembuatan foto dilakukan di ruang perawatan jiwa setelah pasien masuk
perawatan dan di foto oleh perawat ruangan.
• Jika terdapat ≥ 2 pasien dengan nama yang sama di ruang rawat, berikan
tanda/label notifikasi pada rekam medik, tempat tidur pasien, dan dokumen
lainnya.
Identifikasi pasien luka bakar
• Pasien yang meninggal di ruang rawat rumah sakit harus dilakukan konfirmasi
terhadap identitasnya dengan gelang identifikasi pasien dan rekam medik (sebagai
bagian dari proses verifikasi kematian).
• Satu salinan surat kematian harus ditempelkan di kain kafan/ diserahkan
keluarganya. Salinan kedua harus ditempelkan di kantong jenazah (body
bag)apabila pasien dengan penyakit menular. Salinan ketiga disimpan di rekam
medik pasien.
Prosedur Melepas Gelang identifikasi pasien
1. Gelang identifikasi pasien hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari rumah sakit.
2. Yang bertugas melepas gelang identifikasi pasien adalah perawat ruangan yang bertanggung jawab
terhadap pasien selama masa perawatan di rumah sakit.
3. Gelang identifikasi pasien dilepas setelah semua proses selesai dilakukan. Proses ini meliputi:
pemberian obat-obatan kepada pasien dan pemberian penjelasan mengenai rencana perawatan
selanjutnya kepada pasien dan keluarga.
4. Gelang identifikasi pasien dilepas dengan cara digunting menjadi potongan-potongan kecil sebelum
dibuang ke tempat sampah medis (kantong plastik warna kuning).
5. Pada saat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang identifikasi pasien sementara (saat masih
dirawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan gelang identifikasi pasien mengganggu suatu
tindakan medis. Segera setelah prosedur selesai dilakukan, gelang identifikasi pasien dipasang kembali
oleh perawat ruangan.
6. Pada pasien yang meninggal, gelang identifikasi pasien di lepas di kamar jenazah oleh petugas kamar
jenazah.
Prosedur Pasien yang identitasnya tidak diketahui
• Apabila ada pasien masuk rumah sakit, sadar atau tidak sadar, tanpa tanda
pengenal dan tidak ada keluarga,diberikan identitas nama dengan huruf
X(Mr.X) dan tanggal masuk rumah sakit. Bila pada hari yang sama, ada
pasien tak dikenal berikutnya, akan diberi nama Mr.Y, dan seterusnya
• Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang identifikasi pasien baru
dengan identitas yang benar.
Prosedur penulisan obat untuk pasien alergi pada
Rekam medik
• Tulis nama obat yang menyebabkan pasien alergi pada Rekam Medik,
macam/jenis obat.
• Setiap pergantian jaga,Perawat ruangan selalu serah terima kepada perawat
pengganti.
Prosedur identifikasi untuk pemasangan PIN / kancing
ungu DNR
• Memberi penjelasan/ meminta persetujuan kepada keluarga pasien mengenai perlu
tidaknya dilakukan RJP pada pasien dengan prognosa jelek yang disertai kondisi :
Pasien umur diatas 80 tahun.
Pasien mengalami koma dengan GCS dibawah 9.
Pasien dengan kondisi sakit berat contohnya trauma kepala berat, pasien sepsis dll.
• Apabila menyetujui untuk pemasangan PIN/kancing DNR, keluarga mengisi inform
consent.
• Apabila terjadi henti jantung, pasien yang bertanda PIN/kancing warna ungu tidak
perlu dilakukan tindakan RJP
Contoh kesalahan yang dapat terjadi
2
Peningkatan Komunikasi Efektif
Gambaran Umum
• Pengertian komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz &Weihrich, 1988)
• Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003)
• Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) atau perubahan perilaku (behavior change) atau setidaknya
perubahan opini (opinion change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Principles of communication
Communication is a process
Communication is complex
Communication is irreversible
Clarity and Brevity • kata-kata sederhana,, jelas dan tepat untuk menciptakan dampak yang diinginkan
• menjadi pendengar yang baik, waspada dan sabar.unt dapat memahami dan
Listening and Understanding menafsirkan pesan dengan baik.
