Anda di halaman 1dari 5

Permasalahan Dalam Pembagian Harta Waris

A. Gharrawain
yaitu Pembagian harta warisan yang ahli warisnya hanya suami atau
isteri bersama dengan kedua orang tua seorang yang meninggal (bapak
dan ibu mayit). Ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, menurut
jumhur fukuha menegaskan bahwa ibu mendapatkan 1/3 dari sisa harta.
contoh perhitungannya :
suami ½ maka 3/6 x harta =
ibu 1/3 maka 1/6 x harta =
bapak 1/3 maka 2/6 x harta =
atau
istri ¼ maka 3/12 x harta=
ibu 1/3 maka 1/3 x harta =
bapak A (ashobah) 6/12 x harta=
B. Akdariyah
secara bahasa akdariyah berarti keruh. Adapaun secara terminologi adalah kasus
dalam pembagian harta waris yang ahli warisnya terdiri dari suami, ibu, dan
saudara perempuan baik kandung atau sebapak dan nenek. Dinamakan akdariyah
karena klarena kasus ini mengaburkan yang mestinya kakek menjadi
ashobah/mengashobahkan saudara perempuan. Namun dalam beberapa kondisi
ashobah tidak mendapatkan bagian sama sekali karena harta sudah habis dan pada
kasus ini harta yang tersisa hanya 1/6 saja. Dan saudara perempuan iu sendiri
hanya mandapat ½ bagian dan kakaek 1/6 bagian.
contoh perhitungannya dalam pandangan Zaid ibn sabit:
jika harta peninggalannya 180 juta dan asal masalah 6 dan 9
suami ½ x 6 = 3/9 x 180 jt = Rp 60 juta
ibu 1/3 x 6 = 2/9 x 180 jt= Rp. 40 juta
kakek 1/6 x6 = 1/9 x 180 juta= Rp. 20 juta.
saudara perempuan kandung
½ x6 = 3/9 x 180 juta = Rp 60 juta
bagian yang diperoleh perhitungan di atas dijadikan satu ( Rp 20+60=Rp80 juta
Dan dibagi kepada kakek dan saudara berdasarkan bagian laki-laki dua kali lipat
bagian perempuan. Maka, kakek akan mendapatkan 53,33 juta saudara
perempuan mendapatkan 26.67 juta. Maka hasil perolehan masing-masing
ahli waris adalah;
suami Rp. 60 juta
istri Rp. 40 juta
kakek Rp. 53.33 juta
saudara perempuan kandung Rp. 26.67 juta
C. Orang yang hilang (mafqud)
maksudnya apabila ada orang yang tidak diketahui kabar atau keberadaanya
dan tidak di ketahui keadaannya apakah ia masih hidup apakah sudah mati.
Jika orang tersebut diketahui ketahui keberadaaanya saja dan tidak di ketahui
secara persis keadaanya, maka oarang tersebut masuk dalam kategori
mafqud. Orang yang hilang (mafqud) yang belum diketahui keberadaannya
perlu dipastikan keadaanya karena hubungan dengan harta yang ia
tinggalkan ataupun sebagai ahli waris (ketika saudaranya meninggal)
Hal-hal yang berkaitan dengan Mafqud
a. Sebagai pewaris, jika seseorang tidak diketahui kabar dan keberadaannya
maka, dalam hal ini para pakar hukum islam berbeda pendapat.
b. Sebagai harta warisan, berkenaan dengan harta warisan, semua ulama
mazhab empat sepakat bahwa mafqud dianggap masih hidup. Hal tersebut
berarti harta yang di milki oleh mafqud masih menjadi miliknya tidak
boleh di gunakan atau di bagikan kepada saudara-saudaranya atau ahli
warisnya, sebelum ada ketetapan dari hakim untuk kejelasan masih hidup
atau sudah meninggalnya.
c. Sebagai ahli waris, jika keberadaanya tidak diketahui secara pasti , atau
hilang, maka hak waris atas orang tersebut tidak dapat di tetapkan. Untuk
menyelasaikan pembagiannya maka orang yang mafqud di buat dua
kemungkinan, yaitu kemungkinan masih hidup dan kemungkinan sudah
meninggal .
D. Khunsa (banci)
khunsa adalah orang yang mempunyai dua alat kelamin, satu alat kelamin
laki-laki dan satu kelamin perempuan atau hanya satu lubang yang tidak
menyerupai alat kelamin laki-laki atau kelamin perempuan, adapun jika
seseorang hanya mempunyai salah satu dari alat kelamin baik laki-laki atau
perempuan maka ia tidak masuk dalam kategori khunsa.

Anda mungkin juga menyukai