Anda di halaman 1dari 129

ENAM SASARAN

KESELAMATAN PASIEN

Tim Pengajar Management Patient Safety


IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY
DI RUMAH SAKIT

DASAR HUKUM
UU.N0.44 TH.2009
Tentang Rumah Sakit :
Pasal 43 :(1) Rumah Sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 11 TAHUN 2017
TENTANG
KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

STANDAR
KESELAMATAN PASIEN

P
PROGRAM
WHO PATIENT SAFETY E
TUJUH LANGKAH MENUJU N
KESELAMATAN PASIEN I
RUMAH SAKIT
L KARS
A
I
A
SASARAN
KESELAMATAN PASIEN
N
9 SOLUTIONS
RUMAH SAKIT

IMPLEMENTASI PATIENT SAFETY


DI RUMAH SAKIT
Enam sasaran keselamatan pasien
IPSG (International Patient Safety Goals)
Keselamatan pasien adalah kunci penting bagi setiap fasilitas kesehatan., ini menjadi indikator
sangat penting dalam penilaian sebuah rumah sakit. sebagai standar mutu atas pelayanan dan
kinerjanya. Untuk menjamin hal tersebut, maka ditetapkan 6 sasaran keselamatan pasien.

• Ketepatan Identifikasi Pasien


• Peningkatan Komunikasi efektif
• Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai (High alert
medication)
• Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien
pembedahan
• Pengurangan risiko Infeksi terkait pelayanan kesehatan
• Pengurangan risiko jatuhJatuh
Sasaran ke dua

1
Ketepatan Identifikasi Pasien
Gambaran umum
• Kesalahan identifikasi bisa terjadi disemua aspek diagnosis dan tindakan
• Keadaan yang dapat membuat identifikasi tidak benar jika pasien dalam keadaan
terbius, mengalami disorientasi, tidak sepenuhnya sadar, koma, saat pasien pindah TT,
berpindah kamar, berpindah lokasi dalam lingkungan pasien, terjadi disfungsi sensoris,
lupa identitas diri dll.
• Tujuan:
a.Memastikan ketepatan pasien yang akan menerima layanan atau tindakan
b.Menyelaraskan layanan atau tindakan yang dibutuhkan oleh pasien
• Ketepatan identifikasi Adalah suatu prosedur konfirmasi identitas pasien untuk ketepatan
Identifikasi Pasien agar tidak terjadi kesalahan sesuai dengan identitas yang ada di dalam
rekam medik.
• Identifikasi menggunakan minimal 2 dari 4 identitas:
nama lengkap pasien
tanggal lahir
nomor rekam medik
Nomor induk kependudukan (NIK)
• Ternik Identifikasi lain bisa juga menggunakan Bare code atai Iris mata
• Identifikasi Pasien ini diterapkan kepada semua pasien Instalasi Rawat Inap, rawat jalan, pasien
Instalasi Gawat Darurat (IGD), kamar operasi, unit layanan diagnostik (pasien endoscopy, pasien
BNO/IVP, pasien menggunakan bahan kontras) dan pasien yang akan menjalani suatu tindakan medis
(pasien Haemodialisa, pengambilan spesimen, pemberian cairan intravena, kateterisasi jantung, dll)
• Identitas pasien terdapat pada :
 Gelang pasien  Makanan (diit)
 Semua berkas RM  Specimen
 Label obat  Permintaan pemeriksaan
 Kertas resep  Hasil laboratorium / radiologi

• Proses verifikasi identitas pasien dilakukan pada saat


Sebelum pemberian obat, cairan intravena,
Sebelum diberikan darah atau produk darah
Sebelum dilakukan prosedur diagnostik dan atau terapeutik (rontgen, CT scan,
MRI, radio terapi, HD, kateterisasi jantung
Sebelum pengambilan darah atau spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
(laboratorium, rontgen)
Sebelum pemberian diit
Intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya.
Transfer pasien, Pasien koma
Bentuk dan jenis gelang identitas

• Warna
Biru untuk pasien pria
Merah muda(pink) untuk pasien wanita
• pasien harus ditanyakan mengenai alergi yang dimiliki. Jika pasien
memiliki alergi diberikan PIN/kancing pengenal berwarna
merah
• Pasien memiliki risiko jatuh, diberikan PIN/kancing berwarna
kuning
• Pasien yang menolak resusitasi ( DNR ) atau karena sebab
lain diberikan PIN/kancing berwarna ungu
Prosedur Pemakaian Gelang Identifikasi Pasien

• Gelang dipakaikan oleh perawat ruangan yg menerima pasien(watnap) dan


perawat triage (IGD)
• Pastikan identitas pasien benar, jika ada kesalahan, gelang harus diganti dan
tidak boleh ada coretan
• Pakaikan gelang pengenal di pergelangan tangan kiri, kalau tidak memungkinkan
pergelangan tangan kanan, jika tidak memungkinkan dipasang ditangan maka,
dipasang pada kaki kiri, bila tidak memungkinkan, di kaki kanan
• Jelaskan dan pastikan gelang terpasang dengan baik dan nyaman untuk pasien.
• Pada pasien dengan fistula arterio-vena (pasien hemodialisis) gelang pengenal tidak boleh
dipasang di sisi lengan yang terdapat fistula.
• Pada situasi di mana tidak dapat dipasang di pergelangan kaki atau tangan, gelang
pengenal akan dikancingkan di baju sebelah kiri
Prosedur Pemakaian Gelang Identifikasi Pasien

• Gelang pengenal hanya boleh dilepas saat pasien keluar/pulang dari rumah
sakit oleh perawat.
• Nama tidak boleh disingkat, nama harus sesuai dengan yang tertulis di rekam medis.
• Jika gelang pengenal terlepas, segera berikan gelang pengenal yang baru.
• Gelang pengenal harus dipakai oleh semua pasien selama perawatan dan selama
tindakan/prosedur di rumah sakit
• Jelaskan prosedur identifikasi dan tujuannya kepada pasien.
• Periksa ulang gelang identifikasi pasien sebelum dipakaikan kepada pasien
• Saat menanyakan identitas pasien, selalu gunakan pertanyaan terbuka misalnya“Siapa
nama Anda?”
• Jika pasien tidak mampu memberitahukan namanya verifikasi identitas pasien kepada
keluarga/pengantarnya atau tanya ulang nama dan nomor rekam medik, dan tanggal lahir
kemudian bandingkan
Prosedur Pemakaian Gelang Identifikasi Pasien
• khusus untuk pasien jiwa, pasien luka bakar yang tidak mungkin dipasang
gelang, dilakukan foto wajah di ruangan / IGD oleh perawat yang bertugas
yang kemudian dicetak ukuran 4 x 6 dan di tempelkan di rekam medik.
• Semua pasien rawat inap dan yang akan menjalani tindakan medis
menggunakan 1 gelang identifikasi pasien. Kecuali pasien pasca persalinan
menggunakan 2 gelang, yaitu 1 gelang ibu dan 1 gelang anak. Pengecekan
gelang identifikasi pasien dilakukan tiap kali pergantian jaga perawat.
• Sebelum pasien ditransfer ke unit lain, lakukan identifikasi dengan benar dan pastikan
gelang identifikasi pasien terpasang dengan baik.
• Unit yang menerima transfer pasien harus menanyakan ulang identitas pasien dan
membandingkan data yang diperoleh dengan yang tercantum di gelang identifikasi
pasien.
Pada kasus pasien yang tidak menggunakan gelang
pengenal
• Hal ini dapat dikarenakan berbagai macam sebab seperti:
Menolak penggunaan gelang pengenal.
Gelang pengenal menyebabkan iritasi kulit.
Gelang pengenal terlalu besar.
Pasien melepas gelang pengenal.
• Yang harus dilakukan, pasien harus diinformasikan akan risiko yang dapat terjadi jika
gelang identifikasi pasien tidak dipakai dan petugas harus lebih waspada dan mencari cara
lain untuk mengidentifikasi pasien dengan benar sebelum dilakukan prosedur kepada
pasien. Alasan pasien harus dicatat pada rekam medik, dan ditandatangani
pasien/keluarga, kemudian direkap oleh kepala ruangan dan didokumentasikan.
Identifikasi Pasien yang menjalani tindakan Operasi

• Petugas di kamar operasi harus mengkonfirmasi identitas pasien


• Jika diperlukan untuk melepas gelang identifikasi pasien selama dilakukan
operasi, tugaskanlah seorang perawat di kamar operasi untuk bertanggungjawab
melepas dan memasang kembali gelang identifikasi pasien.
• Gelang identifikasi pasien yang dilepas harus ditempelkan di depan rekam medik
pasien
Prosedur Pengambilan Dan Pemberian
Produk/Komponen Darah
• Identifikasi, pengambilan, pengiriman, penerimaan, dan penyerahan komponen darah
(transfusi) merupakan tanggungjawab petugas yang mengambil darah.
• Perawat yang kompeten harus memastikan kebenaran data demografik pada kantong darah,
jenis darah, golongan darah pada pasien dan yang tertera pada kantong darah, waktu
kadaluarsanya, dan identitas pasien pada gelang identifikasi pasien.
• Perawat ruangan harus meminta pasien untuk menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir.
dan nomor rekam medik
• JIka pasien tidak sadar, Perawat yang kompeten harus memastikan kebenaran data
demografik pada etiket obat/ kantong darah, jenis darah, golongan darah pada pasien dan
yang tertera pada kantong darah, waktu kadaluarsanya, dan identitas pasien pada gelang
identifikasi pasien.
• Jika Perawat tidak yakin/ ragu akan kebenaran identitas pasien, jangan lakukan pemberian
obat atau transfusi darah sampai diperoleh kepastian identitas pasien dengan benar.
Prosedur Identifikasi pada bayi baru lahir atau
Neonatus
• Pemasangan gelang identifikasi pasien dilakukan oleh bidan yang menolong dipasang di pergelangan
tangan kiri, kalau tidak memungkinkan pergelangan tangan kanan, jika tidak
memungkinkan dipasang ditangan maka, dipasang pada kaki kiri, bila tidak memungkinkan,
di kaki kanan,
• Untuk bayi baru lahir yang masih belum diberi nama, maka data di gelang identifikasi pasien berisikan
nama ibu dan nomor rekam medik bayi.
• Gunakan gelang identifikasi pasien berwarna merah muda(pink) untuk bayi perempuan dan
biru untuk bayi laki-laki.
• Untuk bayi baru lahir dengan jenis kelamin ganda atau tanpa jenis kelamin, untuk warna
gelangnya menyesuaikan dengan warna gelang ibunya yaitu warna pink.
• Untuk bayi yang lahir kembar, identitas di gelang diberi huruf A,B. Jika ada yg lahir pada hari yang
sama dengan nama ibunya sama dengan yang lahir kembar diberi identitas dengan huruf A 1 dan A
2 baru yang lahir berikutnya B.
Identifikasi Pasien Rawat Jalan