Emotional Intelligence • sadar secara emosional dan kemampuan untuk memengaruhi orang lain dari dalam
Bersifat terbuka, hormat dan sopan selama proses interaksi, perhatikan nilai” budikan
andaaya pasien
Tanggapi panggilan bell sesegera mungkin
Pastikan anda mendapatkan perhatian saat berkomunikasi
Gunakan kata-kata yang tidak mengancam, jelaskan apa yg akan dilakan, bukan
memberi perintah
Gunakan frase yg sederhana dan dapat dimengerti, bukan istilah medis
Berbijara dengan sopan
Gunakan nada suara yang menyenangkan, normal
Berdiri (diupayakan), agar dpt terlihat gerak bibir ->>> membaca bibir adalah bagian
dari semua pendengaran normal
Gunakan bahasa tubuh yang sesuai
Jelaskan fakta dan presedur, sebelum mengenakan masker
Waspadaikebutuhan pasien, berikan waktu unt menjawab pertanyaan anda serta
pertanyaan pasien
Berkomunikasi melalui telepon
Faktor pesan.
• Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
• Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator
dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
• Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyajikan/menyarankan beberapa cara
untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
• Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi kelompok komunikan dalam
memberikan tanggapan yang dikehendaki
Teknik Komunikasi Efektif Antar Pribadi
5 ciri :
• Keterbukaan
• Empati
• Dukungan
• Rasa positif
• Kesetaraan
TULIS .
Yang disampaikan harus ditulis pada berkas rekam medis di catatan perkembangan
pasien terintegrasi, berisi:
a. Isi perintah.
b. Nama pemberi perintah.
c. Nama penerima perintah.
d. Tanggal dan jam.
• Kalimat yang sulit, harus diabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan
alfabeth
• BACA ULANG
Perintah/ Instruksi lisan/via alat komunikasi/ telepon dan laporan hasil kritis harus di baca ulang oleh
penerima pesan kepada pemberi pesan.
Amitriptyline 25 mg, Acyclovir 200 mg atau tindakan yang tidak jelas harus di eja dengan menggunakan
ejaan alphabet yang sudah di standarisasi seperti di atas.
• KONFIRMASI
di cap konfirmasi (stempel “TBK”) dan harus diverifikasi oleh pemberi pesan dalam waktu
kurang dari 1x 24 jam. Apabila pemberi pesan(dokter DPJP) sedang tidak ada ditempat
maka cap konfirmasi dapat ditanda tangani oleh dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter
DPJP( Dokter Penanggung Jawab Pasien).
Stempel “TBK”
TULIS, BACA ULANG, KONFIRMASI
PENERIMA PESAN PEMBERI PESAN
TGL: JAM: TGL: JAM:
( ) ( )
Standarisasi alfabetf:
Huruf Kode alfabet Huruf Kode Alfabet
A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliete W Whiskey
K Kilo X X-ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
Komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation)
• Situation.
Petugas pelapor menyebutkan salam, identitas pelapor dan asal ruang perawatan, identitas pasien, dan
alasan untuk melaporkan kondisi pasien, secara subyektif dan obyektif.
• Background.
Petugas pelapor menyebutkan:latar belakang pasien, yaitu Riwayat Penyakit Sekarang (RPS), alasan
pasien dirawat inap (bila rawat inap), pengelolaan pasien yang sudah berjalan, dan terapi yang diterima
pasien sampai saat itu (yang signifikan).
• Assessment.
Pelapor menyebutkan penilaian kondisi pasien menurut dirinya (bila ada)
• Recommendation.
Pelapor menyebutkan rekomendasi untuk pasien tersebut menurut pelapor (bila ada) atau menanyakan
apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
• Konfirmasi Ulang.
Catat hasil pembicaraan pada secarik kertas, sebutkan ulang kepada pihak yang dilapori, bila benar, pihak
yang dilapori menyatakan setuju dengan hasil tersebut. Pembicaraan selesai.
