Anda di halaman 1dari 77

By: H.

JAJA SUTEJA

Prof Jaja Suteja M.SI


Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
ADA 3 (TIGA) KEMUNGKNAN TERKAIT POSISI JUAL-BELI
SAHAM DIKAITKAN DENGAN NILAI INTRINSIK INI, YAITU:

Prof Jaja Suteja M.SI


Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
A. ANALISIS EKONOMI
Mengapa tahap ini penting?
1. Karena adanya kecenderungan hubungan yang kuat
antara apa yang terjadi pada lingkungan ekonomi
makro dan kinerja suatu pasar modal.

Prof Jaja Suteja M.SI


2. Pasar modal mencerminkan apa yang terjadi pada
perekonomian makro.

3. Fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait


dengan perubahan yang terjadi pada berbagai
variabel ekonomi makro.

Contoh: harga obligasi dipengaruhi oleh tingkat bunga


yang berlaku.
CARA ANALISA PERUBAHAN DI
PASAR MODAL
1. Perubahan Siklus Ekonomi.
 Siklus ekonomi yang cenderung
menurun menuju titik terendah (atau
disebut resesi), maka harga saham
biasanya akan turun. Semakin kuat
resesi, semakin drastis penurunan harga
saham.
 Siklus ekonomi diramalkan membaik, maka
harga saham menjelang titik balik siklis
ekonomi (sebelum mencapai titik terendah)
akan membaik mendahului membaiknya
siklus ekonomi.
 Siklus ekonomi yang terus membaik sampai
mendekati titik puncak, maka harga saham
cenderung stabil sehingga return saham yang
abnormal sulit dicapai investor.
2. Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi
Makro.

Pengamatan terhadap perubahan


indikator ekonomi makro seperti:
PDB, inflasi, tingkat bunga ataupun
nilai tukar mata uang, dapat
membantu investor dalam meramalkan
apa yang akan terjadi pada perubahan
pasar modal.
Beberapa variabel ekonomi makro yang perlu
diperhatikan investor antara lain:
Prof Jaja Suteja M.SI
PEREKONOMIAN

Prof Jaja Suteja M.SI


Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
B. ANALISIS INDUSTRI
Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis
fundamental. Analisis industri biasanya dilakukan setelah kita
melakukan analisis ekonomi.

Dalam analisis industri, investor mencoba membandingkan kinerja


dari berbagai industri untuk mengetahui jenis industri apa saja
yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya.

Masalah pengelompokan industri menjadi semakin rumit ketika


berhadapan dengan banyak perusahaan yang mempunyai sekian
banyak ragam lini bisnis.

ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM


Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu
dilakukan investor baik untuk meminimalkan risiko
maupun untuk mengidentifikasi industri yang
mempunyai prospek yang menguntungkan.

Analisis industri perlu diikuti analisis perusahaan agar


investor dapat menentukan saham perusahaan
mana saja dalam suatu kelompok industri yang
mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.

ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM


Untuk menilai suatu industri, ada (2dua)
langkah yang perlu dilakukan:

a. Mengestimasi earning per share (EPS)


yang diharapkan dari suatu industri.
b. Mengestimasi price earning ratio (P/E)
yang diharapkan atau disebut juga sebagai
expected earning multiplier industri.

ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL


SAHAM
Jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan kita peroleh nilai
akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of
industry).
Tingkat return yang diharapkan dari suatu industri ditentukan dengan
membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah
dividen yang diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri
tersebut pada periode sebelumnya.
Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return harapan dari
industri terhadap tingkat return yang disyaratkan oleh investor,
investor akan dapat menentukan industri mana saja yang layak
dijadikan pilihan investasinya.

:ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL


SAHAM
0 Ada 3 (tiga) teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan
tingkat penjualan suatu industri:
0 a. Daur hidup industri (industry life cycle).
0 b. Analisis input-output.
0 c. Hubungan antara industri dengan ekonomi
0 secara keseluruhan.
0 Ketiga teknik saling melengkapi sehingga investor dapat
mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan
gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek industri dalam berbagai
skenario.

ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM


PERSAINGAN DAN RETURN
INDUSTRI YANG DIHARAPKAN
 Faktor penting lain yang mempengaruhi
besarnya profit yang bisa diperoleh suatu
industri adalah intensitas persaingan dalam
industri tersebut.
 Intensitas persaingan dalam suatu industri akan
menentukan kemampuan industri untuk tetap
memperoleh tingkat return di atas rata-rata.

ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL


SAHAM
Analisis Industri (LANJUTAN)

Prof Jaja Suteja M.SI


Prof Jaja Suteja M.SI
STANDARD INDUSTRIAL
CLASSIFICATION

Prof Jaja Suteja M.SI


Prof Jaja Suteja M.SI
LIMA FAKTOR PERSAINGAN
INDUSTRI

ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM


Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
LIMA FAKTOR PERSAINGAN
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
C. ANALISIS PERUSAHAAN
0 Analisis perusahaan diarahkan untuk
mengetahui : apakah saham suatu
perusahaan layak dijadikan pilihan
investasi.
0 Hasil analisis perusahaan harus bisa
memberikan gambaran tentang:
0 (1) nilai perusahaan, (2) karakteristik
internal, (3) kualitas dan kinerja
manajemen, (4) serta prospek perusahaan
di masa datang.
ANALSIS FUNDAMENTAL DAN TEKNIKAL SAHAM
Analisis Perusahaan (Lanjutan)

