Kelas : PA602
Mata kuliah : Mekanisme Pasar Modal
Dosen Pengampu : Feby Astrid Kesaulya, S.E., Ak., M.Sc.
RESUME
ANALISIS INDUSTRI
Analisis industri merupakan salah satu bagian dalam analisis fundamental. Analisis industri
biasanya dilaukan setelah kita melakukan analisis ekonomi. Dalam analisis industri, investr
mencoba memperbandingkan kinerja dari berbagai industri, untuk bisa mengetahui jenis
industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Setelah
melaukan analisis industri, investor nantinya akan dapat menggunakan informasi tersebut
sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana
sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya.
Istilah industri ataupun sektor/kelompok industri telah begitu dikenal luas oleh masyarakat,
misalnya industri otomotif, industri makanan dan lain sebagainya. Tetapi pada dasarnya,
pengelompokkan industri tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan. Berkenaan dengn
masalah tersebut, analis dan investor memerlukan metode yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan industri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi industri yang telah
dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industrial Classification (SIC)
yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian perusahaan berdasarkan produk
dasar yang dihasilkan. Di samping standar klasifikasi SIC, ada beberapa sistem klasifikasi
lainnya yang juga digunakan untuk mengelompokkan industri, di antaranya adalah indeks
industri yang dikeluarkan oleh Standard Poor Coorporation yang mengelompokkan industri
dalam 113 kelompok, dan klasifikasi industri versi Value Line yang mengklasifikasikan
perusahaan ke dalam 90 Industri. Pengelompokkan industri untuk kasus di Indonesia juga
dilakukan dengan berdasarkan suatu standar klasifikasi industri tertentu. Salah satu standar
yangbanyak dipakai untuk mengelompokkan industri bagi perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah JASICA. Klasifikasi JASICA ini terdiri atas 9 divisi
dan masing-masing divisi tersebut dibagi lagi menjadi kelompok industri utama dan diberi
kode dua digit. Selain memahami industri secara umum, saham-saham tercatat di BEJ juga
sering dibedakan antara saham-saham perusahaan swasta dan perusahaan BUMN.
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis
tersebu dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang
investasi dalam industri yang mempunyai karakteristik risiko dan return yang
menguntungkan bagi investor. Beberapa penelitian yang terkait dengan analissi industri,
telah didokumentasikan oleh Reilly dan Brown, dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
berikut :
Dari berbagai hasil penelitian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa analisis industri
penting untuk dilakukan, baik untuk meminimalkan risiko ataupun untuk mengidentifikasi
industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan.
Dalam melakukan analiis industri, investor juga perlu menilai suatu industri dan
menentukan return yang diharapkan dari suat industri yang akan dianalisis, Dengan menilai
dan menentukan return yang diharapkan dari suatu industri, invetor akan dapat menentukan
peluang investasi pada industri-industri yang punya prospek terbaik. Untuk menilai suatu
industri, ada dua langkah yang perlu dilakukan, pertama mengestimasi EPS yang
diharapkan dari suatu industri dan kedua mengestimasi P/E yang diharapkan. Selanjutnya
jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan maka akan diperoleh nilai akhir yang
diharapkan dari suatu industri. Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu
industri, selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu
industri. Caranya adalah dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri
ditambah divviden yang dharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada
periode sebelumnya. Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan
dari industri terhadap tingkat return yang disyaratkan oleh investor, investor akan dapat
menentukan industri mana saja yang layak di jadikan pilihan investasinya. Dalam
penentuan keputusan investasi industri tersebutm pilihan investor sebaiknya pada industri-
industri yang mampu memberikan return diharapkan yang lebih besar dibanding tingkat
return yang disyaratkan investor.
Estimasi ??
Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari suatu
industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan
tingkat penjualan suatu industri, yaitu dengan daur hidup industri, analisis input output,
serta hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan. Ketiga teknik tersebut
sifatny saling melengkapi sehingga investor dapat mengkombinasikan ketiga teknik
tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek industri dalam
berbagai skenario. Prakiraan penjualan dan daur hidup industri. Tahap perkembangan
industri dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya penjualan dari suatu industri. Tahap
perkembangan industri umumnya dibagi menjadi lima yaitu tahap permulaan, pertumbuhan
yang cepat, tahap kedewasaan, stabil dan penurunan.