Teknik Berbicara Efektif
• Antar PPA (dokter-dokter, staf medis-staf keperawatan atau staf lain,, PPA-PPA saat
pergantian shift)
• Antar berbagai tingkat layanan(ICU-Unit perawayan, IGD-OK)
• Dari unit perawatan ke unit layanan diagnostik atau tindakan(radiologi atau unit terapi fisik)
Masalah Strategi
Sistem dukungan: akses Tersedia waktu yg cukup untuk menyelesaikan laporan serah
kedata / informasi sulit terima
Dukung kesempatan untuk bertanya secara interaktif
Kembangkan system yang mendukung
Infrastruktur Pemimpin menyediakan desain dan implementasi system yang
mendukung
Sediakan SDM, peralatan, tehnologi dan kesempatan
Pendidikan yang memadai
Libatkan perawat dalam desain lingkungan kerja
Pengiriman pasien: Pertimbangkan model keperawatan yang mendukung
Jumlah pasien Libatkan perawat dalam dalam menentukan model
Lingkungan tidak Libatkan penyedia layanan dalam merencanakan kebutuhan
kondusif ruang
Keterbatasan tehnologi: Desain system elektronik
catatan menjadi tebal Sediakan proses yg memadai, infrastruktur, SDM
Budaya organisasi yang Kemangkan proses antar organisasi
berbeda
Hambatan individu dan organisasi dalam proses Handover
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009)
Masalah Strategi
Intra atau ekstra system Merancang sistem, proses dan kebijakan yang memungkinkan
pengiriman pasien untuk kolaborasi dan efisiensi
Serah terima obat”an harus selesai dan tuntas saat serah
terima
Hilangkan hambatan komunikasi
Komunikasi dua arah
Libatkan komunikasi lisan, tulisan dan elektronik
Pantau proses serah terima pasienuntuk perbaikan
Keterbatasan tenaga Alokasikan tenaga dengan tepat
Kurang tenaga Pantau untuk proses perbaikan
Perangkat tidak Tindaklanjuti informasi penting
berfungsi baik Monitor pengganti peralatan
Upgrade peralatan baru
Garis tanggung jawab Jika perlu ‘pemaksaan’
Identifikasi dengan jelas tentang tanggung jawab dimaksud
Batasan waktu Yakinkan ada waktu untuk interaksi dan tanggung jawab
Hambatan individu dan organisasi dalam proses Handover
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009)
Masalah Strategi
Batasan waktu Yakinkan ada waktu untuk interaksi dan tanggung jawab
Situasi darurat/kegiatan Tetap selesaikan serah terima sampai jelas termasuk informasi
kritis kritis telah diterima
Kemungkinan perlu menunda serah terima sampai maslah
penting selesai dibahas dan ditangani terlebih dahulu
Cermati setiap informasi yang dikirim bahwa semua telah
diterima akurat
Pasien kritis/labil Laporan disamping TT pasien
Beri kesempatan untuk mengamati pasien secara bersama
Mengklarifikasi isu, berdiskusi
Serah terima Kelompok (rawat inap, berbasis bangsal)
• Terjadi setiap hari pada saat shift bergeser atau mulai bergeser
• Berlangsung di area yang ditentukan
• Semua perawat, termasuk perawat mahasiswa, memulai shift menghadiri serah terima
kelompok
• Serah terima kelompok dipimpin oleh yang bertanggung jawab atas shift
• Format ISBAR diterapkan pada serah terima terstruktur
• Serah terimadihargai dengan gangguan minimal (tidak ada ponsel)
• Pada akhir serah terima kelompok, pesan penting apa pun yang berkaitan dengan bangsal
atau rumah sakit dibahas misalnya. kepegawaian, masalah potensial yang relevan untuk
menjalankan unit
• Serah terima kelompok selesai memungkinkan waktu yang cukup untuk serah terima
inventaris sebelum perawat menyelesaikan shift sebelumnya
• Memungkinkan waktu yang memadai untuk meninjau semua yang didokumentasikan
Bedside Handover (rawat inap, berbasis bangsal)
• Serah terima terjadi pada setiap tempat tidur pasien termasuk pasien, orang tua/pengasuh
• Serah terima terjadi antara perawat yang memegang tanggung jawab untuk perawatan dgn
perawat yang akan memikul tanggung jawab perawatan pasien berikutnya
• Proses identifikasi Pasien dengan mengonfirmasi nama lengkap, tanggal lahir, dan Nomor
Rekam Medis sesuai dengan Prosedur Identifikasi Pasien
• Kewaspadaan klinis diidentifikasi (mis: alergi, tindakan pencegahan pengendalian infeksi)
• Format ISBAR diterapkan untuk penyerahan struktur
• Pasien dan orang tua / pengasuh didorong untuk berpartisipasi dalam serah terima dan
mengetahui rencana perawatan untuk shift berikutnya
• Pasien, orang tua / pengasuh dan perawat didorong untuk memanfaatkan papan
komunikasi di ruang pasien sebagai alat untuk penyerahan antara tim multidisiplin
• Serah terima didokumentasikan dalam RM
• Setelah serah terima di samping tempat tidur, Review RM dilakukan
Sasaran Tiga
3
Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (High alert medication)