• Pasien rawat jalan yang menggunakan gelang identifikasi pasien pada pasien tindakan :
endoskopi, haemodialisa, BNO/IVP dan tindakan yang menggunakan bahan kontras.
• Jika pasien adalah rujukan dari dokter umum/puskesmas/layanan kesehatan lainnya,
surat rujukan harus berisi identitas pasien berupa nama lengkap, tanggal lahir, dan
alamat. Jika data ini tidak ada, prosedur/terapi tidak dapat dilaksanakan.
• Jika pasien rawat jalan tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri, verifikasi data
dengan menanyakan keluarga/pengantar pasien.
• Jika pasien rawat jalan beriko jatuh diberikan tanda stiker bulat warna kuning
bertuliskan “Fall Risk” yang ditempel pada baju dada sebelah kiri.
Identifikasi Pasien dengan nama yang sama satu ruang
perawatan
• Apabila ada pasien dengan nama sama dalam satu ruangan maka diberi identitas
tambahan berupa huruf kapital dibelakang nama dimulai dari huruf A dan seterusnya
Contoh : Toni A, Toni B dst
• Apabila pasien lupa dengan nomor rekam medik, maka perawat harus menginformasikan
kepada perawat yang bertugas setiap kali pergantian jaga mengenai nama, nomor
rekam medik dan tanggal lahir dari pasien tersebut dan didokumentasikan.
• Berikan tanda perhatian dengan menggunakan tulisan warna merah “ hati – hati
nama sama” pada label / stiker yang ditempel pada gelang, di lembar pencatatan,
lembar obat-obatan, dan lembar tindakan.
Prosedur Identifikasi Pasien Gangguan Jiwa

• Pada pasien gangguan jiwa identifikasi pasien menggunakan foto pasien dengan
ukuran 4 X 6 yang ditempel di sampul lembar rekam medik, beserta data lengkap
lainnya.
• Proses pembuatan foto dilakukan di ruang perawatan jiwa setelah pasien masuk
perawatan dan di foto oleh perawat ruangan.
• Jika terdapat ≥ 2 pasien dengan nama yang sama di ruang rawat, berikan
tanda/label notifikasi pada rekam medik, tempat tidur pasien, dan dokumen
lainnya.
Identifikasi pasien luka bakar

• Pasien dengan luka bakar jika kondisi memungkinkan diidentifikasi menggunakan


gelang identifikasi pasien, apabila tidak memungkinkan identifikasi menggunakan
foto ukuran 4 X 6 dan di tempel di sampul lembar rekam medik.
• Bagi pasien luka bakar yang masuk IGD pengambilan gambar / foto dilakukan oleh
perawt IGD
Identifikasi Pasien yang Meninggal

• Pasien yang meninggal di ruang rawat rumah sakit harus dilakukan konfirmasi
terhadap identitasnya dengan gelang identifikasi pasien dan rekam medik (sebagai
bagian dari proses verifikasi kematian).
• Satu salinan surat kematian harus ditempelkan di kain kafan/ diserahkan
keluarganya. Salinan kedua harus ditempelkan di kantong jenazah (body
bag)apabila pasien dengan penyakit menular. Salinan ketiga disimpan di rekam
medik pasien.
Prosedur Melepas Gelang identifikasi pasien

1. Gelang identifikasi pasien hanya dilepas saat pasien pulang atau keluar dari rumah sakit.
2. Yang bertugas melepas gelang identifikasi pasien adalah perawat ruangan yang bertanggung jawab
terhadap pasien selama masa perawatan di rumah sakit.
3. Gelang identifikasi pasien dilepas setelah semua proses selesai dilakukan. Proses ini meliputi:
pemberian obat-obatan kepada pasien dan pemberian penjelasan mengenai rencana perawatan
selanjutnya kepada pasien dan keluarga.
4. Gelang identifikasi pasien dilepas dengan cara digunting menjadi potongan-potongan kecil sebelum
dibuang ke tempat sampah medis (kantong plastik warna kuning).
5. Pada saat kondisi-kondisi yang memerlukan pelepasan gelang identifikasi pasien sementara (saat masih
dirawat di rumah sakit), misalnya lokasi pemasangan gelang identifikasi pasien mengganggu suatu
tindakan medis. Segera setelah prosedur selesai dilakukan, gelang identifikasi pasien dipasang kembali
oleh perawat ruangan.
6. Pada pasien yang meninggal, gelang identifikasi pasien di lepas di kamar jenazah oleh petugas kamar
jenazah.
Prosedur Pasien yang identitasnya tidak diketahui

• Apabila ada pasien masuk rumah sakit, sadar atau tidak sadar, tanpa tanda
pengenal dan tidak ada keluarga,diberikan identitas nama dengan huruf
X(Mr.X) dan tanggal masuk rumah sakit. Bila pada hari yang sama, ada
pasien tak dikenal berikutnya, akan diberi nama Mr.Y, dan seterusnya
• Saat pasien sudah dapat diidentifikasi, berikan gelang identifikasi pasien baru
dengan identitas yang benar.
Prosedur penulisan obat untuk pasien alergi pada
Rekam medik
• Tulis nama obat yang menyebabkan pasien alergi pada Rekam Medik,
macam/jenis obat.
• Setiap pergantian jaga,Perawat ruangan selalu serah terima kepada perawat
pengganti.
Prosedur identifikasi untuk pemasangan PIN / kancing
ungu DNR
• Memberi penjelasan/ meminta persetujuan kepada keluarga pasien mengenai perlu
tidaknya dilakukan RJP pada pasien dengan prognosa jelek yang disertai kondisi :
Pasien umur diatas 80 tahun.
Pasien mengalami koma dengan GCS dibawah 9.
Pasien dengan kondisi sakit berat contohnya trauma kepala berat, pasien sepsis dll.
• Apabila menyetujui untuk pemasangan PIN/kancing DNR, keluarga mengisi inform
consent.
• Apabila terjadi henti jantung, pasien yang bertanda PIN/kancing warna ungu tidak
perlu dilakukan tindakan RJP
Contoh kesalahan yang dapat terjadi

• Kesalahan penulisan alamat di rekam medik.


• Kesalahan identitas digelang identifikasi pasien .
• Tidak adanya gelang identifikasi pasien.
• Mis-identifikasi data/pencatatan di rekam medik.
• Mis-identifikasi pemeriksaan radiologi (rontgen).
• Mis-identifikasi laporan investigasi.
• Mis-identifikasi perjanjian (appointment).
• Registrasi ganda saat masuk rumah sakit.
• Salah memberikan obat ke pasien.
• Pasien menjalani prosedur yang salah.
• Salah pelabelan identitas pada wadah sampel untuk pemeriksaan laboratorium
Beberapa penyebab umum terjadinya mis-identifikasi

• Kesalahan pada administrasi :


Salah memberikan label.
Kesalahan mengisi formulir.
Kesalahan memasukkan nomor/angka pada rekam medik.
Penulisan alamat yang salah.
Pencatatan yang tidak benar/tidak lengkap/tidak terbaca.
• Kegagalan verifikasi
Tidak adekuatnya/tidak adanya protokol verifikasi.
Tidak mematuhi protokol verifikasi.
• Kesulitan komunikasi
Hambatan akibat penyakit pasien, kondisi kejiwaan pasien, atau keterbatasan bahasa.
Kegagalan untuk pembacaan kembali.
Kurangnya kultur/budaya organisasi
Sasaran ke dua

2
Peningkatan Komunikasi Efektif
Gambaran Umum

• Pengertian komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut
mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi”.
(Komaruddin, 1994;Schermerhorn, Hunt & Osborn, 1994; Koontz &Weihrich, 1988)
• Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana
dimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan oleh
penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu (Hardjana, 2003)
• Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) atau perubahan perilaku (behavior change) atau setidaknya
perubahan opini (opinion change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi.
Principles of communication

Communication is a process

Communication is not linear, but circular

Communication is complex

Communication is irreversible

Communication involves the total personality


Karakteristik

singkat untuk memfasilitasi interpretasi langsung


dan mengambil langkah yang diinginkan
Lengkap, untuk mendukung yakin dg pesan yg disampaikan adalah benar
keputusan. Jika tidak lengkap, berdasarkan pengetahuan. Kebenaran pesan
dapat menyebabkan keputusan Precise
dpt diandalkan
yang salah Message
Complete
Message
Reliability Media, pengaturan fisik
direncanakan dg
harus bebas dari pertimbangan penerima
kesalahan dan Correct
Consideration
(sikap, bahasa,
of the
kesalahan tata bahasa. Message
Recipient
pengetahuan, tingkat
pendidikan, posisi)

Sederhana, mudah Karakteristik


mencerminkan
Clear Sender’s
dipahami dan message
komunikasi Courtesy kesopanan, kerendahan
efektive
disusun secara hati, dan rasa hormat
sistematis pengirim terhadap
penerima.
Effective Communication Skills
• mengamati yang tajam untuk mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan
Observance informasi

Clarity and Brevity • kata-kata sederhana,, jelas dan tepat untuk menciptakan dampak yang diinginkan

• menjadi pendengar yang baik, waspada dan sabar.unt dapat memahami dan
Listening and Understanding menafsirkan pesan dengan baik.

Emotional Intelligence • sadar secara emosional dan kemampuan untuk memengaruhi orang lain dari dalam

• memiliki keyakinan pada dirinya sendiri dan kemampuannya untuk mencapai


Self-Efficacy tujuan komunikasi

Self-Confidence • kepercayaan diri meningkatkan kelayakan pesan yang disampaikan

• Menyampaikan pesan dg sopan dan menghargai nilai-nilai,


Respectfulness kepercayaan, pendapat dan ide-ide penerima
• melibatkan komunikasi non-verbal. Ini termasuk gerakan, ekspresi wajah, kontak
Non-Verbal Communication mata, postur, dll

Selection of the Right Medium • Pemilihan Media yang Tepat

Providing Feedback • menerima dan juga memberikan umpan balik


Hambatan dalam komunikasi
Beberapa cara meningkatkan komunikasi :

 Dengarkan tanpa mengganggu pengirimnya.


 Tunjukkan empati setiap saat dan cobalah untuk mengerti.
 Cobalah untuk tetap fokus pada percakapan. Namun, jangan memaksa pasien untuk melanjutkan
jika dia menjadi cemas atau sepertinya ingin mengubah topik pembicaraan.
 Gunakan bahasa tubuh yang menunjukkan minat dan kepedulian Anda. Sentuh pasien jika dirasa
perlu. Condongkan tubuh ke depan, dengarkan dengan seksama, dan pertahankan kontak mata
jika itu dapat diterima secara budaya.
 Tawarkan informasi faktual. Ini mengurangi kecemasan. Jangan menawarkan pendapat pribadi
Anda. Yakinkan pasien bahwa Anda memiliki kebijaksanaan profesional.
 Cobalah untuk merefleksikan perasaan dan pikiran yang diungkapkan pasien dengan mengulangi
pertanyaan dan komentar menggunakan kata-kata mereka sendiri.
 Hindari pesan yang tidak jelas atau menyesatkan.
 Hindari memberikan penjelasan panjang.
 Berikan rekan kerja Anda perhatian penuh saat berkomunikasi dengan mereka.
 Ajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi pesan yang tidak jelas.
 Jangan menyela sampai pengirim telah menyelesaikan pesan.
 Berikan lingkungan yang tenang tanpa gangguan.
 Yakinlah saat berkomunikasi
Berkomunikasi dengan pasien
 Unt memberikan perawatan dan memberikan dukungan

 Bersifat terbuka, hormat dan sopan selama proses interaksi, perhatikan nilai” budikan
andaaya pasien
 Tanggapi panggilan bell sesegera mungkin
 Pastikan anda mendapatkan perhatian saat berkomunikasi
 Gunakan kata-kata yang tidak mengancam, jelaskan apa yg akan dilakan, bukan
memberi perintah
 Gunakan frase yg sederhana dan dapat dimengerti, bukan istilah medis
 Berbijara dengan sopan
 Gunakan nada suara yang menyenangkan, normal
 Berdiri (diupayakan), agar dpt terlihat gerak bibir ->>> membaca bibir adalah bagian
dari semua pendengaran normal
 Gunakan bahasa tubuh yang sesuai
 Jelaskan fakta dan presedur, sebelum mengenakan masker
 Waspadaikebutuhan pasien, berikan waktu unt menjawab pertanyaan anda serta
pertanyaan pasien
Berkomunikasi melalui telepon

 Selalu berbicara dengan jelas


 Berikan salam misalnya, selamat pagi atau selamat sore.
 Identifikasi unit atau tempat kerja.
 Identifikasi diri Anda dengan menunjukkan siapa Anda dan dari mana
Anda menelepon.
 Identifikasi orang yang Anda ajak bicara.
 Dengarkan pesan dengan sopan dan buat catatan jika Anda merasa tidak
dapat mengingat semua informasi.
 Jika Anda diminta untuk memanggil orang lain, catat tanggal, waktu,
nama pemanggil, dan nomor telepon beserta pesannya.
 Tanggal dan tandatangani pesannya
Komunikasi asertif
Keterampilan ketegasan penting bagi perawat. Perawat diharapkan menjadi pendukung pasien. Jadi,
mereka perlu memiliki keterampilan komunikasi yang tegas agar dapat menjadi advokat pasien.
Ketegasan memungkinkan seseorang untuk jujur ​dengan dirinya sendiri dan dalam hubungan dengan
orang lain. Ketegasan membantu meningkatkan hubungan, menghindari manipulasi informasi dan
merupakan sarana untuk hasil yang jelas.

4 elemen dlm komunikasi asertif:


(Hargis sebagaimana dikutip oleh van Niekerk)
 Content: di mana hak-hak orang yang terlibat tersampaikan dlm pernyataan. Ini bisa dilakukan dng
menggunakan penjelasan, empati, dan pujian untuk pendengar, permintaan maaf unt konsekuensi.
 Covert elements: di mana pembicara dapat mengenali hak-hak mereka dan hak-hak pendengar
dalam proses komunikasi. Ini termasuk rasa hormat, mengungkapkan perasaan, memiliki prioritas
Anda sendiri, bisa mengatakan 'tidak', bisa membuat kesalahan dan memilih untuk tidak
mengatakan apa-apa.
 Process : berkaitan dengan bagaimana orang mengekspresikan diri secara tegas. Apakah bahasa
tubuh mereka, intonasi dan pilihan bahasa, sesuai/tidak (kongruen?) menciptakan situasi agar
ps/keluarga tidak malu,tgkt kebisingan dijaga agar tetap minimum. Pemberian umpan balik agar
komunikasi asertif berkelanjutan unt menunjukkan bahwa prestasi mereka dihargai.
 Non-verbal cues: gerakan, sentuhan, proxemik dan postur - juga perlu mencerminkan kepercayaan
diri, rasa hormat dan penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain
• Komunikasi dianggap efektif bila tepat waktu, akurat, lengkap, tidak mendua
(ambiguous) dan diterima oleh penerima informasi yang bertujuan mengurangi
kesalahan-kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien
• Komunikasi dapat berbentuk verbal, elektrinik atau tertulis.
• Komunikasi yang jelek dapat membahayakan pasien
• Komunikasi yang rentan terjadi kesalahan adalah saat menyampaikan hasil
pemeriksaan kritis yg harus disampaikan lewat telepon (perbedaan aksen, dan dialek,
cara pengucapan, misal pada nama obat yang pengucapannya mirip / sound like ex:
phenobarbital dan penthobarbital
Lima fondasi membangun komunikasi efektif

• Berusaha benar - benar mengerti orang lain (emphatetic communication)


• Memenuhi komitmen / janji
• Menjelaskan harapan
• Meminta maaf dengan tulus ketika membuat kesalahan
• Memperlihatkan integritas pribadi
Faktor-faktor penunjang komunikasi efektif

• Faktor komunikan. Seseorang atau sekelompok orang dapat menerima pesan


dengan baik jika berada dalam kondisi sebagai berikut :
a. Mengerti pesan yang disampaikan, baik itu dari bahasa, dialek dan gaya
bahasa jika diperlukan gunakan bahasa daerah.
b. Menyadari bahwa keputusan sesuai dengan tujuan dan bersangkutan dengan
kepentingan pribadinya.
c. Waktu / timing menerima suatu pesan harus tepat
d. Sikap, nilai, penampilan harus sesuai dengan norma komunikan.
e. Jenis kelompok komunikan harus diperhatikan
Faktor komunikator. Terdapat dua faktor penting pada
diri komunikator agar komunikasi berjalan efektif yaitu
• Kepercayaan pada komunikator (source credibility)
• Daya tarik komunikator (source attractiveness)

Faktor pesan.
• Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan.
• Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator
dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.
• Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyajikan/menyarankan beberapa cara
untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
• Pesan harus menyarankan sesuatu untuk memperoleh kebutuhan sesuai situasi kelompok komunikan dalam
memberikan tanggapan yang dikehendaki
Teknik Komunikasi Efektif Antar Pribadi
5 ciri :
• Keterbukaan
• Empati
• Dukungan
• Rasa positif
• Kesetaraan

Kiat sukses berkomunikasi


 Kenali dengan baik lawan bicara
 Jangan terlalu banyak bicara dan kurang mendengar
 Jangan merasa dan memperlihatkan bahwa kita lebih tahu daripada lawan kita bicara
 Kenali betul diri sendiri dan kemampuan diri sendiri
Teknik Komunikasi Efektif Antara Dokter dan Pasien

• Disease centered communication style atau doctor centered


communication style yaitu komunikasi berdasarkan kepentingan
dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan
dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
• Illness centered communication style atau patient centered
communication style yaitu komunikasi berdasarkan apa yang
dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu
merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,
kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya
serta apa yang
Kiat komunikasi dalam menyampaikan informasi menurut
Konsil Kedokteran Indonesia
 Tanyakan, apakah ada yang dikhawatirkannya.
 Gunakan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai tingkatpemahamannya (usia, latar belakang
pendidikan, sosial budaya)
 Tidak dianjurkan memakai bahasa atau menggunakan istilahkedokteran. Kalaupun harus
menggunakannya, beri penjelasandan padanan katanya (kalau memang ada).
 Tidak perlu tergesa-gesa dan sekaligus, pemberian informasi biasdilakukan secara bertahap.
 Jika menyampaikan berita buruk, gunakan kata atau kalimatpersiapan atau pendahuluan,
misalnya, “Boleh saya minta waktuuntuk menyampaikan sesuatu?” untuk melihat apakah dia
(yangdiajak berkomunikasi) siap mendengar berita tersebut.
 Hindari memakai kata-kata yang bersifat mengancam, seperti“Kalau tidak melakukan anjuran
saya, kalau ada apa-apa jangandatang ke saya”.
Kiat komunikasi dalam menyampaikan informasi menurut
Konsil Kedokteran Indonesia

 Gunakan kata atau kalimat yang menimbulkan semangat ataumeyakinkannya.


 Ulangi pesan yang penting.
 Pastikan pasien/keluarga mengerti apa yang disampaikan.
 Menanggapi reaksi psikologis yang ada, terlihat dari ucapan atausikap dan dengan empati.
”Saya dapat mengerti jika ibu khawatir”.
 Menyimpulkan apa yang telah disampaikan.
 Beri kesempatan pasien / keluarga untuk bertanya, jangan memonopoli pembicaraan.
 Berikan nomor telepon yang bisa dihubungi jika sewaktu-waktu diperlukan.
Teknik Komunikasi Efektif Antara Tenaga Kesehatan

Tehnik TBK (Tulis, Baca ulang dan Konfirmasi)


• Dilakukan pada saat menerima perintah via alat komunikasi/telp atau hasil kritis

TULIS .
Yang disampaikan harus ditulis pada berkas rekam medis di catatan perkembangan
pasien terintegrasi, berisi:
a. Isi perintah.
b. Nama pemberi perintah.
c. Nama penerima perintah.
d. Tanggal dan jam.
• Kalimat yang sulit, harus diabarkan hurufnya satu persatu dengan menggunakan
alfabeth
• BACA ULANG
Perintah/ Instruksi lisan/via alat komunikasi/ telepon dan laporan hasil kritis harus di baca ulang oleh
penerima pesan kepada pemberi pesan.
Amitriptyline 25 mg, Acyclovir 200 mg atau tindakan yang tidak jelas harus di eja dengan menggunakan
ejaan alphabet yang sudah di standarisasi seperti di atas.

• KONFIRMASI
di cap konfirmasi (stempel “TBK”) dan harus diverifikasi oleh pemberi pesan dalam waktu
kurang dari 1x 24 jam. Apabila pemberi pesan(dokter DPJP) sedang tidak ada ditempat
maka cap konfirmasi dapat ditanda tangani oleh dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter
DPJP( Dokter Penanggung Jawab Pasien).

Stempel “TBK”
TULIS, BACA ULANG, KONFIRMASI
PENERIMA PESAN PEMBERI PESAN
TGL: JAM: TGL: JAM:

   
( ) ( )
Standarisasi alfabetf:
Huruf Kode alfabet Huruf Kode Alfabet
A Alfa N November
B Bravo O Oscar
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliete W Whiskey
K Kilo X X-ray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
       
Komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation)
• Situation.
Petugas pelapor menyebutkan salam, identitas pelapor dan asal ruang perawatan, identitas pasien, dan
alasan untuk melaporkan kondisi pasien, secara subyektif dan obyektif.
• Background.
Petugas pelapor menyebutkan:latar belakang pasien, yaitu Riwayat Penyakit Sekarang (RPS), alasan
pasien dirawat inap (bila rawat inap), pengelolaan pasien yang sudah berjalan, dan terapi yang diterima
pasien sampai saat itu (yang signifikan).
• Assessment.
Pelapor menyebutkan penilaian kondisi pasien menurut dirinya (bila ada)
• Recommendation.
Pelapor menyebutkan rekomendasi untuk pasien tersebut menurut pelapor (bila ada) atau menanyakan
apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
• Konfirmasi Ulang.
Catat hasil pembicaraan pada secarik kertas, sebutkan ulang kepada pihak yang dilapori, bila benar, pihak
yang dilapori menyatakan setuju dengan hasil tersebut. Pembicaraan selesai.
Teknik Berbicara Efektif

• Menarik nafas dalam-dalam sebelum memulai berbicara.


• Mengatur volume bicara agar lebih keras dari biasanya. Caranya dengan mengatur agar
suara dapat didengar oleh jajaran orang yang duduk atau berdiri paling jauh dari
tempat kita berbicara.
• Menggunakan kata-kata sehari-hari, yang dikenal oleh pendengar. Orang akan tertarik
pada pembicaraan yang menggunakan kata-kata yang akrab ditelinganya daripada
kata-kata yang tidak dimengerti (misalnya istilah-istilah dalam bahasa asing).
• Layangkan pandangan ke seluruh pendengar.
Teknik Mendengar Efektif
• Mendengar efektif dengan menangkap ungkapan non verbal sebaik isyarat/petunjuk
verbal. Artinya pada saat mendengarkan dengan efektif penerima akan mendapatkan
umpan balik dengan menguraikan sendiri melalui kata-katanya tentang pesan yang
disampaikan oleh pengirim, dan mengulang kembali dengan caranya sendiri.
• Penerima pesan mengecek kembali, yaitu apa yang ada dibalik pesan yang diterimanya
untuk mengerti pesan apa yang sesungguhnya diterima.
• Gambaran perilaku, ini merupakan gambaran individual yang sangat spesifik, kegiatan
pengamatan kepada orang lain tanpa membuat keputusan atau generalisasi tentang latar
belakang, orangnya atau sifatnya
Pelaporan hasil pemeriksaan kritis
• Pelaporan hasil pemeriksaan diagnostik kritis merupakan salah satu isu KP
• Pelaporan hasil kritis mencakup dan tidak hanya terbatas pada: Rik lab, rik radiologi, rik kedokteran
nuklir, USG, MRI, Diagnostik jantung, pemeriksaan diagnostik yg dilakukan di tt ps: TTV, EKG, bedside
ultrasound, traesofageal echocardiogram
• Hasil diluar rentang normal secara mencolok menunjukkan suatu keadaan yang beresiko tinggi atau
mengancam jiwa. Diperlukan ada sistem pelaporan formal yg dapat mengkomunikasikan hasil kepada
staf medis dan didokumentasikan unt mengurangi resiko bg pasien
• Tiap-tiap unit menetapkan nilai kritis hasil rik diagnostiknya
• Proses penyampaian hasil pemeriksaan kritis kepada dokter yang merawat pasien.
• Pelaporan hasil kritis adalah proses penyampaian nilai hasil pemeriksaan yang memerlukan penanganan
segera dan harus dilaporkan ke DPJP dalam waktu kurang dari 1 x 24 jam.
• Dokter atau petugas menyampaikan hasil kritis ke DPJP , bila tidak bisa di hubungi maka petugas
menghubungi dokter / perawat di bagian terkait.
• Dokter / petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat nama lengkap, tanggal dan waktu
Unt melakukan komunikasi secara verbal/telpon dengan aman,
sebaiknya dengan hal berikut:
• Permintaan obat secara verbal sebainya dihindari
• Dalam keadaaan darurat ketika komunikasi tertulis dan atau verbal tdk bs
dilakukan, maka harus dibuat kebijakan meliputi permintaan pemeriksaan,
penerimaan hasil pemeriksaan identifikasi nilai kritis, hasil pemeriksaan serta
kepada dan oleh siapa hasil rik kritis dilaporkan
• Prosedur penerima perintah lisan atau liwat telepon meliputi penulisan secara
lengkap permintaan atau hasil pemeriksaan oleh penerima informasi, penerima
membaca kembali fan pengirim memberi konfirmasi apa yg ditulis secara akurat
Penggunaan singkatan yg tidak diatur sering menimbulkan
kesalahan komunikasi dan dapat berakibat fatal
• Rumah sakit membuat daftar singkatan yang diperkenankan atau tidak
diperkenankan
Serah terima / hand over

 Serah terima klinis (handoff klinis di Amerika Utara) merupakan pemindahan


tanggung jawab profesional dan pertanggungjawaban untuk beberapa atau semua
aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok
profesional secara sementara atau permanen.
 Gangguan komunikasi bs terjadi yang dapat mengakibatkan KTD atau sentinel
event. Komunikasi yang baik dan terstandar dengan pasien, keluarga dan pemberi
layanan dapat memperbaiki secara significant proses asuhan pasien

 Gangguan komunikasi bs terjadi yang dapat mengakibatkan KTD atau sentinel


event. Komunikasi yang baik dan terstandar dengan pasien, keluarga dan pemberi
layanan dapat memperbaiki secara significant proses asuhan pasien
Serah terima / hand over

• Antar PPA (dokter-dokter, staf medis-staf keperawatan atau staf lain,, PPA-PPA saat
pergantian shift)
• Antar berbagai tingkat layanan(ICU-Unit perawayan, IGD-OK)
• Dari unit perawatan ke unit layanan diagnostik atau tindakan(radiologi atau unit terapi fisik)

Hal yang menimbulkan masalah pada serah terima

1. kurangnya struktur sistematis, termasuk serah terima tidak lengkap


2. kurangnya penjelasan yang memadai tentang apa yang telah dan akan dilakukan
untuk pasien
3. Ketergantungan berlebihan pada memori tanpa rujukan ke dokumentasi tertulis
4. Kurangnya keterlibatan pasien
5. kualitas buruk dari catatan medis tertulis
6. Keterlibatan banyak dokter dalam kesinambungan perawatan pasien.
Prinsip hand over
Australian Resource Centre for Healthcare Innovation (2009); Friesen, White, dan
Byers (2009)

• Kepemimpinan dalam serah terima pasien


• Pemahaman tentang serah terima pasien
• Peserta yang mengikuti serah terima pasien:
• Waktu serah terima pasien
• Tempat serah terima pasien
Hambatan individu dan organisasi dalam proses Handover
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009)
Masalah Strategi
Komunikasi : Dialek, akses,  Serah terima face to face, standarisasi bentuk, daftar
salah tafsir, singkatan, akronim  beri waktu untuk mengajukan pertanyaan, membaca dan mengulang
kembali
 klarifikasi fonetik dan angka
 berbicara jelas, langsung dan spesifik
 hindari penggunaan singkatan, istilah atau jargon yang tidak dipahami
Bersama
 berikan definisi pada istilah yang ambigu
 Beri kesempatan penerima mereview literatur
Gangguan: Faktor situasi yg  Melaksanakan serah terima di lokasi/lingkungan yang dapat
dapat mengganggu meminimalkan gangguan
Interupsi  Membatasi dan mengurangi interupsi agar informasi terfokus
Kebisingan  Sediakan lokasi dengan situasi yg memungkinkan jelas dalam
menerima informasi
 Biasakan membaca dan mengulang kembali
 Gunakan klarifikasi fonetik dan angka
Kelelahan: Memori jangka  Buat SOP unt mengurangi ketergantungan pada SOP
pendek dan kemampuan  Gunakan formulir baku untuk akurangui dan kelengkapan informasi
mengingat yg terbatas, dpt  Sediakan akses data yang baik untuk mengurangi ketergantungan pada
terjadi saat menerima ingatan
informasi yang terlalu banyak
Hambatan individu dan organisasi dalam proses Handover
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009)
Masalah Strategi
Pengetahuan/pengalaman:  Dukung perawat pemula dengan program orientasi dan bimbingan
 perawat pemula dan ahli  Sediakan program Pendidikan berkelanjutan
memiliki kebutuhan dan  Sediakan konsultan unt perawat yang kurang berpengalaman
kemampuan yang berbeda  Beri informasi komprehensif, hindari overload
 Perawat pemula lebih
bermasalah
 Perawat pemula mungkin
memerlukan informasi
tambahan
 
Komunikasi tertulis:  Penggunaan metode elektronik
 Mencoba menafsirkan  Menggunakan standar proses untuk memastikan informasi penting
catatan yg tidak terbaca yang akan dan telah dikomunikasikan
Variasi dalam proses  Standarisasi proses dan substansi
 Informasi yang penting dan berhubungan dengan pelayanan
Budaya organisasi  Dukung pengembangan budaya keselamatan
 Dorong pengembangan ‘learning culcure’ dan just culcure
Hirarki  Komunikasi terbuka
 Kembangkan kebijakan yang mendukung budaya saling menghormati,
kolaborasi kolegialitas, antar semua perawat dan penyedia layanan
 Edukasi kepada seluruh tingkat hirarki tentang komunikasi efektif
Hambatan individu dan organisasi dalam proses Handover
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009)

Masalah Strategi
Sistem dukungan: akses  Tersedia waktu yg cukup untuk menyelesaikan laporan serah
kedata / informasi sulit terima
 Dukung kesempatan untuk bertanya secara interaktif
 Kembangkan system yang mendukung
Infrastruktur  Pemimpin menyediakan desain dan implementasi system yang
mendukung
 Sediakan SDM, peralatan, tehnologi dan kesempatan
Pendidikan yang memadai
 Libatkan perawat dalam desain lingkungan kerja
Pengiriman pasien:  Pertimbangkan model keperawatan yang mendukung
 Jumlah pasien  Libatkan perawat dalam dalam menentukan model
 Lingkungan tidak  Libatkan penyedia layanan dalam merencanakan kebutuhan
kondusif ruang
Keterbatasan tehnologi:  Desain system elektronik
catatan menjadi tebal  Sediakan proses yg memadai, infrastruktur, SDM
Budaya organisasi yang  Kemangkan proses antar organisasi
berbeda
Hambatan individu dan organisasi dalam proses Handover
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009)
Masalah Strategi
Intra atau ekstra system  Merancang sistem, proses dan kebijakan yang memungkinkan
pengiriman pasien untuk kolaborasi dan efisiensi
 Serah terima obat”an harus selesai dan tuntas saat serah
terima
 Hilangkan hambatan komunikasi
 Komunikasi dua arah
 Libatkan komunikasi lisan, tulisan dan elektronik
 Pantau proses serah terima pasienuntuk perbaikan
Keterbatasan tenaga  Alokasikan tenaga dengan tepat
 Kurang tenaga  Pantau untuk proses perbaikan
 Perangkat tidak  Tindaklanjuti informasi penting
berfungsi baik  Monitor pengganti peralatan
 Upgrade peralatan baru
Garis tanggung jawab  Jika perlu ‘pemaksaan’
 Identifikasi dengan jelas tentang tanggung jawab dimaksud
Batasan waktu  Yakinkan ada waktu untuk interaksi dan tanggung jawab
Hambatan individu dan organisasi dalam proses Handover
Menurut Hughes (2008); Australian Resource Centre for Healthcare Innovation
(2009); Friesen, White, dan Byers (2009)

Masalah Strategi
Batasan waktu  Yakinkan ada waktu untuk interaksi dan tanggung jawab
Situasi darurat/kegiatan  Tetap selesaikan serah terima sampai jelas termasuk informasi
kritis kritis telah diterima
 Kemungkinan perlu menunda serah terima sampai maslah
penting selesai dibahas dan ditangani terlebih dahulu
 Cermati setiap informasi yang dikirim bahwa semua telah
diterima akurat
Pasien kritis/labil  Laporan disamping TT pasien
 Beri kesempatan untuk mengamati pasien secara bersama
 Mengklarifikasi isu, berdiskusi
Serah terima Kelompok (rawat inap, berbasis bangsal)

• Terjadi setiap hari pada saat shift bergeser atau mulai bergeser
• Berlangsung di area yang ditentukan
• Semua perawat, termasuk perawat mahasiswa, memulai shift menghadiri serah terima
kelompok
• Serah terima kelompok dipimpin oleh yang bertanggung jawab atas shift
• Format ISBAR diterapkan pada serah terima terstruktur
• Serah terimadihargai dengan gangguan minimal (tidak ada ponsel)
• Pada akhir serah terima kelompok, pesan penting apa pun yang berkaitan dengan bangsal
atau rumah sakit dibahas misalnya. kepegawaian, masalah potensial yang relevan untuk
menjalankan unit
• Serah terima kelompok selesai memungkinkan waktu yang cukup untuk serah terima
inventaris sebelum perawat menyelesaikan shift sebelumnya
• Memungkinkan waktu yang memadai untuk meninjau semua yang didokumentasikan
Bedside Handover (rawat inap, berbasis bangsal)

• Serah terima terjadi pada setiap tempat tidur pasien termasuk pasien, orang tua/pengasuh
• Serah terima terjadi antara perawat yang memegang tanggung jawab untuk perawatan dgn
perawat yang akan memikul tanggung jawab perawatan pasien berikutnya
• Proses identifikasi Pasien dengan mengonfirmasi nama lengkap, tanggal lahir, dan Nomor
Rekam Medis sesuai dengan Prosedur Identifikasi Pasien
• Kewaspadaan klinis diidentifikasi (mis: alergi, tindakan pencegahan pengendalian infeksi)
• Format ISBAR diterapkan untuk penyerahan struktur
• Pasien dan orang tua / pengasuh didorong untuk berpartisipasi dalam serah terima dan
mengetahui rencana perawatan untuk shift berikutnya
• Pasien, orang tua / pengasuh dan perawat didorong untuk memanfaatkan papan
komunikasi di ruang pasien sebagai alat untuk penyerahan antara tim multidisiplin
• Serah terima didokumentasikan dalam RM
• Setelah serah terima di samping tempat tidur, Review RM dilakukan
Sasaran Tiga
3
Peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai (High alert medication)
Gambaran Umum
• high-Alert Medication atau obat dengan kewaspadaan tinggi adalah obat-obat yang secara signifikan
berisiko membahayakan pasien bila digunakan dengan salah atau pengelolaan yang kurang tepat
• Setiap obat jika salah menggunakannya dapat membahayakan pasien, bs menyebabkan kematian atau
kecacatan, terutama obat yg perlu diwaspadai
• Obat yg perlu diwaspadai adalah obat yg mengandung risiko yg meningkat jk salah menggunakan yg
dpt menimbulkan kerugian besar bagi pasien
• Obat yg perlu diwaspadai terdiri atas:
a. Bila terjadi kesalahan bs menyebabkan kematian atau kecacatan, misal insulin, heparin atau
kemoterapi
b. Nama, kemasan, label, penggunaan klinis tampak sama (look like), bunyi ucapan sama (sound a
like), misal: xanac-zantac,
c. Elektrolit konsentrat: potasium fosfat ≥ 3 mmol/ml, naCl>0,9%, MgSO4≥50%
d. Elektrolit dg konsentrasi tertentu: potasium klorida ≥1 meq/ml, MgSO4 ≥20%
NORUM- medication error
Penyebabnya:

• Pengetahua tentang nama obat yg kurang memadai


• Ada produk baru
• Kemasan dan label sama
• Indikasi klinis sama
• Benruk, dosis dan aturan pakai sama
• Terjadi salah pengertian waktu memberikan perintah
Metode untuk meminimalisasi kesalahan
• Menyediakan akses informasi mengenai high alert medications
• Membatasi akses terhadap high alert medications
• Menggunakan label dan tanda “peringatan “ untuk high alert medications

• Penyimpanan terpisah dari obat-obatan lain, untuk obat dengan kategori


LASA/NORUM harus diatur untuk memisahkan obat-obatan tersebut dengan diberi
jarak/diseling dengan obat lain.
• Untuk obat High Concentrate,wadah dan area penyimpanan diberi tanda warna
merah yang jelas yang dapat membedakan dengan obat lain
• Melakukan prosedur pengecekan ganda,untuk obat-obat tertentu
PRINSIP pengelolaan

• Kurangi atau eliminasi kemungkinan terjadinya kesalahan


Mengurangi jumlah high alert medications yang disimpan di suatu unit
Mengurangi konsentrasi dan volume obat yang tersedia
Hindarkan penggunaan high alert medications sebisa mungkin
• Lakukan pengecekan ganda
• Minimalisasi konsekuensi kesalahan
Pisahkan obat-obatan dengan nama atau label yang mirip
Minimalisasi instruksi verbal dan hindarkan penggunaan singkatan
Batasi akses terhadap high alert medications
Gunakan table dosis standar ( daripada menggunakan dosis perhitungan
berdasarkan berat badan / fungsi ginjal,dimana rentan terjadi kesalahan ).
TATA LAKSANA PERESEPAN

• Jangan berikan instruksi hanya secara verbal mengenai high alert medications
• Instruksi ini harus mencakup minimal:
Nama psien dan nomor rekam medis
Tanggal dan waktu instruksi dibuat
Nama obat ( generik ), dosis, jalur pemberian, dan tanggal pemberian setiap obat
Kecepatan dan atau durasi pemberian obat.
• Dokter harus mempunyai diagnosis, kondisi, dan indikasi penggunaan setiap high alert
medications secara tertulis
• Jika memungkinkan, peresepan high alert medications haruslah terstandarisasi dengan
menggunakan instruksi tertulis/tercetak.
TATA LAKSANA PENYIMPANAN DAN PERSIAPAN

• Elektrolit pekat hanya boleh disimpan di : ICU / NICU, IGD, Depo Farmasi, dan Kebidanan.
• Penyimpanan obat High Alert selain Elektrolit Pekat disimpan di :
 Depo Farmasi Rawat Jalan, IGD, Rawat Inap, dan Kamar Operasi.
 Trolly Emergency ruang Perawatan Rawat Inap
 Hemodialisa.
 Radiologi.
• Semua tempat penyimpanan harus diberikan label yang jelas dan dipisahkan dengan obat-obatan rutin
lainnya. Jika high alert mediacations harus disimpan di area perawatan pasien, kuncilah tempat penyimpanan
dengan diberikan label ‘ Peringatan : high alert medications’ pada tutup luar tempat penyimpanan.
• Jika menggunakan dispensing cabinet untuk menyimpan high alert medications, berikanlah pesan
pengingat di tutup cabinet agar pengasuh / perawat pasien menjadi waspada, dan berhati-hati dengan high
alert medications. Setiap kotak /tempat yang berisi high alert medications harus diberi label.
• Infus intravena high alert medications harus diberikan label yang jelas dengan menggunakan huruf /
tulisan yang berbeda dengan sekitarnya
TATA LAKSANA PEMBERIAN OBAT

• Perawat harus selalu melakukan pengecekan ganda( double-check ) terhadap semua high alert medications sebelum diberikan
kepada pasien
• Pengecekan ganda terhadap high alert medications
 Pengecekan ganda perlu diperlukan sebelum memberikan high alert medications tertentu / spesifik dan disaat pelaporan
pergantian jaga atau saat melakukan transfer pasien.
 Pengecekan ganda ini akan dicatat pada rekam medis pasien atau pada catatan pemberian medikasi pasien.
 Pengecekan pertama harus dilakukan oleh petugas yang berwenang untuk menginstruksikan, meresepkan, atau memberikan obat-
obatan, antara lain: perawat, ahli farmasi, dan dokter.
 Pengecekan keduaakan dilakukan oleh petugas yang berwenang, teknisi, atau perawat lainnya. ( petugas tidak boleh sama dengan
pengecek pertama ).
 Kebutuhan minimal untuk melakukan pengecekan ganda / verifikasi oleh orang kedua dilakukan pada kondisi-kondisi seperti berikut :
Setiap akan memberikan injeksi obat
Untuk infuse :
 Saat terapi inisial
 Saat terdapat perubahan konsentrasi obat
 Saat pemberian bolus
 Saat pergantian jaga perawat atau transfer pasien
 Setiap terjadi perubahan dosis obat
 Pengecekan tambahan dapat dilakukan sesuai dengan instruksi dari dokter.
Elektrolit pekat (KCl 7,46%, NaCl 3 %, MgSo4, dan Na
Bicarbonat)
• Elektrolit pekat tidak boleh berada di ruang perawatan, kecuali di kamar operasi
jantung dan unit perawatan intensif (ICU) dengan syarat disimpan di tempat
terpisah, akses terbatas dan diberi label yang jelas untuk menghindari penggunaan
yang tidak disengaja.
• Peresepan, penyiapan, pemberian elektrolit pekat mengikuti prosedur penanganan
obat high alert.
• Instalasi Farmasi menyediakan premixed solution untuk elektrolit KCl infus
PEMBERIAN HIGH ALERT MEDICATIONS PADA
PEDIATRIK DAN NEONATUS
• Lakukan pengecekan ganda oleh 2 orang petugas kesehatan yang berkualitas ( perawat, dokter, ahli
farmasi )
• Berikut adalah konsentrasi standar obat-obatan untuk penggunaan secara kontinu infuse intravena
untuk semua pasien pediatric yang dirawat, PICU, dan NICU. Berikan label ‘ konsentrasi…….’ Untuk
spuit atau botol infuse dengan konsentasi modifikasi
• Hanya staf yang berpengalaman dan kompeten yang diperbolehkan memberikan obat.
• Simpan dan instruksikan hanya 1 ( satu ) konsentrasi
• Harus memberikan instruksi dalam satuan milligram, tidak boleh menggunakan satuan milliliter.
• Jangan menginstruksikan penggunaan obat-obatan ini sebagai rutinitas / jika perlu. Jika diperlukan
pemberian obat secara pro re nata ( jika perlu ), tentukan dosis maksimal yang masih di
perbolehkan ( misalnya : dosis maksimal 500 mg perhari )
lasa (look alike sound alike) atau
norum (nama obat rupa ucapan mirip)
Sasaran Empat
4
Ketepatan lokasi, ketepatan prosedur dan ketepatan pasien
pembedahan
Gambaran umum
• Tindakan bedah dan prosedur invasif mencakup semua prosedur investigasi dan
pemeriksaan penyakit serta kelainan tubuh manusia melalui mengiris, mengangkat,
memindahkan, mengubah atau memasujjan alat laparoskop/edokofpi ke dalam tubuh untuk
keperluan diagnos
• RS menentukan area dimana dilakukan tindakan bedah dan prosedur invasif (kateterisasi
jantung, radiologi intervensi, laparoskopi, endokospi, pemeriksaan lab, dll.
• Ketentuan tentang tepat, lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien berlaku disemua area yang
melakukan tindakan bedah dan invasif
• Harus ada prosedur yang seragam tentang
a. Pemberian tanda tempat operasi
b. Verifikasi pra operasi
c. Melakukan time out sebelum insisi dilakukan
Gambaran umum