Prof Jaja Suteja M.SI


Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
JENIS JENIS RISIKO

Prof Jaja Suteja M.SI


Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Pre-emptive rights/Rights (HMETD)
Pre-emptive rights atau Rights (HMETD);

Hak untuk membeli saham terlebih dahulu yang diberikan kepada


existing shareholder dengan harga exercise dibawah harga pasar.
Hak tersebut ada harga/nilainya, dan bisa dijual. JIka hak tidak
dilaksanakan atau diabaikan, akan terjadi dilusi persentase
kepemilikan saham. Seperti Options, Rights juga merupakan “hak”
bukan kewajiban.
- Jumlah saham yang diterbitkan = Jumlah dana yang dibutuhkan
Harga rights (pelaksanaan)

- Jumlah rights yang diperlukan = Jumlah saham beredar


atau Ratio/ nisbah (= R). Jumlah saham yang diterbitkan
- Harga teoritis Rights (HR) = (Pmo – Ep)
(R+1)

- Harga teoritis saham ex Rights (Pm1) =


(Pmo x Jmlh shm sbl Right) + (Ep x Jmlh shm Rights yg bisa dibeli)
Jmlh saham sbl Right + Jmlh shm Rights yg bisa dibeli

Pmo = Kurs saham sebelum Rights


Ep = Exercise price, atau harga realisasi, atau harga pelaksanaan Rights
Pm1 = Kurs teoritis saham setelah Rights (saat saham diperdagangkan
kembali di Bursa Efek)
R = Ratio antara jumlah saham yang dimiliki dengan jumlah (hak) saham
Rights yang bisa dibeli.
Contoh perhitungan Rights;

Outstanding shares PT BA berjumlah 50 juta saham @ nom. Rp 1.000,-


dengan kurs Rp 25.000,- per saham. Untuk pengembangan dibutuhkan dana
Rp 100 milyar. RUPSLB memutuskan untuk melakukan Rights issue dgn
exercise price Rp 5.000,- per saham.
Ditanya;
a. Jumlah saham baru yang bisa diterbitkan.
b. Rasio/nisbah antara saham lama dengan saham baru.
c. Harga teoritis Rights dan harga teoritis saham ex Rights
d. Kapitalisasi pasar saham PT BA, setelah Rights issue.
e. Jika Bobby memiliki 20 lot saham PT BA, dengan mengisi
kolom
Berikut ini, hitunglah;

1. Jumlah saham rights/baru bisa dibeli;


2. Dana yang harus disiapkan;
3. Nilai saham Bobby, jika ia laksanakan hak, dan ia
menjual/abaikan haknya;
4. Laba jika ia menjual haknya, dan rugi jika ia abaikan haknya
5. Apa yang terjadi dengan kepemilikan sahamnya; jika ia menjual
haknya, atau mengabaikan haknya.

Tindakan Saham Dana yang Laba (rugi) Kekayaan


rights/baru disiapkan stlh Rights
Laksanakan
hak
Jual hak

Abaikan
hak
Jawab;

a. Saham baru yang diterbitkan = Rp 100 milyar  = 20 juta saham


Rp 5.000,-

b. Rasio atau nisbah ( = R) = 50 juta = 5:2


20 juta

c. Harga teoritis Rights = Pmo – Ep  = Rp 25.000,- minus Rp 5.000,-


R+1 5/2 + 1

 = Rp 20.000,-  = Rp 5.714,29
7/2
Harga teoritis saham ex Rights;

(Pmo x Jmlh shm sbl Right) + (Ep x Jmlh shm Rights yg dibeli)
Jmlh saham sbl Right + Jmlh shm Rights yg dibeli

 = (Rp 25.000,- x 5) + (Rp 5.000,- x 2)


5+2
 = Rp 135.000,-  = Rp 19.285,71  = Rp 19.300,- (rounded)
7
Checking; Rp 5.714,29 + Rp 19.285,71 = Rp 25.000,-
• Kapitalisasi saham stlh Rights
= 70 juta x Rp 19.300,-
= Rp 1.351 milyar
e Jika Bobby memiliki 20 lot saham (= 10.000 saham) PT BA;
1. Saham rights yang bisa dibeli =
10.000 x 2 = 4.000 saham
5
2. Dana yang harus disiapkan untuk memberli saham rights
= 4.000 x Rp 5.000,- = Rp 20.000.000,-

3. Nilai saham setelah Rights issue;


- jika hak dilaksanakan = (10.000 + 4.000) x Rp 19.300,-
= Rp 270.200.000,-

- jika hah tidak dilaksanakan/ hak diabaikan


= 10.000 x Rp 19.300,-
= Rp 19.300.000,-
4. Laba; jika ia jual haknya = 4.000 x Rp 5.714,29
= Rp 22.857.160,-
Rugi; jika ia abaikan haknya = 4.000 x (Rp 5.714,29)
= (Rp 22.857.160,-)

5. Jika Bobby menjual haknya atau mengabaikan haknya. jumlah saham milik
Bobby tetap, namun % tasenya menurun,
semula 10.000 x 100% = 0,02%
50.000.000

menjadi 10.000 x 100% = 0,014%


70.000.000
Tindakan Saham Dana yang Laba (Rugi) Kekayaan
baru disiapkan Rp stlh Rights

Laksanan 4.000 Rp 20 jt Rp 270,2


hak
- juta
Jual hak 22,857.160,- Rp 193 juta
- -
Abaikan (22,857.160,-) Rp 193 juta
hak
- -
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI
Prof Jaja Suteja M.SI

Anda mungkin juga menyukai