Gambaran Umum
• high-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara signifikan
berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat
• Setiap obat jika salah menggunakannya dapat membahayakan pasien, bs menyebabkan kematian atau
kecacatan, terutama obat yg perlu diwaspadai
• Obat yg perlu diwaspadai adalah obat yg mengandung risiko yg meningkat jk salah menggunakan yg
dpt menimbulkan kerugian besar bagi pasien
• Obat yg perlu diwaspadai terdiri atas:
a. Bila terjadi kesalahan bs menyebabkan kematian atau kecacatan, misal insulin, heparin atau
kemoterapi
b. Nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak sama (look like), bunyi ucapan sama (sound a
like), misal: xanac-zantac,
c. Elektrolit konsentrat: potasium fosfat ≥ 3 mmol/ml, naCl>0,9%, MgSO4≥50%
d. Elektrolit dg konsentrasi tertentu: potasium klorida ≥1 meq/ml, MgSO4 ≥20%
NORUM- medication error
Penyebabnya:
• Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medications
• Instruksi ini harus mencakup minimal:
Nama psien dan nomor rekam medis
Tanggal dan waktu instruksi dibuat
Nama obat ( generik ), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
• Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap high alert
medications secara tertulis
• Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah terstandarisasi dengan
menggunakan instruksi tertulis/tercetak.
TATA LAKSANA PENYIMPANAN DAN PERSIAPAN
• Elektrolit pekat hanya boleh disimpan di : ICU / NICU, IGD, Depo Farmasi, dan Kebidanan.
• Penyimpanan obat High Alert selain Elektrolit Pekat disimpan di :
Depo Farmasi Rawat Jalan, IGD, Rawat Inap, dan Kamar Operasi.
Trolly Emergency ruang Perawatan Rawat Inap
Hemodialisa.
Radiologi.
• Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan dengan obat-obatan rutin
lainnya. Jika high alert mediacations harus disimpan di area perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan
dengan diberikan label ‘ Peringatan : high alert medications’ pada tutup luar tempat penyimpanan.
• Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert medications, berikanlah pesan
pengingat di tutup cabinet agar pengasuh / perawat pasien menjadi waspada, dan berhati-hati dengan high
alert medications. Setiap kotak /tempat yang berisi high alert medications harus diberi label.
• Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas dengan menggunakan huruf /
tulisan yang berbeda dengan sekitarnya
TATA LAKSANA PEMBERIAN OBAT
• Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda( double-check ) terhadap semua high alert medications sebelum diberikan
kepada pasien
• Pengecekan ganda terhadap high alert medications
Pengecekan ganda perlu diperlukan sebelum memberikan high alert medications tertentu / spesifik dan disaat pelaporan
pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada catatan pemberian medikasi pasien.
Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-
obatan, antara lain: perawat, ahli farmasi, dan dokter.
Pengecekan keduaakan dilakukan oleh petugas yang berwenang, teknisi, atau perawat lainnya. ( petugas tidak boleh sama dengan
pengecek pertama ).
Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda / verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut :
Setiap akan memberikan injeksi obat
Untuk infuse :
Saat terapi inisial
Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
Saat pemberian bolus
Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
Setiap terjadi perubahan dosis obat
Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter.
Elektrolit pekat (KCl 7,46%, NaCl 3 %, MgSo4, dan Na
Bicarbonat)
• Elektrolit pekat tidak boleh berada di ruang perawatan, kecuali di kamar operasi
jantung dan unit perawatan intensif (ICU) dengan syarat disimpan di tempat
terpisah, akses terbatas dan diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan
yang tidak disengaja.
• Peresepan, penyiapan, pemberian elektrolit pekat mengikuti prosedur penanganan
obat high alert.
• Instalasi Farmasi menyediakan premixed solution untuk elektrolit KCl infus
PEMBERIAN HIGH ALERT MEDICATIONS PADA
PEDIATRIK DAN NEONATUS
• Lakukan pengecekan ganda oleh 2 orang petugas kesehatan yang berkualitas ( perawat, dokter, ahli
farmasi )
• Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk penggunaan secara kontinu infuse intravena
untuk semua pasien pediatric yang dirawat, PICU, dan NICU. Berikan label ‘ konsentrasi…….’ Untuk
spuit atau botol infuse dengan konsentasi modifikasi
• Hanya staf yang berpengalaman dan kompeten yang diperbolehkan memberikan obat.