• Semua pasien yang akan menjalani suatu prosedur operasi, harus diidentifikasi dan dijamin sisi operasi yang
tepat, prosedur yang tepat serta pasien yang tepat sebelum, saat dan setelah menjalani suatu operasi.
• Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikut sertakan pasien
dalam proses penandaan.
• Menggunakan checklist untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur yang tepat serta pasien yang tepat
sebelum dilakukan tindakan operasi, serta kelengkapan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan
tersedia, benar dan berfungsi.
• Tim operasi atau tenaga kesehatan yang ikut dalam operasi melakukan, membuat dan mendokumentasikan
prosedur :
check in ( Tempat penerimaan pasien ),
Sign In ( sebelum tindakan anestesi / induksi )
Time Out ( sebelum tindakan insisi )
Sign Out ( sebelum menutup luka operasi dan meninggalkan kamar operasi )
check out ( serah terima perawat anestesi dengan perawat ruangan )
Salah lokasi, salah prosedur dan salah pasien pada saat tindakan
invasif bisa terjadi akibat:
• Komunikasi yan tidak efektif dan tidak akutan antar anggota tim
• Tidak melibatkan pasien dalam memastikan lokasi dan tidak ada prosedur
verifikasi
• Assesmen pasien tidak lengkap
• Rekam medis toasien tidak lengkap
• Budaya tidak mendukung komunikasi terbuka antar tim
• Masalah terkait dengan tulisan yang tidak terbaca , tidak jelas dan tidak lengksp
• Penggunaan singkatan yang tidak standar
Penandaan lokasi operasi ( marking site)

• Melibatkan pasien
• Menggunakan tanda yg tepat dan mudah dikenali yang di sepakati
• Tanda ( Marking site ) menggunakan tinta permanen yang tidak mudah terhapus
• Tanda harus konsisten disemua tempat
• Dilakukan oleh petugas yang melakukan operasi
• Tanda yang digunakan “ √ ” yang menunjukkan rencana insisi atau sisi insisi.
• Daerah yang tidak di operasi, jangan di tandai kecuali sangat di perlukan
• Dilakukan saat pasien sadar atau terjaga dan memahami jika mungkin dan masih terlihat jekas saat pasien sadar
• Lokasi yang akan dioperasi diberi tanda
• Penjelasan mengenai prosedur secara tertulis harus di sertakan bila pasien menolak pemberian tanda
• Tanda di buat sebelum pasien di operasi di ruang perawatan, kecuali pasien cito tanda di buat di
IGD atau di kamar bedah
Penandaan lokasi operasi ( marking site) Pada

• organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri


• Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
• Multiple level (operasi tulang belakang : servical, thorakal, lumbal)
• Multiple lesi yang pengerjaannya bertahap
perkecualian penandaan Pada

• Kasus organ tunggal (contoh operasi sectio cesarea, Operasi Jantung)


• Kasus Intervensi menggunakan kateter dengan tempat insersi standar (contoh :
kateterisasi jantung)
• Tindakan pada operasi gigi (sudah menyebutkan nama gigi / atau gigi yang akan di
operasi sudah di tandai pada Foto Rontgen gigi atau diagram gigi.
• Bayi premature, di mana pemberian tanda bisa menyebabkan tatto permanen.
Verifikasi tindakan bertujuan

• Memastikan ketepatan tempat operasi, ptosedur dan pasien


• Memastikan seluruh dokumen terkait: foto (imaging) dan hasil pemeriksaan yang
relevan diberi label dengan benar dan tersaji
• Memastikan tersedia peralatan medis khusus dan atau implan yang dibutuhkan
Check in ( Tempat penerimaan pasien / ruang persiapan pasien ) Perawat
ruangan melakukan serah terima kepada perawat kamar bedah tentang

• Identitas Pasien
• Kelengkapan Dokumen : Surat Ijin Operasi ( SIO ), Surat ijin Anestesi ( SIA )
• Penandaan area / lokasi operasi (marking site )
• Keadaan umum pasien
• Pemeriksaan pre anestesi
• Pemberian antibiotik profilaksis bila diperlukan di berikan satu jam pre op
• Hasil pemeriksaan penunjang ( Laboratorium, Radiologi dan lain-lain )
• Perlengkapan khusus alat/implant
• Persiapan darah.
• Dokumentasikan ke dalam checklist.
Sign In ( sebelum tindakan anestesi / induksi dilakukan di dalam kamar operasi )
Perawat OK / Bedah dan Tim anestesi melakukan konfirmasi tentang

• Identitas pasien.
• Penandaan area operasi, lokasi, dan prosedur yang benar
• Apakah ada riwayat alergi obat
• Resiko aspirasi dan factor penyulit
• Bila ada antisipasi penangannya
• Resiko kehilangan darah
• Bila ada konfirmasi akses intra vena
• Apakah kesiapan alat dan obat anestesi sudah lengkap dan rencana antisipasinya.
• Dokumentasikan ke dalam checklist
Time Out ( Sebelum Tindakan Insisi / pembedahan ) di dalam
kamar operasi yang dikerjakan oleh perawat sirkuler
• Dipimpin oleh dokter Operator
• Di lakukan ditempat tindakan yang akan dilakukan
• Melibatkan seluruh tim operasi
• Didokumentasikan secara ringkas dengan menggunakan checklist
• Time out dibacakan dengan lantang dan jelas oleh perawat sirkuler tentang :
 identitas pasien, rencana tindakan dan area
 Penandaan area operasi
 Penayangan hasil pemeriksaan penunjang (Rongent, Ct Scan, MRI ) dengan benar.
 Apakah diberikan antibiotik Profilaksis intra operasi.
 Tahap penting /Perhatian khusus dalam pembedahan
 Perkiraan lamanya operasi
 Antisipasi kehilangan darah
 Adakah hal khusus yang perlu perhatian
 Perawat sirkuler menuju sterilisator yang telah dikonfirmasi bila perlu peralatan tambahan selama operasi
Sign Out ( tindakan Sebelum menutup luka operasi dan meninggalkan
kamar operasi ) perawat sirkuler melakukan konfirmasi verbal tentang :

• Kelengkapan (instrumen, kasa, benda tajam )


• Jumlah kasa
• Apakah spesimen telah diberi label
• Menyiapkan formulir untuk pengantar pemeriksaan bila di perlukan
• Peninjauan kembali kegiatan pembedahan, dan anestesi
• Perhatian khusus fase pemulihan di RR
• Dokumentasikan ke dalam checklist
Check Out ( Serah terima perawat anestesi dengan perawat
ruangan di ruang pemulihan / RR ) tentang
• Keadaan umum pasien, kesadaran, tanda-tanda vital (TD,HR,RR)
• Keluhan nyeri, menilai skala nyeri: ( 0-10 ).
• Aldrette score ( 8, 9, 10 ).
• Kelengkapan Dokumen pendukung (foto rongen, EKG, USG, CT Scan, dan MRI).
• Gol darah dan berapa labu yang telah diberikan.
• Jenis cairan infus dan tetesanya per menit
• Kateter urine ada atau tidak, bila ada kapan Tanggal pemasangan, jumlah dan warna.
• Keadaan Area luka operasi.
• Drain pada luka post operasi ada atau tidaknya, jumlahnya berapa buah, letaknya, serta warna /
produksinya.
• Ada atau tidaknya jaringan PA , VC yang harus diperiksakan.
• Instruksi post op dr Bedah dan dr Anestesi.
• Dokumentasikan ke dalam checklist.
21/5/2013 90
Pelaporan Insidens / Kejadian Kesalahan lokasi, prosedur dan
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
• Setiap petugas kesehatan yang menemukan adanya kesalahan lokasi, prosedur dan kesalahan pasien yang
menjalani suatu operasi harus segera melapor kepada Kepala Ruangan di ruang kamar operasi/ instalasi bedah
Sentral, kemudian melengkapi laporan insidens
• Petugas kesehatan harus berdiskusi dengan Kepala Instalasi atau manajer mengenai pemilihan cara yang terbaik
dan siapa yang memberitahukan kepada pasien atau keluarga mengenai kesalahan yang terjadi pada saat dilakukan
operasi
• Kesalahan yang dapat terjadi adalah :
 Kesalahan identifikasi pasien
 Kesalahan lokasi pembedahan
 Kesalahan prosedur pembedahan.
 Kesalahan pasien yang akan dibedah
 Kesalahan pemberian label identitas pada specimen.
 Kesalahan identitas spesimen dalam formulir.
 Kesalahan pemberian darah.
 Kesalahan kelengkapan alat khusus yang dibutuhkan.
Pelaporan Insidens / Kejadian Kesalahan lokasi, prosedur dan
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi

• Beberapa penyebab umum terjadinya insidens :


Salah memberikan label.
Kesalahan pada administrasi.
Salah mengisi formulir
Salah megirim pemeriksaan penunjang
• Kesalahan pada lokasi pembedahan diantaranya
Komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota tim bedah.
Kurang /tidak melibatkan pasien didalam penandaan lokasi.
Tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi pasien.
Kesalahan pada prosedur operasi.
Kesalahan pada pasien yang akan dioperasi
Pelaporan Insidens / Kejadian Kesalahan lokasi, prosedur dan
pasien yang akan dilakukan tindakan operasi
• Jika terjadi insidens akibat kesalahan lokasi, prosedur dan pasien pada pembedahan,
lakukan hal berikut
Pastikan keamanan dan keselamatan pasien.
Pastikan bahwa tindakan menjaga Kejadian Tidak Diharapkan telah dilakukan.
Jika suatu prosedur telah dilakukan pada pasien yang salah lokasi, prosedur dan
pasien yang akan dilakukan tindakan , maka dokter dan tim operasi harus memastikan
bahwa langkah-langkah yang penting telah diambil untuk melakukan prosedur yang
tepat pada pasien yang tepat
Sasaran Lima
5
Pengurangan risiko Infeksi
terkait pelayanan kesehatan
Gambaran umum
• Salah satu cara pengurangan resiko infeksi adalah dengan cuci tangan.
• Cuci tangan 6 langkah menurut WHO dapat meminimalisir terjadinya penyebaran infeksi di
Rumah Sakit
• Kebersihan tangan mengacu pada proses membersihkan tangan dengan melakukan cuci
tangan dengan menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
• Dalam pengaturan kesehatan, cuci tangan yang benar adalah cara paling sederhana untuk
mengurangi lintas transmisi mikroorganisme yang terkait dengan infeksi yang menyebabkan
peningkatan lama waktu dirawat , peningkatan biaya perawatan, dan bahkan kematian.
• Unit PPI melakukan monitoring dan sosialisasi Pelaksanaan 6 Langkah Cuci Tangan dan
Kepatuhan Pelaksanaan 5 Moment Kebersihan Tangan Pelayan Kesehatan ke setiap
karyawan rumah sakit
5

• Healthcare Assosiated Infections (HAIs) Adalah: Infeksi yang terjadi pada pasien selama proses
perawatan baik itu di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya
• Pencegahan Pengendian Infeksi (PPI) di rumah sakit dikelola dan diintegrasikan antara tenaga
struktural dan fungsional dari semua departemen/instansi /divisi yang ada di rumah sakit yang
terdiri dari
1. Panitia Infeksi Rumah Sakit
 Ketenagaan dari panitia infeksi rumah sakit melibatkan unsur :
 Dokter UPF Medikal / Non-Medikal.
 Dokter UPF Kedokteran Forensik.
 Dokter UPF Patologi Anatomi / Patologi Klinik.
 Komite Keperawatan.
 Instalasi Bedah Sentral / R. ICU / Gawat Darurat / Rawat Jalan.
 Instalasi Farmasi , Kesehatan Lingkungan , Binatu / dan Gizi
5

2. Infection Prevention and Control Officer / Doctor (IPCO/ IPCD)Kriteria:


 Dokter yang mempunyai minat dalam PPIRS.
 Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPIRS.
 Memiliki kemampuan leadershipRS harus memiliki Infection Prevention and Control
3. Nurse(IPCN) yang bekerja purna waktu, dengan ratio 1 (satu) : 100 – 150 tempat tidur
Memiliki komitmen di bidang PPIRS..
Memiliki pengalaman sebagai Kepala Ruangan atau setara.
Memiliki kemampuan leadership, inovatif dan convident Bekerja purna waktu
4. Dalam bekerjanya seorang Infection Prevention and Control Nurse (IPCN) dapat dibantu oleh
Infection Prevention and Control Link Nurse (IPCLN) dari setiap unit
Perawat dengan pendidikan minimal D3 dan memiliki sertifikasi PPIRS
Memiliki komitmen di bidang PPIRS
Memiliki kemampuan leadership
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit meliputi:

• Infeksi Saluran Kemih (ISK)


• Infeksi Daerah Operasi (IDO)
• Infeksi Luka Infus (ILI),
• Hospital Asosiated Pneumonia (HAP)
• Ventilator Acquired Pnemonia(VAP)
• Dekubitus,
• Bakteriemia
• dll
Infection Prevention and Control Officer/Doctor(IPC/
IPCD)
• Berkontribusi dalam diagnosis dan therapi infeksi Rumah Sakit yang benar.
• Turut menyusun pedoman penulisan resep antibiotika dan surveilans.
• Mengidentifikasi dan melaporkan kuman patogen dan pola resistensi antibiotik.
• Bekerjasama dengan IPCN dan IPCLN dalam melakukan kegiatan surveilans
Infeksi Rumah Sakit.
• Membimbing dan mengajarkan praktek dan prosedur PPIRS yang berhubungan
dengan prosedur therapi.
• Turut memonitor cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat pasien.
• Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami PPIRS
• TugasInfection Prevention and Control Link Nurse (IPCLN)
Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di unit kerja
masing-masing kemudian menyerahkan kepada IPCN secara berkala.
Memotivasi pelaksanaan kewaspadaan Isolasi kepada setiap personil di unit
kerja masing-masing.
Melaporkan apabila terdapat kecurigaan adanya Infeksi Rumah Sakit di unit
kerja masing-masing kepada IPCN.
Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi Infeksi Rumah Sakit, potensial KLB,
penyuluhan bagi pengunjung di unit kerja masing-masing
Tugas Infection Prevention and Control Nurse (IPCN)

• Melaksanakantindakan PPIRS.
• Membantu petugas kesehatan dalam melaksanakan asuhan pasien.
• Memonitor sanitasi ruangan.
• Bekerjasama dengan IPCO dalam surveilans Infeksi Rumah Sakit dan mendeteksi kejadian Luar
Biasa (KLB).
• Melatih dan mengajarkan masalah PPIRS kepada petugas kesehatan dibawah IPCO.
• Melakukan pengolahan data bulanan dan tahunan tentang Infeksi Rumah Sakit.
• Menganjurkan, mengingatkan cara pengambilan, penyimpanan dan pengiriman bahan pemeriksaan
mikrobiologi.
• Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung dan keluarga tentang topik infeksi
yangsedang berkembang di masyarakat termasuk tentang infeksi dengan insiden tinggi
Tugas panitia infeksi rumah adalah:

• Mengkoordinasikan dan membuat kebijakan , prosedur-prosedur kerja / SPO yang


berkaitan dengan program PPIRS.
• Mengeluarkan rekomendasi , laporan data survailens yang relevan yang berkaitan
dengan infeksi Rumah sakit kepada Kepala Rumah Sakit Tk II dr. Soepraoen.
• Mengkoordinasikan Tim PPIRS.
• Memberikan pelatihan kepada petugas kesehatan berkaitan dengan upaya PPIRS.
• Melaporkan kegiatan Panitia Infeksi Rumah Sakit kepada direktur melalui Ketua
Komite Medik dan Komite Keperawatan.
Rantai Penularan Infeksi
Kewaspadaan Standar (Standard Precautions)

• Hand Hygiene
• Menggunakan Alat Pelindung Perorangan (APP) ketika akan bersentuhan dengan
darah, cairan tubuh (sekret/ekskreta), kulit yang tidak utuh dan membran mukosa
• Penanganan alat-alat pasien dan linen yang terkontaminasi oleh darah dan cairan
tubuh pasien
• Pencegahan dari tertusuk jarum / benda tajam habis pakai (needlestick / sharp
injuries)
• Pembersihan lingkungan
• Pengelolaan sampah/limbah dengan benar
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan ( Transmission
Based Precautions )
o Kewaspadaan penularan lewat udara (Airborne Precautions)
Misal : TB Paru Aktif, varisella, campak
o Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku)
o Tempatkan pasien pada ruangan tersendiri (single room) yang mempunyai aliran udara
bertekanan negatif (ruangan bertekanan negatif) yang termonitor. Udara yang dikeluarkan
dari ruangan tersebut harus difilter tingkat tinggi sebelum beredar diseluruh rumah sakit
o Setiap orang yang memasuki ruangan tersebut harus menggunakan masker khusus ( contoh
N 95)
o Batasi transportasi pasien untuk hal-hal yang perlu saja, selama transportasi pasien
mengunakan masker (masker bedah)
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan ( Transmission
Based Precautions )
o Kewaspadaan penularan lewat droplet ( Droplet Precautions )
Misal : pneumonia, difteria, influensa tipe B, meningitis
o Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku)
o Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri (single room), apabila tidak tersedia tempatkan pasien
bersama pasien lainnya dengan mikroorganisme aktif yang sama (kohorting) dengan jarak tempat
tidur 1-2 meter
o Pergunakan masker (masker bedah) ketika bekerja dalam jarak 1-2 meter dari pasien
o Batasi transportasi pasien untuk hal-hal yang perlu saja, selama transportasi pasien mengunakan
masker (masker bedah)
o Penanganan udara dan ventilasi secara khusus tidak diperlukan
Kewaspadaan Berdasarkan Penularan ( Transmission
Based Precautions )
o Kewaspadaan penularan lewat kontak ( Contact Precautions )
Misal : Penyakit yang dapat ditransmisikan secara kontak meliputi infeksi-infeksi kulit, usus
serta kolonisasi /infeksi dengan organisme yang resisten terhadap berbagai antibiotika
o Laksanakan kewaspadaan lapis pertama (Kewaspadaan Baku)
o Tempatkan pasien dalam ruangan tersendiri (single room), apabila tidak tersedia tempatkan pasien
bersama pasien lainnya dengan mikroorganisme aktif yang sama (kohorting)
o Pergunakan sarung tangan, jubah yang bersih (non-steril) ketika memasuki ruangan pasien/kontak
dengan pasien dan permukaan lingkungan
o Batasi pemindahan pasien untuk hal-hal yang perlu saja.
KebersihanTangan(HAND HYGIENE)
• Melakukan cuci tangan (hand washing) yang bisa menggunakan air atau tanpa air (cuci tangan kering) / handrubs,
penggunaan antiseptik untuk cuci tangan.
• Material yang digunakan:
Air mengalir
o Air yang dipergunakan tidak boleh terkontaminasi
o Apabila air terkontaminasi gunakan air yang telah didihkan selama 10 menit dan disaring guna menghilangkan partikel kotoran
(jika diperlukan) atau mendisinfeksi air dengan cara menambahkan larutan sodium hipoklorit dengan konsentrasi 0,001 %
o Apabila air mengalir tidak tersedia pergunakan antiseptik untuk cuci tangan kering ( handrub ) misal campuran 100 cc Alkohol
60% - 90% (70 %) dan 2 cc gliserin 10 %

Sabun :sabun biasa atau sabun antimikroba.


Antiseptik :
• Klorheksidin glukonat 2% - 4% (Hibiscrub, Hibitane)
• Klorheksidin glukonat dan cetrimide dalam berbagai konsentrasi (Savlon)
• Triklosan 0,2% - 2%
• Kloroksilenol 0,5% - 4% (dettol)
• 4) Pengering tangan setelah cuci tangan
KebersihanTangan(HAND HYGIENE)
Melakukan cuci tangan (hand washing) yang bisa menggunakan air atau tanpa air (cuci tangan
kering) / handrubs, penggunaan antiseptik untuk cuci tangan.

5 (LIMA) SAAT MELAKUKAN PERAKTEK MEMBERSIHKAN TANGAN


GAMBAR CUCI TANGAN DENGAN SABUN & AIR
GAMBAR CUCI TANGAN DENGAN ANTISEPTIK
BERBASIS ALKOHOL
Prosedur Cuci Tangan Kering (tanpa air) / Handrub

• Menggunakan antiseptik berbasis alkohol ( etil / isopropil alkohol ) ditambah emolien


( gliserin, glikol propilen atau sorbitol )untuk melembabkan kulit.
• Antiseptik untuk handrub tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika
tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh harus mencuci tangan
dengan sabun dan air terlebih dahulu
• Untuk mengurangi penumpukkan emolien pada tangan setelah pemakaian antiseptik
untuk handrub yang berulang, tetap diperlukan mencuci tangan dengan sabun dan air,
biasanya setiap 5 – 10 kali aplikasi handrub
• Handrub yang berisi alkohol sebagai bahan aktifnya, memiliki efek residual yang
terbatas dibandingkan dengan yang berisi campuran alkohol dan antiseptik seperti
klorheksidin
Kapan Melakukan Handrub ?
• Pada kondisi dimana fasilitas cuci tangan sulit dijangkau/tidak memadai. Sehingga
handrub merupakan alternatif pengganti cuci tangan yang menggunakan air (cuci tangan
basah)
• Saat ronde di ruangan yang memerlukan antisepsis tangan

Antiseptik untuk handrub


Rumah Sakit TK.II dr. Soepraoen membuat formula untuk handrub (sesuai
yang dianjurkan oleh CDC) dan telah dilakukan uji coba tingkat
kenyamanan dalam pemakaian yaitu :
Alkohol 70 % 100 cc + Gliserin 10 % 2cc
Sasaran Enam
Pengurangan risiko Jatuh
Gambaran umum

• 700-1000/thn ps di US jatuh, dampak patah tulang, perdarahan internal (pusan


pengendalian dan pencegahan peny. Cedera AS, 2008)
• 1073 dr 135772 mengalami jatuh (Hill, Keith et all, 2007)
• Pada tahun 2000, biaya yang dihabiskan untuk kejadian jatuh yang fatal sebesar $0,2
miliar dan cedera akibat jatuh non-fatal sebesar $19 miliar. Diperkirakan pada tahun
2020, biaya yang dikeluarkan untuk kejadian cedera akibat jatuh dapat mencapai $32,4
miliar
• Pasien merupakan termasuk 3 besar insiden medis (Konggres XII PERSI, 2012)
• Diperlukan penanganannya unt menurunkan biaya , serta meningkatkan pelayanan klinis
dan kepuasan pasien.
• Pasien yang awalnya beresiko rendah mengalami jatuh, bisa saja mendadak berisiko tinggi
akibat operasi (pengaruh anestesi) atau akibat perubahan mendadak kondisi pasien, atau
akibat penyesuaian pengobatan
• Diperlukan identifikasi ulang jika dimungkinkan adanya perubahan risiko jatuh pada
pasien
• Contoh situasi yang meniingkatkan risiko jatuh, misal pasien yg dilakukan pemeriksaan dr
unit rawat inap/jalan saat berpindah dari brankard ke meja pemeriksaan yang sempit,
Pasien yang menerima terapi fisik dengan parallel bars dengan bantuan penggunaan
fresstanding faircases atau peralatan lain untuk latihan
• Rumah sakit harus menyusun program pengurangan risiko jatuh
Faktor Risiko Jatuh:

• Kondisi pasien • Gangguan muskuloskeletal; seperti

• Gangguan penglihatan, perubahan status artritis,penggantian sendi, deformitas

kognitif • Penyakit kronis; seperti osteoporosis,


penyakit kardiovaskular, penyakit paru, dan
• Riwayat jatuh sebelumnya
diabetes
• Gangguan kognitif
• Masalah nutrisi
• Gangguan keseimbangan, gaya berjalan,
• Medikamentosa (terutama konsumsi > 4
atau kekuatan jenis obat)
• Gangguan mobilitas • Lokasi atau situasi lingkungan
• Penyakit neurologi; seperti stroke dan
Parkinson
Etiologi Jatuh

• Ketidak sengajaan: 31%


• Gangguan gaya berjalan/ keseimbangan: 17%
• Vertigo: 13%
• Serangan jatuh (drop attack): 10%
• Gangguan kognitif: 4%
• Hipotensi postural: 3%
• Gangguanvisus: 3%
• Tidak diketahui: 18%
Mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi
jatuh
• Pasien dewasa : Skala Morse
• Pasien anak-anak : Skala Humpty Dumpty
• Pasien Psikiatri : Skala Edmonson
• Pasien Rawat Jalan/Usia Lanjut : Time Up And Go Test
"Preventing Falls in Hospitals: A Toolkit for Improving Quality of Care" (2013)
Upaya untuk mengurangi terjadinya kejadian pasien terjatuh di
rumah sakit, yaitu:

• Membiasakan pasien dengan lingkungan sekitarnya.


• Menunjukkan pada pasien alat bantu panggilan darurat.
• Posisikan alat bantu panggil darurat dalam jangkauan.
• Posisikan barang-barang pribadi dalam jangkauan pasien.
• Menyediakan pegangan tangan yang kokoh di kamar mandi, kamar dan lorong.
• Posisikan sandaran tempat tidur rumah sakit di posisi rendah ketika pasien sedang beristirahat, dan posisikan sandaran tempat
tidur yang nyaman ketika pasien tidak tidur.
• Posisikan rem tempat tidur terkunci pada saat berada di bangsal rumah sakit.
• Menjaga roda kursi roda di posisi terkunci ketika stasioner.
• Gunakan alas kaki yang nyaman, baik, dan tepat pada pasien.
• Gunakan lampu malam hari atau pencahayaan tambahan.
• Kondisikan permukaan lantai bersih dan kering. Bersihkan semua tumpahan.
• Kondisikan daerah perawatan pasien rapi.
• Ikuti praktek yang aman ketika membantu pasien pada saat akan ke tempat tidur dan meninggalkan tempat tidur.
(SKALA MORSE)

FAKTOR RISIKO SKALA POIN SKOR

Ya 25  
Riwayatjatuh
Tidak 0  
Diagnosis sekunder (≥ 2 Ya 15  
diagnosis medis) Tidak 0  
Berpegangan pada perabot / 30  
Alat bantu Tongkat / alat penopang 15  
Tidak ada / kursi roda / perawat / tirah baring 0  
Ya 20  
Terpasang infus
Tidak 0  
  Terganggu 20  
Gaya berjalan Lemah 10  
Normal / tirah baring /imobilisasi 0  
Sering lupa akan keterbatasan yang dimiliki 15  
Status mental
Sadar akan kemampuan diri sendiri 0  
    Total  
Kategori :
Risiko tinggi = ≥45 Risiko sedang = 25 - 44 Risiko rendah = 0 – 24
Intervensi
Skor Risiko Rendah : 0 – 24

• Orientasikan pasien pada lingkungan kamar / bangsal.


• Pastikan roda tempat tidur terkunci.
• Pastikanbelpasienterjangkau.
• Singkirkan barang yang berbahaya terutama pada malam hari (kursi tambahan dan lain-lain).
• Posisikan tempat tidur pada posisi terendah.
• Pastikan pengaman tempat tidur terpasang .
• Minta persetujuan pasien agar lampu malam tetap menyala karena lingkungan masih asing.
• Pastikan alat bantu jalan dalam jangkauan (bila menggunakan).
• Pastikan alas kaki tidak licin.
• Pastikan kebutuhan pribadi dalam jangkauan.
• Tempatkan meja pasien dengan baik agar tidak menghalangi.
• Tempatkan pasien sesuai dengan tinggi badannya.
Intervensi
Skor Risiko Sedang : 25 - 44

• Lakukan semua pedoman pencegahan jatuh risiko ringan.


• Pasangkan gelang / pin warna kuning sebagai tanda risiko jatuh.
• Pasang tanda risiko jatuh pada pintu kamar pasien bagian dalam.
• Minta agar pasien segera memencet bel bila perlu Awasi atau bantu sebagian
aktivitas Daily Living pasien.
• Cepatmenanggapibel.
• Review kembaliobat-obatan yang berisiko.
• Beritahu pasien agar mobilisasi secara bertahap: duduk perlahan-lahan sebelum
berdiri
Intervensi
SkorRisikoTinggi : ≥ 45

• Lakukan semua pedoman pencegahan untuk risiko rendah.


• Kunjungi dan monitor pasien setiap jam.
• Tempatkan pasien di kamar yang paling dekat dengan nurse station (jika
memungkinkan).
• Kaji kebutuhan BAB / BAK secara teratur setiap 2 – 3 jam.
• Dokumentasikan setiap perubahan pada pengkajian risiko jatuh.
Skala Humpty Dumpty
Parameter Kriteria Skor Tgl/ Tgl/ Tgl/
Jam Jam Jam
Umur <3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-14 tahun 2
Jenis Kelamin Laki-laki 2

Perempuan 1
Diagnosa Kelainan neurologi 4
Perubahan dlm oksigenasi (masalah sal.nafas, anemia) dehidrasi, anoreksi, sakit kepala, sinkop. 3

Kelainan psikis/perilaku 2
Diagnosa lain 1
Faktor Lingkungan Rowayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-anak 4

Pasien menggunakan alat bantu atau box 3


Pasien berada di tempat tidur 2

Diluar ruang rawat 1


Respon terhadap Dalam 0-24 jam 3
operasi/obat
penenang/efek anestesi Dalam 25-48 jam 2
>48 jam 1
Penggunaan obat Bermacam-macam obat digunakan : Obat sedatif, hipnotik, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, 3
laksatif, diuretik, narkotik.
Salah satu dari pengobatan diatas 2

Pengobatan lain 1
TOTAL
NAMA JELAS & TTD
PENILAI
PENGKAJIAN RISIKO JATUH
UNTUK PASIEN RAWAT JALAN / USIA LANJUT
(TIME UP AND GO TEST)

• Minta pasien untuk duduk dengan nyaman di kursi.


• Minta pasien untuk berdiri jika ada aba-aba mulai, dan mulailah menghitung waktu
dengan jam / stopwatch.
• Jika pasien merasa pusing, dapat berdiri sebentar untuk meredakannya.
• Pasien diminta berjalan sejauh 3 meter (6 langkah).
• Setelah berjalan 3 meter (6 langkah), pasien kembali lagi dan duduk kembali.
• Ketika pasien duduk, lihat jam / stopwatch dihentikan.

Kriteria : (Jacobs & Fox, 2008)


< 14 detik : tidak ada risiko untuk jatuh
> 14 detik : risiko tinggi untuk jatuh
LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RESIKO
JATUH
• Pasang pita berwarna kuning pada gelang identitas pasien dan gambar resiko
jatuhdi area yang mudah dilihat.
• Lakukan orientasi kamar inap kepada pasien
• Sediakan pencahayaan yang adekuat
• Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
• Anjurkan pasien meminta bantuan perawat bila membutuhkan.
• Tempatkan alat bantu bel panggilan berada dalam jangkauan pasien.
• Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik
atau terapi.
• Mengamati lingkungan untuk kondisi yang berpotensi terhadap resiko jatuh dan
segera laporkan untuk perbaikan sehingga tercipta lingkungan yang aman.
LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN RESIKO
JATUH
• Pasang beside rel dan pastikan roda tempat tidur terkunci serta upayakan
menggunakan tempat tidur yang rendah.
• Edukasi pasien dan keluarga mengenai pencegahan jatuh.
• Upayakan kamar tidur pasien berdekatan dengan pos perawat.
• Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat
kesadaran.
• Pastikan pasien yang diangkut dengan brandoard/tempat tidur posisi beside rel
dalam keadaan terpasang.
• Pastikan bahwa jalur kekamar kecil bebas dari hambatandan terang

Anda mungkin juga menyukai