Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PENANGGULANGAN BENCANA

OLEH : HJ.UMI ZAHROK M.SI.


ANGGOTA DPRD JAWA TIMUR
Indonesia mendapat julukan sebagai
“Ring of Fire” atau daerah cincin api
karena wilayah Indonesia menjadi
ditempat pertemuan tiga lempeng dunia.
Hal inilah yang menyebabkan mengapa
kepulauan Indonesia terbentuk oleh
rangkaian gunungapi. Pulau Jawa
sendiri yang luasnya hanya 7% dari
wilayah Indonesia dan didiami 70%
penduduk, memiliki 35 gunungaktif
atau 27% dari gunung aktif yang
tersebar di Indonesia.(Tjetjep, 2002:20)
Donad Van Meter dan Carl Van Horn mendefinisikan
implementasi sebagai tindakan- tindakan yang dilakukan, baik
oleh individu-individu atau kelompok-kelompok pemerintah
maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Winarno,
2007: 146).

Pada konteks penelitian ini, pengertian implementasi


kebijakan public dilihat dari segi proses yaitu segala proses
pelaksanaan tindkan untuk mencapai tujuan sesuai dengan
keputusan kebijakan yang telah diambil. Dalam penelitian ini,
implementasi kebijakan penanggulangan bencana bisa dilihat
dari tindakan yang dilakukan pemerintah kecamatan Ngancar
dalam mengatur penanggulangan bencana gunungapi Kelud,
apakah dalam kenyataan pelaksanaannya sudah sesuai dengan
peraturan yang ada dan mencapai tujuan yang sudah
dicanangkan.
Dalam studi implementasi
kebijakan, terdapat tiga
pendekatan model implementasi
yaitu : kebijakan yang berpola
“dari atas ke bawah”, “dari
bawah keatas”, dan pendekatan
kombinasi (Nugroho, 2003:6).
EMPAT VARIABEL PENTING YANG
MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PROSES
IMPLEMENTASI, YAITU:

1. Komunikasi yang berkaitan dengan proses penyampaian


informasi kepada organisasi dan/atau public
2. Sumber daya berkaitan dengan ketersediaan sumber daya
pendukung, khususnya sumber daya manusia agar
implementator bisa menjalankan kebijakan tersebut secara
efektif
3. Disposisi, yaitu sikap dan komitmen dari para implementor,
terutama aparatur birokrasi, untuk melaksanakan suatu
kebijakan.
4. Struktur birokrasi. Implementasi kebijakan yang begitu
kompleks menuntut adanya kerjasama dari berbagai pihak,
sehingga ketika struktur birokrasi tidak kondusif maka
jalannya kebijakan akan terhambat meskipun sumber daya
yang tersedia memadai.
SARAN
1. Perlu dibangun pola komunikasi yang lebih baik lagi antara
pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan dan penerima
kebijakan penanggulangan bencana di wilayah lumajang
melihat kecamatan lumajang merupakan daerah yang
memiliki risiko bencana agar pelaksanaan dilapangan bisa
berjalan lebih baik dan lancar;
2. Stuktur birokrasi yang berkaitan dengan penanggulangan
bencana seharusnya memiliki pembagian tugas dan fungsi
sesuai dengan kompetensinya agar pelaksanaan
penanggulangan bencana berjalan dengan efektif dan
efisien;
3. Perbaikan kualitas sumber daya manusia yang terlibat
dalam pelaksaan kebijakan penanggulangan bencana di
lumajang sangat dibutuhkan tetapi harus diiringi dengan
jumlah kuantitas yang memadai kuantitas dan kualitas
sumber daya manusia dibutuhkan untuk proses pelaksanaan
penanggulangan bencana.
 

Anda mungkin juga menyukai