• Simpan dan instruksikan hanya 1 ( satu ) konsentrasi
• Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh menggunakan satuan milliliter.
• Jangan menginstruksikan penggunaan obat-obatan ini sebagai rutinitas / jika perlu. Jika diperlukan
pemberian obat secara pro re nata ( jika perlu ), tentukan dosis maksimal yang masih di
perbolehkan ( misalnya : dosis maksimal 500 mg perhari )
lasa (look alike sound alike) atau
norum (nama obat rupa ucapan mirip)
Sasaran Empat
4
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien
pembedahan
Gambaran umum
• Tindakan bedah dan prosedur invasif mencakup semua prosedur investigasi dan
pemeriksaan penyakit serta kelainan tubuh manusia melalui mengiris, mengangkat,
memindahkan, mengubah atau memasujjan alat laparoskop/edokofpi ke dalam tubuh untuk
keperluan diagnos
• RS menentukan area dimana dilakukan tindakan bedah dan prosedur invasif (kateterisasi
jantung, radiologi intervensi, laparoskopi, endokospi, pemeriksaan lab, dll.
• Ketentuan tentang tepat, lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien berlaku disemua area yang
melakukan tindakan bedah dan invasif
• Harus ada prosedur yang seragam tentang
a. Pemberian tanda tempat operasi
b. Verifikasi pra operasi
c. Melakukan time out sebelum insisi dilakukan
Gambaran umum
• Semua pasien yang akan menjalani suatu prosedur operasi, harus diidentifikasi dan dijamin sisi operasi yang
tepat, prosedur yang tepat serta pasien yang tepat sebelum, saat dan setelah menjalani suatu operasi.
• Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikut sertakan pasien
dalam proses penandaan.
• Menggunakan checklist untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat serta pasien yang tepat
sebelum dilakukan tindakan operasi, serta kelengkapan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan
tersedia, benar dan berfungsi.
• Tim operasi atau tenaga kesehatan yang ikut dalam operasi melakukan, membuat dan mendokumentasikan
prosedur :
check in ( Tempat penerimaan pasien ),
Sign In ( sebelum tindakan anestesi / induksi )
Time Out ( sebelum tindakan insisi )
Sign Out ( sebelum menutup luka operasi dan meninggalkan kamar operasi )
check out ( serah terima perawat anestesi dengan perawat ruangan )
Salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien pada saat tindakan
invasif bisa terjadi akibat:
• Komunikasi yan tidak efektif dan tidak akutan antar anggota tim
• Tidak melibatkan pasien dalam memastikan lokasi dan tidak ada prosedur
verifikasi
• Assesmen pasien tidak lengkap
• Rekam medis toasien tidak lengkap
• Budaya tidak mendukung komunikasi terbuka antar tim
• Masalah terkait dengan tulisan yang tidak terbaca , tidak jelas dan tidak lengksp
• Penggunaan singkatan yang tidak standar
Penandaan lokasi operasi ( marking site)
• Melibatkan pasien
• Menggunakan tanda yg tepat dan mudah dikenali yang di sepakati
• Tanda ( Marking site ) menggunakan tinta permanen yang tidak mudah terhapus
• Tanda harus konsisten disemua tempat
• Dilakukan oleh petugas yang melakukan operasi
• Tanda yang digunakan “ √ ” yang menunjukkan rencana insisi atau sisi insisi.
• Daerah yang tidak di operasi, jangan di tandai kecuali sangat di perlukan
• Dilakukan saat pasien sadar atau terjaga dan memahami jika mungkin dan masih terlihat jekas saat pasien sadar
• Lokasi yang akan dioperasi diberi tanda
• Penjelasan mengenai prosedur secara tertulis harus di sertakan bila pasien menolak pemberian tanda
• Tanda di buat sebelum pasien di operasi di ruang perawatan, kecuali pasien cito tanda di buat di
IGD atau di kamar bedah
Penandaan lokasi operasi ( marking site) Pada
• Identitas Pasien
• Kelengkapan Dokumen : Surat Ijin Operasi ( SIO ), Surat ijin Anestesi ( SIA )
• Penandaan area / lokasi operasi (marking site )
• Keadaan umum pasien
• Pemeriksaan pre anestesi
• Pemberian antibiotik profilaksis bila diperlukan di berikan satu jam pre op
• Hasil pemeriksaan penunjang ( Laboratorium, Radiologi dan lain-lain )
• Perlengkapan khusus alat/implant
• Persiapan darah.