Faktor penting lain yang mempengaruhi besarnya profit yang bisa diperoleh suatu industri
adalah intensitas persaingan dalam industri tersebut.Intensitas persaingan dalam suatu
industri akan menentukan kemampuan industri untuk tetap memperoleh tingkat return di
atas rata-rata. Intensitas persaingan merupakan gambaran dari lima faktor ama persaingan
dan pengaruh masing-masing faktor tersebut untuk masing-masing industri akan berbeda-
beda. Lima kekuatan persaingan akan menentukan profitabilitas industri karena lima faktor
tersebut mempunyai pengaruh terhadap komponen return on investmen (ROI) dalam suatu
industri. Kekuatan masing-masing faktor tersebut merupakan fungsi dari truktur industri.
Analisis yang dilakukan Porter menunjukkan bahwa profitabilitas industri adalah fungsi
dari struktur industri itu sendiri. Investor harus menganalisis struktur industri untuk menilai
ekuatan dari lima faktor persaingan, sehingga investor dapat menentukan profitabilitas dari
suatu industri. Lima faktor yang menentukan intensitas persaingan dalam suatu industri
tersebut :
Persaingan antara perusahaan yang ada dalam indsutri. Persaingan dalam suatu industri
akan semakin meningkat jika terdapat banyak perusahaan yang ukurannya relatif sama
bersaing dalam indsutri tersebut. Di samping itu, persaingan juga akan dipengaruhi oleh
pertumbuhan industri dan biaya tetap, serta hambatan untuk keluar dari industri tersebut.
Pertumbuhan yang lambat akan membu perusahaan semakin ketat bersaing memprebutkan
pangsa pasar yang relatif kecil. Tingginya biaya tetap juga akan mendorong peningkatan
persaingan karena dengan tinggi biaya tetap akan mengharuskan perusahaan untuk
meproduksi dengan kapsitas penuh. Hal itu akan membuat penawaran di pasar akan
semakin meningkat yang kemudian akan menyebabkn harga barang semakin menurun,
sehingga persaingan akan semakin ketat.
Ancaman adanya produk substitusi. Produk substitusi akan membatas profit potensial
suatu industri karena barang sustitusi akan memunculkan alternatif bagi produk perusahaan.
Dalam kondisi seperti ini, kemampuan perusahaan untuk menentukan harga produk akan
semakin berkurang, karena dibatasi adanyaproduk substitusi. Artinya, jika harga produk
perusahaan terlalu tinggi, konsumen bisa saja berpindah ke produk substitusi yang
ditawarkan di pasar.
Bargaining power pembeli. Daya tawar pembeli di pasar yang kuat bisa mempengaruhi
profibilitas industri. Hal ini terjadi jika knsumen dapat menawar harga atau meminta
kualitas yang lebih tinggi dengan kemungkinan pilihan dari produk yang diberikan oleh
pesaing lain. Bila jumlah konsumen lebih abnyak dari jumlah industrinya maka bargaining
power konsumen akan rendah. Sebaliknya jika jumlah industri lebih abnyak dari
konsumennya maka bargaining power konsumen akan besar.
Bargaining power pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi return industri di masa yang
datang karena mereka mempunyai kekuatan untuk menentukan harga dan kualitas dari
produknya. Jika jumlah pemasok lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah industrinya,
maka pemasok memiliki bargaining power yang besar. Begitu juga sebaliknya, jika
pemasok lebih banyak dari industrinya maka bargaining power pemasok akan berkurang.
Teknik untuk melakukan estimasi earning multiplier industri ada dua, yaitu analisis makro
dan analisis mikro. Dalam analisis makro, investor mempelajari hubungan antara earning
multiplier industri dengan earning multiplier pasar. Sedangkan dalam analisis mikro,
estimasi earning multiplier industri dilakukan denan cara mengamati variabel-variabel yang
mempengaruhi earning multiplier industri, sepert dividen payour ratio DPR, tingkat return
yang disyaratkan dalam industri dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang
diharapkan. Analisis makro mengasumsikan hubungan antara perubahan dalam k dan g
untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini sama halnya dengan
hubungan antara perubahan dalam P/E rasio industri dan P/E pasar secara keseluruhan.
Tetapi perlu di ingat bahwa hubungan antara industri dan pasar tidaklah sama untuk setiap
industri, bahkan untuk industri tertentu hubungan tersebut tidak signifikan. Oleh karena itu,
sebelum menggunakan analisis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk
industri, kita perlu mengevaluasi terlebih dahulu kualitas hubungan antara rasio P/E industri
yang akan dianalisis dengan P/E pasar. Di samping itu kita juga perlu melengkapi analisis
makro dengan analisis mikro. Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro
dilakukan dengan cara mengestimasi tiga variabel yang menetukan earning multiplier
industri dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E pasar. Dari hasil analisis
tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakaah earning multiplier industri akan berada di
atas, di bawah ataupun sama dengan earning muliplier pasar.
DAFTAR PUSTAKA