Anda di halaman 1dari 13

TUJUAN HUKUM

ISLAM
Disusun Oleh :
• RANI SUSILOWATI (220401081)
• ACHMAD TAQIYUDDIN (220401098)
• NUR KHOLIS MAJID (220401105)
TUJUAN HUKUM ISLAM
Maqasid syari’ah berarti tujuan Allah dan Rasul-Nya dalam menetapkan
hukum, baik yang berkaitan dengan perintah maupun yang berkaitan dengan
larangan. Secara etimologi, maslahah sama dengan manfaat, baik dari segi
lafal maupun makna. Maslahah juga berarti manfaat atau suatu pekerjaan
yang mengandung manfaat.
Lima Tujuan Hukum Islam
1. Memelihara Agama (Hifz al-Din) Untuk mewujudkan dan menegakkan
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, agama Islam telah
mensyari’atkan iman dan berbagai hukum pokok yang lima yang menjadi
dasar agama Islam, yaitu: persaksian bahwa tiada Tuhan melainkan Allah
dan bahwasannyaMuhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,
mengeluarkan zakat, berpuasa di bulanRamadhan dan menunaikan haji ke
Baitullah.
2. Memelihara Jiwa (Hifzh al-Nafs) Memelihara jiwa berdasarkan tingkat
kepentingannya dapat dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu :
• Memelihara jiwa dalam peringkat dharuriyat, seperti memenuhi kebutuhan pokok
berupa makanan atau mempertahankan hidup. Kalau kebutuhan pokok
inidiabaikan maka akan berakibat terancamnya eksistensi manusia.
• Memelihara jiwa dalam peringkat hajiyat, seperti diperbolehkan memburu
binatanuntuk menikmati makanan yang lezat dan halal. Kalau kegiatan ini
diabaikanmaka tidak akan menyebabkan eksistensi manusia terancam tetapi hanya
akanmenimbulkan kesulitan hidup.
• Memelihara jiwa dalam peringkat thasiniyat, seperti ditetapkannya tata
caramakan dan minum. Kegiatan ini hanya berhubungan dengan
kesopanan dan etikayang tidak akan mengancam eksistensi hidup manusia
dan tidak pulamempersulitnya jika tidak dilaksanakan.
3. Memelihara Akal (Hifz al-‘Aql) Untuk memelihara akal, agama Islam mensyar’atkan
pengharaman meminum khamar dan segala yang memabukkan dan mengenakan hukuman
terhadap orang yang meminumnya dan mempergunakan segala yang memabukkan.
• Memelihara akal dalam dharuriyat, menjaganya dari hal yang merusak sepertiminuman keras,
narkoba, dan jenis lainnya.
• Memelihara akal dalam peringkat hajiyat, seperti dianjurkannya enuntu ilmu pengetahuan. Jika
hal ini tidak dilakukan maka tidak akan menyebabkan eksistensiakal manusia hilang tetapi
akan menimbulkan kesulitan hidup karena kebodohan.
• Memelihara akal dalam peringkat tahsiniyat seperti menghindarkan darimengkhayal atau
memikirkan sesatu yang tidak bermanfaat.
Memelihara Keturunan (Hifz al-Nas) Memelihara keturunan dilihat dari segi tingkat
kebutuhannya akan dibedakan menjadi tiga peringkat yaitu :
• Memelihara keturunan dalam peringkat dharuriyat seperti disyari’atkan nikah dan
dilarang berzina.
• Memelihara keturunan dalam peringkat hajiyat seperti ditetapkannya
ketentuanmenyebutkan mahar dalam akad nikah dan diberikan hak talak kepadanya.
• Memelihara keturunan dalam peringkat tahs iniyat seperti disyari’atkan khitbah atau
walimah perkawinan. Hal ini dilakukan merupakan pelengkap kegiatan perkawinan.
5. Memelihara Harta (Hifz al-Mal) Untuk menghasilkan dan memperoleh
harta kekayaan, agama Islam mensyari’atkan kewajiban berusaha mendapat
rezeki, memperbolehkan berbagai mu’amalah, pertukaran, perdagangan, dan
kerjasama dalam usaha. Sedangkan untuk memelihara harta kekayaan itu,
agama Islam mensyari’atkan pengharaman pencurian, menghukum had
terhadap laki- lakimaupun wanita yang mencuri, pengharaman penipuan dan
pengkhiantan serta merusakkan harta orang lain. Dilihat dari
kepentingannya, memelihara harta dapat dibedakan menjadi tiga peringkat
yaitu :
Lanjutan…
• Memelihara harta dalam peringkat dharuriyat, seperti syari’at tentang tata cara
pemilkan harta dan larangan mengambil harta orang lain dengan jalan yang tidak sah.
Apabila ketentuan ini dilanggar maka akan mengancam eksistensi harta manusia.
• Memelihara dalam peringkat hajiyat, seperti syari’at tentang jual beli saham. Apabila
cara ini tidak dipakai maka tidak akan mengancam eksistensi harta tetapiakan
menyebabkan kesulitan bagi manusia untuk memiliki harta melalui transaksi jual beli.
• Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyat seperti ketentuan tentangmenghidarkan
diri dari penipuan.
Peranan Maqasid Syari’ah Dalam
Pengembangan Hukum
Abdul Wahhab Khallaf mengemukakan pendapat bahwa pengetahuan
tentang Maqashid Al-Syari’ah merupakan hal yang sangat penting yang
dapat dijadikan alat bantu untuk memahami redaksi Alquran dan hadis,
menyelesaikan dalil- dalil yang bertentangan dan yang sangat penting lagi
adalah untuk menetapkan hukum terhadap kasus yang tidak terampung di
dalam Alquran dan Hadis secara kajian kebahasaan.
Lanjutan…
Metode istinbat seperti Qiyas, Istihsan dan Maslahah mursalah adalah
metode- metode pengembangan hukum Islam yang didasarkan atas
Maqashid al- syari’ah. Qiyas misalnya, baru biasa dilaksanakan bilamana
dapat ditemukan maqashid al-syari’ah yang merupakan alasan logis(‘illat)
dari suatu hukum. Sebagai contoh tentang kasus diharamkannya minuman
khamar
Thank You

Anda mungkin juga menyukai