• Dokumentasikan ke dalam checklist.
Sign In ( sebelum tindakan anestesi / induksi dilakukan di dalam kamar operasi )
Perawat OK / Bedah dan Tim anestesi melakukan konfirmasi tentang
• Identitas pasien.
• Penandaan area operasi, lokasi, dan prosedur yang benar
• Apakah ada riwayat alergi obat
• Resiko aspirasi dan factor penyulit
• Bila ada antisipasi penangannya
• Resiko kehilangan darah
• Bila ada konfirmasi akses intra vena
• Apakah kesiapan alat dan obat anestesi sudah lengkap dan rencana antisipasinya.
• Dokumentasikan ke dalam checklist
Time Out ( Sebelum Tindakan Insisi / pembedahan ) di dalam
kamar operasi yang dikerjakan oleh perawat sirkuler
• Dipimpin oleh dokter Operator
• Di lakukan ditempat tindakan yang akan dilakukan
• Melibatkan seluruh tim operasi
• Didokumentasikan secara ringkas dengan menggunakan checklist
• Time out dibacakan dengan lantang dan jelas oleh perawat sirkuler tentang :
identitas pasien, rencana tindakan dan area
Penandaan area operasi
Penayangan hasil pemeriksaan penunjang (Rongent, Ct Scan, MRI ) dengan benar.
Apakah diberikan antibiotik Profilaksis intra operasi.
Tahap penting /Perhatian khusus dalam pembedahan
Perkiraan lamanya operasi
Antisipasi kehilangan darah
Adakah hal khusus yang perlu perhatian
Perawat sirkuler menuju sterilisator yang telah dikonfirmasi bila perlu peralatan tambahan selama operasi
Sign Out ( tindakan Sebelum menutup luka operasi dan meninggalkan
kamar operasi ) perawat sirkuler melakukan konfirmasi verbal tentang :
• Healthcare Assosiated Infections (HAIs) Adalah: Infeksi yang terjadi pada pasien selama proses
perawatan baik itu di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
• Pencegahan Pengendian Infeksi (PPI) di rumah sakit dikelola dan diintegrasikan antara tenaga
struktural dan fungsional dari semua departemen/instansi /divisi yang ada di rumah sakit yang
terdiri dari
1. Panitia Infeksi Rumah Sakit
Ketenagaan dari panitia infeksi rumah sakit melibatkan unsur :
Dokter UPF Medikal / Non-Medikal.
Dokter UPF Kedokteran Forensik.
Dokter UPF Patologi Anatomi / Patologi Klinik.
Komite Keperawatan.
Instalasi Bedah Sentral / R. ICU / Gawat Darurat / Rawat Jalan.
Instalasi Farmasi , Kesehatan Lingkungan , Binatu / dan Gizi
5
• Melaksanakantindakan PPIRS.
• Membantu petugas kesehatan dalam melaksanakan asuhan pasien.
• Memonitor sanitasi ruangan.
• Bekerjasama dengan IPCO dalam surveilans Infeksi Rumah Sakit dan mendeteksi kejadian Luar
Biasa (KLB).
• Melatih dan mengajarkan masalah PPIRS kepada petugas kesehatan dibawah IPCO.
• Melakukan pengolahan data bulanan dan tahunan tentang Infeksi Rumah Sakit.
• Menganjurkan, mengingatkan cara pengambilan, penyimpanan dan pengiriman bahan pemeriksaan
mikrobiologi.
• Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga tentang topik infeksi
yangsedang berkembang di masyarakat termasuk tentang infeksi dengan insiden tinggi
Tugas panitia infeksi rumah adalah:
• Hand Hygiene
• Menggunakan Alat Pelindung Perorangan (APP) ketika akan bersentuhan dengan
darah, cairan tubuh (sekret/ekskreta), kulit yang tidak utuh dan membran mukosa
• Penanganan alat-alat pasien dan linen yang terkontaminasi oleh darah dan cairan
tubuh pasien
• Pencegahan dari tertusuk jarum / benda tajam habis pakai (needlestick / sharp
injuries)
• Pembersihan lingkungan
• Pengelolaan sampah/limbah dengan benar
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan ( Transmission
Based Precautions )
o Kewaspadaan penularan lewat udara (Airborne Precautions)
Misal : TB Paru Aktif, varisella, campak
o Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku)
o Tempatkan pasien pada ruangan tersendiri (single room) yang mempunyai aliran udara
bertekanan negatif (ruangan bertekanan negatif) yang termonitor. Udara yang dikeluarkan
dari ruangan tersebut harus difilter tingkat tinggi sebelum beredar diseluruh rumah sakit
o Setiap orang yang memasuki ruangan tersebut harus menggunakan masker khusus ( contoh
N 95)
o Batasi transportasi pasien untuk hal-hal yang perlu saja, selama transportasi pasien
mengunakan masker (masker bedah)
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan ( Transmission
Based Precautions )
o Kewaspadaan penularan lewat droplet ( Droplet Precautions )
Misal : pneumonia, difteria, influensa tipe B, meningitis
o Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku)
o Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri (single room), apabila tidak tersedia tempatkan pasien
bersama pasien lainnya dengan mikroorganisme aktif yang sama (kohorting) dengan jarak tempat
tidur 1-2 meter
o Pergunakan masker (masker bedah) ketika bekerja dalam jarak 1-2 meter dari pasien
o Batasi transportasi pasien untuk hal-hal yang perlu saja, selama transportasi pasien mengunakan
masker (masker bedah)
o Penanganan udara dan ventilasi secara khusus tidak diperlukan
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan ( Transmission
Based Precautions )
o Kewaspadaan penularan lewat kontak ( Contact Precautions )
Misal : Penyakit yang dapat ditransmisikan secara kontak meliputi infeksi-infeksi kulit, usus
serta kolonisasi /infeksi dengan organisme yang resisten terhadap berbagai antibiotika
o Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku)
o Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri (single room), apabila tidak tersedia tempatkan pasien
bersama pasien lainnya dengan mikroorganisme aktif yang sama (kohorting)
o Pergunakan sarung tangan, jubah yang bersih (non-steril) ketika memasuki ruangan pasien/kontak
dengan pasien dan permukaan lingkungan
o Batasi pemindahan pasien untuk hal-hal yang perlu saja.
KebersihanTangan(HAND HYGIENE)
• Melakukan cuci tangan (hand washing) yang bisa menggunakan air atau tanpa air (cuci tangan kering) / handrubs,
penggunaan antiseptik untuk cuci tangan.
• Material yang digunakan:
Air mengalir
o Air yang dipergunakan tidak boleh terkontaminasi
o Apabila air terkontaminasi gunakan air yang telah didihkan selama 10 menit dan disaring guna menghilangkan partikel kotoran
(jika diperlukan) atau mendisinfeksi air dengan cara menambahkan larutan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,001 %
o Apabila air mengalir tidak tersedia pergunakan antiseptik untuk cuci tangan kering ( handrub ) misal campuran 100 cc Alkohol
60% - 90% (70 %) dan 2 cc gliserin 10 %
Ya 25
Riwayatjatuh
Tidak 0
Diagnosis sekunder (≥ 2 Ya 15
diagnosis medis) Tidak 0
Berpegangan pada perabot / 30
Alat bantu Tongkat / alat penopang 15
Tidak ada / kursi roda / perawat / tirah baring 0
Ya 20
Terpasang infus
Tidak 0
Terganggu 20
Gaya berjalan Lemah 10
Normal / tirah baring /imobilisasi 0
Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki 15
Status mental
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0
Total
Kategori :
Risiko tinggi = ≥45 Risiko sedang = 25 - 44 Risiko rendah = 0 – 24
Intervensi
Skor Risiko Rendah : 0 – 24
Perempuan 1
Diagnosa Kelainan neurologi 4
Perubahan dlm oksigenasi (masalah sal.nafas, anemia) dehidrasi, anoreksi, sakit kepala, sinkop. 3
Kelainan psikis/perilaku 2
Diagnosa lain 1
Faktor Lingkungan Rowayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-anak 4
Pengobatan lain 1
TOTAL
NAMA JELAS & TTD
PENILAI
PENGKAJIAN RISIKO JATUH
UNTUK PASIEN RAWAT JALAN / USIA LANJUT
(TIME UP AND GO TEST)