Anda di halaman 1dari 23

MENUJU MASYARAKAT 5.

0
DI INDONESIA
BERPARADIGMA PANCASILA
Prof. H. Abdurrahman Mas’ud, Ph.D.
PROF. H. ABDURRAHMAN
MAS’UD, M.A., PH.D.

Former Head of Research &


Development and
Training Agency
Ministry of Religious Affairs
Republic of Indonesia

Currently professor, UIN Walisongo


PERANAN PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN BANGSA INDONESIA

Apabila setiap individu menerapkan Pancasila, maka:

Sila pertama dengan benar-benar


menerapkan anjuran Tuhan dan
menjauhi larangan Tuhan maka
tidak akan ada korupsi,
 Sila kedua maka tidak akan ada
pembunuhan dan kejahatan lainnya. perpecahan maupun perselisihan
 antar sesamanya dan lebih
mengedepankan toleransi dan saling
Perwujudan sila keempat apabila dilaksanakan
membantu. dan hal ini diperkuat
para pemimpin maupun pemerintahan maka
akan benar-benar melahirkan sebuah  dengan adanya jiwa yang ada di
kebijakan yang tidak mewakili sila ketiga.
golongan apapun namun akhirnya benar-benar
bisa memujudkan sila kelima, keadilan sosial
lahir dan batin bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bangsa yang Cerdas dan Bermartabat?

Pembukaan (Preamble) UUD 1945 dinyatakan:

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdasarkan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Bangsa yang Cerdas dan Bermartabat?

BERIMAN BERAKHLAK PERKEMBANGAN MULTIKULTURAL


MULIA PRIBADI YANG YANG
UTUH (IQ, EQ, SQ) PANCASILAIS
DAN MORAL
Who's running the World ?

Biden, Putin and Xi were arguing on Who’s in


charge of the world?
US , Russia or China?
Without any conclusion , they turned to
"Narendra Modi", the Indian Prime Minister
and asked him who’s in charge of the world ?
Modi replied : All I know is: 10. Harman CEO is an Indian .
1. Google CEO is an Indian . 11. Micron CEO is an Indian
2. Microsoft CEO is an Indian . 12. Palo Alto Networks CEO is an Indian .
3. Adobe CEO is an Indian . 13. Reckitt Benckiser CEO is an Indian .
4. Net App CEO is an Indian . 14. IBM CEO is an Indian .
5. MasterCard CEO is an Indian . 15. Britain’s Prime Minister is an Indian .
6. DBS CEO is an Indian . 16. Britain’s Home Secretary is an Indian .
7 Novartis CEO is an Indian 17. Ireland’s Prime minister is an Indian .
8. Diageo CEO is an Indian . 18. AND the American Vice President is
9. SanDisk CEO is an Indian . Indian.
So who's running the World ?

Very interesting !

After listened to Modi, Xi replied: "We Chinese


top talents only serve their own motherland;
only people who can't get a job in their own
country, work for the whites."
RESPON PANCASILAIS
Bridging d best over the best can be potentially the very
best. Both saw pride in their ego, the global world thus
cannot dispense with bridges, major religions compatible
with Pancasila have the universal mission to bring all
potentials for common good,
rahmah for the whole universe.
Dalam dokumen resmi yang lain seperti putusan
Tanwir Muhammadiyah di Bandung tahun 2012,
disebutkan bahwa Pancasila merupakan rahmat Allah
SUARA untuk bangsa Indonesia sebagai dasar untuk
memajukan dan membangun Indonesia yang merdeka
MUHAMMADIYAH dan berkemajuan. Pancasila bukan
agama, tetapi substansinya mengandung dan sejalan
dengan nilai-nilai Islam. “Lima sila di dalam Pancasila
secara esensi selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Pancasila itu Islami karena substansi pada setiap
silanya selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam,”
Bagi Muhammadiyah, Negara Pancasila yang
mengandung jiwa, pikiran, dan citacita luhur
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945
SUARA itu dapat diaktualisasikan sebagai Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur yang
MUHAMMADIYAH berperikehidupan maju, adil, makmur, bermartabat,
dan berdaulat dalam naungan ridla Allah SWT.
Muhammadiyah menempatkan Pancasila sebagai hasil
konsensus nasional (dar al-ahdi) dan
tempat pembuktian atau kesaksian (dar alsyahadah)
untuk menjadi negeri yang aman dan damai
(dar al-salam).
Masyarakat 5.0 Berpancasila Bisa belajar dari NU

Hubbul watan minal iman, resolusi jihad

01
Kemandirian dunia pesantren
02

Teologi inklusif, moderat


03

06 Smiling Islam
Modeling bahkan terkadang 04
taqlid terhadap best model 05 Cutural maintenance, solidarity
with local wisdom
ILLETERACY ANAK BANGSA
Riset yang dilakukan sejumlah akademisi di Leeds Becket University (LBU), West Yorkshire, Inggris,
yang baru-baru ini diterbitkan di Jurnal Intelligence, menyatakan bahwa semakin religius sebuah
negara semakian rendah pula prestasi para peserta didik di bidang sains dan matematika. Artinya,
siswa-siswa di negara yang dihuni mayoritas penduduk yang mengaku agnostik atau ateis rata-rata
memiliki catatan prestasi yang lebih baik dalam kedua bidang tersebut.

Indonesia Religius Singapura Jenius

Kondisi di Indonesia makin menguatkan hasil penelitian Stoet dan Geary sebab prestasi di bidang sains
maupun matematika tergolong rendah.
 Dalam PISA 2015 skor: - Sains Indonesia adalah 403, -Matematika adalah 386, -Membaca adalah 297
 Ranking: -Sains di urutan 62, -Matematika 63, -Membaca 64, dari total 70 negara yang disurvei PISA.

Ini artinya Indonesia selalu masuk urutan 10 besar terbawah. Terlebih jika berkaca pada pencapaian PISA
pada 2012, ranking sains, matematika, dan membaca Indonesia adalah 64, 65, 61 dari 65 negara.
“Bless in Disguise”
Education in Post-Pandemic Covid-19

1 2 3 4

Integration of Protecting the Implementing learning Preparing for future


technologies into education budget. recovery programs.  shocks by building
education system. back better.
Online-based Students who have
New technology teaching from fallen behind receive Education should be
provides more domestic and foreign the support that they better prepared to
possibilities for both lecturers is easy and need to catch up to switch easily between
teacher and student, cheap to do. expected learning face-to-face and
but only when it used targets. remote learning as
correct. needed.
Revitalisasi Pancasila

Sebagai dasar negara dan ideologi bangsa, Pancasila harus dijadikan


sebagai dasar perumusan kebijakan serta praktik kenegaraan dan
kebangsaan. Oleh karenanya, pengamalan Pancasila tidak hanya
terbatas pada aparatur negara, melainkan pula masyarakat.
Dalam rangka penguatan kerukunan umat beragama, Pancasila mesti
dijadikan bintang penuntun (Leitstar), baik bagi penyusunan kebijakan
maupun penguatan budaya toleransi di tengah umat beragama.

Penguatan kerukunan umat berdasarkan nilai-nilai Pancasila ini


menjadi penting, agar semua praktik kehidupan berbangsa diterangi
oleh dasar negara kita. Hal ini penting mengingat telah terjadi arus
intoleransi di tubuh umat beragama, akibat menguatnya radikalisme
dan sektarianisme di dalam beragama. Radikalisme beragama ini
menyasar ke dua hal sekaligus. Secara struktural, ia menantang
bangunan kenegaraan Indonesia yang telah mapan. Kelompok radikal
lalu mempertanyakan berbagai konsensus bersama pendirian bangsa,
termasuk Pancasila, selain juga bentuk negara NKRI, UUD 1945 dan
prinsip kemajemukan yang dinaungi oleh semboyan
Bhinneka Tunggal Ika.
Survei Alvara Research Center pada 2017 yang menemukan
penolakan sebagian umat Islam terhadap Pancasila.
Di kalangan profesional terdapat 15,5% penolak Pancasila,
di kalangan mahasiswa sebanyak 16,8%, pelajar 18,6% dan
Aparatur Sipil Negara (ASN) sebanyak 19,4%.

Dukungan ini memang masih minoritas jika dibandingkan dengan


para pendukung Pancasila yang masih berada pada kisaran 80%.
Namun penolakan sebanyak 15-19% ini tidak boleh dilihat sebela
mata, karena akan menjadi “duri dalam daging” kehidupan bangsa.
MERAWAT KERAGAMAN

Menghargai Dialog dan Menolak Mengarus-


perbedaan suku, kerjasama antar Intoleransi dan utamakan sikap
agama, ras, dan agama dan antar Radikalisme moderat
antargolongan budaya
(SARA)
INDIKATOR INTOLERANSI
Intoleransi: Sikap tidak menghargai orang lain

Mengklaim kebenaran hanya


Memaksakan keyakinan dimiliki oleh dirinya sedangkan
01 kepada orang lain; 02 orang lain salah;

Menunjukkan ketidaksukaan
Membatasi kebebasan
atau kebencian kepada orang
03 lain yang berbeda; 04 orang lain
INDIKATOR RADIKALISME
Radikalisme: suatu paham atau gagasan yang menginginkan adanya perubahan sosial-politik
dengan menggunakan cara-cara ekstrem

Menebar rasa takut pada orang lain


Mengkafirkan orang yang tidak baik dengan ucapan maupun
01 sepaham dengan dirinya;
02 perbuatan;

Menghalalkan darah orang lain


yang menentang ideologi dan Menolak idelogi dan sistem NKRI
03 gerakannya 04
MODERASI BERAGAMA
Sikap pertengahan dalam beragama yang tidak condong ke kanan (ekstrem kanan) dan ke kiri (ekstrem kriri)

Bersikap kompromistik dalam


relasi agama dan negara dan Memahami agama secara
tidak membenturkan antar tekstual dan kontekstual
keduanya;

1 2 3 4 5

Bersikap pertengahan yang


tidak pro liberal yang membolehkan
segala hal dan pro konservatif yang
menolak pembaharuan; Bersikap tasamuh (toleran)
Menggunakan pendekatan bilhikmah wal kepada orang lain
mau’idzatil hasanah dalam menyampaikan
kebaikan dan menolak kemunkaran;
Kebhinnekaan budaya Indonesia berakar (rooted) pada nilai-nilai Pancasila yang kemu-
KALAM dian dikonstruksikan sebagai kesatuan nilai-nilai Pancasila dalam UUD 1945 yang meru-
pakan milik dari seluruh warganegara Indonesia. Milik itu akan terpancar dari keselu-

AKHIR ruhan tingkah-laku serta pola kehidupan (way of life) dari setiap warganegara Indonesia.
Inilah yang dimaksudkan dengan karakter bangsa Indonesia.

Karakter bangsa Indonesia adalah suatu konstruksi budaya tentang sikap hidup (cara
berpikir dan bertindak) dari setiap individu bangsa Indonesia yang multikultural yang
terpancar dari nilai-nilai budaya/ ideologi nasional Indonesia, Pancasila, dalam meng-
hadapi perubahan global.Karakter bangsa Indonesia hanya dapat terbentuk melalui
proses pendidikan

Voice up louder!! Kalangan moderat, mainstream beragama dan berpancasila untuk lebih
nyaring bersuara, mewarnai diskursus moderasi dan narasi untuk mencerahkan
masyarakat—termasuk di dunia maya.

Mainstreaming, affirmative action moderasi beragama! Secara substansial relatif sama:


Islam nusantara-nya NU, Islam berkema-juan-nya Muhammadiyah, Islam wasathiyah-
MUI, dan lain sebagainya.

Sinergi dan kolaborasi! Ormas dan Kementerian-kementerian terkait


Thank you
abdurrahman@walisongo.ac.id

Anda mungkin juga menyukai