Anda di halaman 1dari 19

ASESMEN PORTOFOLIO DAN

PENILAIAN RANAH AFEKTIF

MILA MARISKA
A. Pengertian Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang
disusun secara sistematis yang menunjukkan upaya
proses hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa
dari waktu ke waktu.

Menurut John Mueller  tujuan penggunaan portofolio adalah


untuk mencapai salah satu dari tiga tujuan berikut:
1. Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa
2. Menunjukkan kemampuan siswa secara langsung
3. Menilai secara keseluruhan pencapaian belajar siswa
Karakteristik portofolio:
1. Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya
kerjasama antara murid dengan guru
2. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya
siswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang
dilakukan berdasarkan kriteria tertentu untuk dimasukkan ke
dalam kumpulan hasil karya siswa
3. Hasil karya siswa dikumpulkan dari waktu ke waktu.  kumpulan
karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi
sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan kelebihan karya
yang dihasilkan.  kelemahan tersebut akan digunakan sebagai
bahan pembelajaran berikutnya.
4. Kriteria penilaian yang digunakan harus jelas baik bagi guru
ataupun bagi siswa dan diterapkan secara konsisten
Untuk membedakan antara portofolio sebagai Kumpulan hasil karya siswa dengan portofolio
sebagai model Asesmen Shaklee et.al (1997) Mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

Portofolio sebagai hasil karya


( mengapa saya mengumpulkan bukti?) Portofolio sebagai model asesmen
1. Sebagai representasi keterampilan yang ( Mengapa saya mengumpulkan bukti?)
telah dimiliki 1. Sebagai landasan pengembangan level
2. Sebagai bukti pengembangan suatu ranah berikutnya
3. Untuk menunjukkan kemampuan yang 2. Untuk mempromosikan pengembangan
dimiliki berikutnya nya nya
4. Sebagai bahan yang akan dibahas dalam 3. Sebagai bukti kemampuan yang telah
suatu pertemuan dicapai
5. Sebagai bahan pelaporan 4. Untuk memodifikasi pengajaran yang
akan dilakukan
5. Untuk menyesuaikan kurikulum
 B. PERENCANAAN PORTOFOLIO

1. Menentukan kriteria atau standar yang akan digunakan sebagai dasar asesmen portofolio
2. Kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan rumusan hasil belajar yang dapat diamati
3. Kriteria memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum untuk membentuk perkiraan
waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti-bukti portofolio dan melengkapi penilaian
4. Menentukan orang-orang yang berkepentingan secara langsung dengan portofolio siswa
5. Menentukan jenis-jenis bukti yang harus dikumpulkan
6. Menentukan cara yang akan digunakan untuk  pengambilan keputusan berdasar bukti yang
dikumpulkan
7. Menentukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio pelaporan informasi si
dan keputusan assessmen portofolio
8. Mengatur bukti-bukti portofolio berdasar umur kelas atau isi agar kita membandingkan
01
C. PELAKSANAAN PORTOFOLIO
 
MENDORONG
DAN MEMOTIVASI 02
Berdasarkan perencanaan yang telah SISWA MONITOR
dibuat dan disepakati dengan siswa PELAKSANAAN TUGAS
maka tugas guru adalah melaksanakan
asesmen portofolio sesuai dengan apa
yang telah direncanakan.
03
` MEMBERIKAN
UMPAN BALIK 04
MEMAMERKAN
HASIL PORTOFOLIO
SISWA
D. PENGUMPULAN BUKTI PORTOFOLIO

Semua hasil karya setiap siswa yang dihasilkan selama satu semester
atau satu tahun dikumpulkan dalam satu folder. Dari pengertian tersebut
tampak bahwa tidak semua kumpulan karya siswa yang disimpan dalam
folder dalam satu semester atau satu tahun termasuk portofolio. Karya
siswa harus dapat menunjukkan perkembangan atau bukti bahwa siswa
telah mencapai tujuan tertentu. Satu portofolio disimpan sebagai bukti
akhir pencapaian hasil belajar siswa dan satu lagi digunakan sebagai
portofolio yang terus dikembangkan oleh siswa. Setelah itu guru dan
siswa menyeleksi atau memilih hasil perbaikan pekerjaan untuk
dikumpulkan dan disimpan ke dalam folder sebagai bukti perkembangan
karya siswa.
E. TAHAP PENILAIAN

1. Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang


disepakati bersama  antara guru dengan siswa pada awal
pembelajaran
2. Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara
konsisten
3. Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan
tujuan pembelajaran berikutnya
4. Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan
secara terus-menerus atau berkesinambungan
PENILAIAN RANAH AFEKTIF

A. KONSEP DASAR

Kemampuan afektif merupakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting keberhasilan
pembelajaran pada ranah kognitif dan sikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa.
Fakta yang ada sampai saat ini pembelajaran masih didominasi pada pengembangan ranah kognitif.
Menurut Krathwohl (dalam Gronlund and Linn, 1990), ranah afektif terdiri dari lima level yaitu : (1)
receving, (2) responding (3) valuing, (4) organization, dan (5) characterization level yang paling
rendah adalah receving dan paling tinggi characterization.
Tingkatan Ranah Afektif

1. Tingkat receiving
• Pada tingkat receiving atau attending, peserta didik memiliki keinginan
memperhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus tertentu.
• Tugas pendidik adalah mengarahkan perhatian peserta didik pada fenomena
tertentu yang positif. Misalnya, mengarahkan agar peserta didik senang
membaca buku, senang bekerjasama, dsb.
2. Tingkat responding

• Responding merupakan partisipasi aktif peserta didik, yaitu sebagai bagian dari
perilakunya. Pada tingkat ini peserta didik tidak saja memperhatikan fenomena khusus
tetapi ia juga sudah memberikan reaksi.
• Hasil pembelajaran pada ranah ini menekankan pada pemerolehan respons,
berkeinginan memberi respons, atau kepuasan dalam memberi respons.
• Tingkat yang tinggi pada kategori ini adalah minat, yaitu hal-hal yang menekankan
pada pencarian kesenangan terhadap sesuatu objek atau aktivitas yg khusus.
Misalnya: senang membaca buku, senang bertanya, senang membantu teman, senang
dengan kebersihan dan kerapian, dan sebagainya.
3. Tingkat valuing

• Valuing melibatkan penentuan nilai, keyakinan atau sikap yang menunjukkan derajat internalisasi
dan komitmen. Derajat rentangannya mulai dari menerima suatu nilai, sampai pada tingkat
komitmen.
• Valuing atau penilaian didasarkan pada internalisasi dari seperangkat nilai yang spesifik.
• Hasil belajar pada tingkat ini berhubungan dengan perilaku yang konsisten dan stabil berkaitan
dgn nilai yg dianut. Dalam tujuan pembelajaran, penilaian ini diklasifikasikan sebagai sikap dan
apresiasi.
4. Tingkat organization
• Pada tingkat organization, nilai satu dengan nilai lain dikaitkan, konflik antar nilai diselesaikan, dan mulai
membangun sistem nilai internal yang konsisten.
• Hasil pembelajaran pada tingkat ini berupa konseptualisasi nilai atau organisasi sistem nilai. Misalnya,
pengembangan falsafah hidup seseorang.

5. Tingkat characterization
• Tingkat ranah afektif tertinggi adalah karakterisasi (characterization) nilai.
• Pada tingkat ini peserta didik memiliki sistem nilai yg menjadi karakter dirinya, yang akan mengendalikan semua
perilaku sampai pada waktu tertentu hingga terbentuk gaya hidup.
• Hasil pembelajaran pada tingkat ini berkaitan dengan karakter pribadi, emosi, dan sikap sosial.
Karakteristik Ranah Afektif

Empat karakteristik afektif yang penting, yaitu: sikap, minat,


konsep diri, dan nilai.
1. Sikap
• Sikap merupakan suatu kencendrungan untuk bertindak secara suka atau tidak suka terhadap suatu
objek.
• Menurut Fishbein dan Ajzen seperti di kutip oleh Mardapi (2004), sikap adalah suatu predisposisi
kepribadian yang dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
konsep, atau orang.

2. Minat
• Menurut Getzel (dalam Mardapi, 2004), minat adalah suatu disposisi yang terorganisir melalui
pengalaman yang mendorong seseorang untuk berusaha memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian.
• Menurut kamus besar bahasa Indonesia, minat atau keinginan adalah kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu.
Lanjutan Karakteristik Ranah Afektif

3. Konsep Diri

• Menurut Smith dalam Mardapi 2004, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu
terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimilikinya.
• Penilaian konsep diri dapat dilakukan dengan penilaian diri.

4. Nilai

• Menurut Rokeach dalam Mardapi (2004), nilai merupakan suatu keyakinan tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan buruk.
B. BEBERAPA CARA PENILAIAN RANAH AFEKTIF

1. Pengamatan langsung yaitu denagn memperhatikan dan mencatat sikap, tingakah laku siswa
terhadap sesuatu benda, orang, gambar atau kejadian.
2. Wawan cara, dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3. Angket atau kuesioner, merupakaan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan
pilihan jawaban baik berupa pilihan pertanyaan atau pum pilihan berupa bentuk angka
4. Teknik proyektil, merupakan tugas atau pekerjaan atau objek yang belum pernah dikenal siswa
5. Pengukuran terselubung, merupakan pengamatan tentang sikap dan tingkah laku seseorang di
mana yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.

Kelima cara tersebut memili keunggula dan kelemahan dalam memperoleh data. Jika jumlah
responden yang akan di teliti banyak maka penggunaan angket atau kuesioner dinilai paling efektif.
C. LANGKAH – LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN AFEKTIF

1. Merumuskan Tujuan Pengukuran Afektif


Pengembangan alat ukur sikap bertujuan untuk mengetahui sikap siswa terhadap sesuatu objek,
misalnya sikap siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler di sekilah.

2. Mencari Definisi Konseptual Dari Afektif yang Akan Diukur


Setelah tujuan pengukuran ditetapkan maka langkah berikutnya adalah merumuskan definisi
konseptual dari afektif yang akan diukur

3. Menentukan Definisi Oprasional dari Setiap Afektif Yang akan Diukur


Penentuan definisi oprasional dimaksudkan untuk menentukan cara pengukuran definisi
konseptual.

4. Menjabarkan Definisi Oprasional menjadi Sejumlah Indikstor


Indikator merupakan petunjuk terukurnya definisi oprasional.

5. Menggunakan Indikator Sebagai Acuan Menulis Pernytaan – Pernyataan dalam Instrumen


Penulisan instrument atau alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan sekala pengukuran.
LANJUTAN LANGKAH – LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN
AFEKTIF

6. Meneliti Kembali Setiap Butir Pernyataan


Penilaian kembali instrument yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah
memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan alat ukur afektif minimal dua orang.

7. Melakukan Uji Coba


Perangkat instrument yang telah ditelaah dan diperbaiki, disusun dan diperbanyak untuk kemudian
diujicobakan di lapangan.

8. Menyempurnakan Instrumen
Data yang diperoleh dari hasil uji coba selanjutnya kita olah untuk memperoleh gambaran tentang
Validitas dan reliabilitas instrument tersebut.

9. Mengadministrasikan Instrumen
Yang dimaksud dengan mengadministrasikan instrument adalah melaksanakan pengambilan data di
lapangan
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai