Anda di halaman 1dari 9

SISTEM PEMILU SERENTAK

DI INDONESIA PERSPEKTIF
KETATANEGARAAN
Dr. Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Disampaikan pada Seminar Nasional “Menyongsong Pemilu Serentak 2024: Prospek


dan Tantangannya Bagi Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Salatiga, 14 Juni 2023
DEMOKRASI SEBAGAI SISTEM TERBAIK?

1. Penelitian UNESCO tahun 1950 yang melibatkan >100 ilmuan Barat dan Timur
menyatakan; TIDAK ADA SATU NEGARA YANG MENOLAK DEMOKRASI,
sebuah awal demokrasi dianggap sebagai sistem terbaik bagi organisasi politik
(negara)
2. Bruce Gilley (2009); “demokrasi adalah sistem yang dapat mengoreksi dirinya
sendiri, sedang yang lain tidak”.
3. A. Qadry Azizi (2004); “tidak ada satu negarapun yang menyatakan negaranya
tidak demokratis”.
FAKTA HISTORIS DEMOKRASI
• Plato, bentuk (sistem) negara terbaik adalah aristokrasi (kaum cendekia yang bajik dan bijak),
Adapun demokrasi bukan sistem yang baik, kemerosotannya melahirkan tiranisme (J.H.
Rapar, 2001)
• Aristoteles, bentuk (sistem) negara terbaik adalah monarki (filsuf-raja), berikutnya sistem
aristokrasi, berikutnya sistem POLITEA (kekuasaan di tangan rakyat, pelaksanaan
pemerintah berdasar konstitusi). DEMOKRASI adalah bentuk penyimpangan dari POLITEA.
• Mahfud MD (1999), “demokrasi senantiasa dalam situasi ambigious
• WB. Gellie (Espossito & Voll, 1999), demokrasi adalah konsep yang debatable
• Farkhani (2011), demokrasi tidak pernah melahirkan formulasi yang tunggal, interpretative
dan melahirkan ragam varian
INDONESIA DAN DEMOKRASI

• Ciri utama demokrasi adalah partisipasi rakyat dalam pemilihan umum


• Dalam Konstitusi UUD 1945 sebelum amandemen tidak ditemukan klausa demokrasi/tis
dan pemilihan umum (partisipasi rakyat). Dua klausa tersebut muncul setelah
amandemen
• Indonesia secara de facto bersistem demokrasi ketika pemilihan umum wujud di tahun
1955. Jadi sebelum tahun 1955, dalam sistem ketatanegaraan Indonesia belum mengenal
pemilihan umum dan lembaga negara yang dibentuk untuk kepentingan pemilu.
• Sampai sekarang dan didukung dengan regulasi yang diciptakan kemudian,
terimplementasi model partisipasi rakyat dan sistem pemilu yang berbeda-beda
INDONESIA SEKARANG
• Indonesia adalah negara demokrasi (menganut sistem demokrasi), bukti kerasnya
adanya pemilu yang dilakukan secara periodik, walau dengan sistem pemilu yang
berubah-ubah
• Pemilu dengan sistem pemilihan langsung model proporsional terbuka adalah
perubahan sistem yang sangat “radikal” dari sistem pemilu sebelumnya. Salah satu
implikasi utamanya adalah menyerap anggaran negara yang sangat besar, ongkos
plitik kontestan dan budaya politik dalam partisipasi rakyat.
• Atas alasan utama efesiensi anggaran muncul usulan dan praktik pemilu gabungan
dan hasilnya, pemilu gabungan berhasil dalam efesiensi penggunaan anggaran
negara.
PEMILU SERENTAK 2024, EKSPEKTASI APA
YANG DIHARAPKAN?
• Landasan yuridis pemilu serentak adalah UU No. 7 Tahun 2017
• Pemilu serentak yang dimaksud dalam UU tersebut adalah pemilihan presiden dan wakil
presiden, DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan Kota serta DPD (dilaksanakan 14
Februari 2024.
• Sedangkan pemilihan kepala daerah serentak (gubernur, bupati dan walikota) dilaksanakan
pada 27 November 2024 (UU No. 1 Tahun 2014)
• Fakta regulasi ini menunjukkan tidak serentak, tetapi klausul pemilu dilaksanakan dalam 5
tahun sekali sudah tidak lagi tercantum dalam UUD 1945 berarti tidak bertentangan dengan
konstitusi.
• Artinya sistem pemilu serentak merupakan bagian dari sistem ketatanegaraan Indonesia yang
memiliki landasan yuridis yang memadai
LANJUTAN
• Ekspektasi :
1. Efesiensi anggaran: Tidak, anggaran lebih tinggi dari periode sebelumnya
2. Efektif mendapatkan pemimpin atau anggota legislative yang baik; tunggu tanggal selesai
penetapan hasil pemilu
3. Angka partisipasi yang tinggi; tunggu saja tanggal mainnya
4. Efesiensi waktu: Ya, namun beban kerja yang tambah besar menyimpan kekhawatiran gugurnya
anggota kpps dapat melebihi kasus di pemilu 2019
5. Money politik berkurang; Bisa jadi semakin massif dan gila-gilaan
5. Sepi dari sengketa proses dan hasil pemilu; bisa jadi berjibun dan memakn waktu (tidak efektif
dan efesiensi dalam penegakan hukum pemilu
BERPIKIR LAGI YUK!

• Dulu pembicara adalah penyumbang gagasan pemilu gabungan yang


menjadi cikal bakal sistem pemilu serentak
• Kini, setelah melihat fakta dari implikasi sistem pemilu langsung dan
serentak, sepertinya sistem ini harus dikaji ulang dari berbagai
perspektif, konsekuensi, implikasi, antisapasi dan solusi
• Atau kembali pada sistem awal; perwakilan dengan musyawarah
untuk mufakat
HATUR NUHUN, MATUR SUWUN,
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai