PEMBAHASAN
A. DEFINISI MUNASHAKHAH
”Apa saja yang Kami nasakhkan (hilangkan) atau Kami jadikan (manusia)
lupa kepadanya, maka Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau
yang sebanding dengannya. (QS. Al-Baqarah: 106).
3. Adanya pemindahan bagian harta pusaka dari orang yang mati kemudian
kepada ahli waris yang lain atau kepada ahli warisnya yang semula
menjadi ahli waris terhadap orang yang pertama harus dengan jalan
mempusakai. Kalau pemindahan bagian tersebut karena suatu pembelian
atau penghibahan maupun hadiah, hal itu di luar pembahasan munasakhah.
4. Pemindahan bagian ahli waris yang telah meninggal kepada ahli warisnya.
B. KEADAAN YANG MENYEBABKAN TERJADINYA MUNASAKHAH
1. Apabila pewaris mayit kedua itu adalah mereka yang menjadi pewaris mayit
pertama.
2. Bilamana para pewaris kedua adalah juga pewaris mayit pertama disertai
perbedaan nisbah mereka kepada mayit.
3. Perbandingan antara bagian mayit kedua dari masalah pertama dan tashih
masalah para pewarisnya dari masalah kedua.
1. Mumasalah
Jika hasil perbandingan dalam tashih pertama dengan kedua itu
mumasalah, tidak perlu adanya perkalian juzussaham dengan asal
masalah semula. Hal ini karena tashih yang pertama di sini berstatus
menempati asal masalah di tempat lain, dan tshih kedua di sini
menempati status adadur ruus yang terbagi atasnya dan apa yang berada
di tangan orang yang meninggal kedua berstatus menempati status
mereka dari asal masalah.
Misalnya :
Penyelesian pertama :
Suami ½ 1/2 x 6 = 3
Penyelesaian kedua :
2. Muwafaqah
Misalnya :
2. Muwafaqah
Misalnya :
Penyelesian kedua :
2x2=4
1x2=2
3. Mubayanah
Contoh :
Penyelesaian pertama :
Penyelesaian kedua
Asabah 6–5=1 - -
Ibu
Bin Nafsi
Paman
3 x 10 = 30 (30 : 10) = 3
2 x 10 = 20 (30 : 20) = 2
1 x 10 = 10 (30 : 10) = 1
Contoh :
Seorang meninggal, ahli warisnya terdiri atas suami, ibu dan paman.
Kemudian suami meninggal ketika harta peninggalan belum dibagikan
kepada para ahli waris. Ia dengan meninggalkan 5 anak laki-laki.
Selanjutnya ibu juga meninggal dalam keadaan yang sama, dengan
meninggalkan 4 orang saudara seayah. Paman pun meninggal juga dengan
meninggalkan 10 orang anak laki-laki.
Cara penyelesaiannya :
Penyelesaian pertama :
2 x 5 = 10
1x5=5
Penyelesaian ketiga :
Paman - =5 - -
5 x 2 = 10
Penyelesian keempat
4 saudara seayah - = 20 - -
10 anak lelaki - = 10 - -
= 30 3 x 5 = 15
= 20 2 x 5 = 10
= 10 1 x 5 = 5
=1
Penjelsannya :
Asal masalah yang dipakai adalah asal masalah pertama saja, yaitu 6 untuk
keempat asal masalah.
3. Paman mendapat 1 bagian yang kemudian diwarisi oleh 10 orang anak laki-
lakinya. Nisabat adadurrus dengan sahamnya adalah tabayun. Oleh karena
itu, sesuai dengan kaidah yang berlaku ditetapkan juzussaham –nya 10.
Kemudian juzussaham-juzussaham tersebut adalah 5, 2, 10. Karena
juzussaham-juzussaham tersebut tadakhul, maka juzussaham
musytaraknya adalah 10. Akhirnya asal masalah semula yang 6 dikalikan
dengan juzussaham musytaraknya 10, hingga menjadi 60 sebagai asala
masalah jami'ah yang sudah tashih. Dengan demikian, mudah diketahui
saham-saham para kelompok ahli waris dan dapat diselesaikan pembagian
masing-masing pada ahli waris sebagaimana tertera di atas.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari isi makalah pada Bab I sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu :
a. Apabila pewaris mayit kedua itu adalah mereka yang menjadi pewaris mayit
pertama.
b. Bilamana para pewaris kedua adalah juga pewaris mayit pertama disertai
perbedaan nisbah mereka kepada mayit.
c. Bilamana para pewaris mayit kedua lain dari pewaris mayit pertama atau
sebagian mereka mewarisi dari 2 jalur, yaitu dari jalur mayit pertama dan
dari jalur mayit kedua.
c. Perbandingan antara bagian mayit kedua dari masalah pertama dan tashih
masalah para pewarisnya dari masalah kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jurajany, Ali Bin Muhammad, Syarhus Sayyid Syarif 'Ala Sirajiyah, Farjallahu
Zaky Al-Kurdi, Kairo.
Ash-Shabuni, Muchamad Ali DR, alih bahasa H. Zaid Husein Alhamid, Ilmu
Hukum Waris Menurut Ajaran Islam, Surabaya: Mutiara Ilmu.
kata pengantar
NAULI
SAFITRI YANI
DAFTAR ISI
COVER ..........................................................................................................................
A. KESIMPULAN ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
MUNASAKHAH
Fiqih mawaris
Dosen pengampu:
Disusun oleh:
KOTABUMI-LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu ميراث, bentuk jamaknya adalah موارث
yang berarti harta peningglan orang yang meninggal yang akan dibagikan kepada
ahli warisnya.
Setiap ahli waris akan mendapat bagian sesuai dengan kadar atau ukuran bagian
masing-masing yang telah ditentukan oleh syari'at Islam.
Mempelajari ilmu waris hukumnya adalah fardhu kifayah. Dasar hukum waris
adalah Al-Qura'an Suarah An-Nisa ayat 7, 11, 12 dan 176 dan surat-surat lainnya
serta hadits Nabi Muhammad SAW, kemudian di Indonesia ditambah dengan KHI
(Kompilasi Hukum Islam).
Kita tidak mengetahui kapan ajal menjemput kita, yang menjadi masalah adalah
jika salah seorang atau lebih dari ahli waris meninggal lebih dahulu sebelum dia
mendapatkan bagiannya. Dan masalah inilah yang akan dibahas dalam makalah
ini. Masalah seperti ini dalam ilmu waris disebut MUNASAKHAH.