Anda di halaman 1dari 16

ANALISA LAPORAN

KEUANGAN
Modul ke:

14 Fakultas ANALISIS FINANCIAL DISTRESS DENGAN


Fakultas
SPRINGGATE
Ekonomi dan
Bisnis
Program Studi
Akuntansi
Lusia Sri Arini, SPd, MM
• DEFINISI FINANCIUL DISTRESS
• Menurut Hapsari (2012) menyatakan:
• Financial distress adalah masalah likuiditas yang
sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa
perubahan ukuran dari operasi atau struktur
perusahaan. Financial distress merupakan kondisi di
mana keuangan perusahaan dalam keadaan tidak
sehat atau krisis. Financial distress terjadi sebelum
kebangkrutan dan terjadi pada saat perusahaan
mengalami kerugian.

<
← MENU AKHIRI >

• Menurut Mamduh (2007:278), menyatakan:
• Financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem
yaitu kesulitan likuiditas jangka pendek (yang paling ringan)
sampai insolvable (yang paling parah). Kesulitan keuangan
jangka pendek biasanya bersifat sementara dan belum begitu
parah, tetapi apabila tidak ditanggulangi bisa berkembang
menjadi kesulitan insolvable.

• Menurut Indri (2012:103), menyatakan:


• Suatu situasi di mana arus kas operasi perusahaan tidak
memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti
utang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa
melakukan tindakan perbaikan.”
<
← MENU AKHIRI >

• Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa financial distress
adalah kondisi penurunan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh
beberapa indikator yang menyebabkan financial distress sehingga akan
mengakibatkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Bisa ditarik
kesimpulan juga bahwa financial distress merupakan kondisi keuangan
suatu entitas yang mengalami masalah penurunan kondisi keuangan yang
biasanya bersifat sementara, sebelum mengalami likuiditas tetapi bisa
berkembang menjadi lebih buruk apabila kondisi tersebut tidak cepat
diatasi maka dapat berakibat kebangkrutan usaha. Financial distress dapat
diukur dengan menggunakan laporan keuangan sebagai tolok ukurnya.
Kondisi financial distress tidak selalu menunjukkan kondisi entitas yang
akan bangkrut, ukuran financial distress dapat dikategorikan rendah-yang
berarti sebuah entitas adalah sehat, sedang yang berarti kondisi sebuah
entitas dalam keadaan tertekan secara finansial; tinggi yang berarti sebuah
entitas mengalami kondisi yang mengarah kepada kebangkrutan.

<
← MENU AKHIRI >

TUJUAN DAN MANFAAT FINANCIAL DISTRESS

• Menurut Hanafi (2014:273) tujuan & manfaat informasi


financial distress bagi beberapa pihak seperti berikut ini:
• 1. Pemberi Pinjaman (seperti pihak Bank)
• Informasi financial distress bisa bermanfaat untuk mengambil
keputusan siapa saja yang akan diberi pinjaman, dan kemudian
bermanfaat untuk kewajiban memonitor pinjaman yang ada.

<
← MENU AKHIRI >

• 2. Investor
• Investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan
model prediksi financial distress untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian
mengantisipasinya kemungkinan kebangkrutan.
• 3. Pihak Pemerintah
• Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat
tanda-tanda financial distress lebih awal supaya tindakan-
tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
• 4. Akuntan
• Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi
kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai
kemampuan going concern suatu perusahaan.
<
← MENU AKHIRI >

INDIKASI FINANCIAL DISTRESS
Platt & Platt dalam Rahayu et al. (2016:7) menyatakan terdapat berbagai
indikasi bahwa suatu perusahaan mengalami financial distress, seperti:
• 1. Adanya penghentian tenaga kerja atau tidak melakukan pembayaran
• deviden;
• 2. Interest Coverage Ratio;
• 3. Arus kas yang lebih kecil dari utang jangka panjang saat ini;
• 4. Laba bersih operasi (net operating income) negatif;
• 5. Adanya perubahan harga ekuitas;
• 6. Perusahaan dihentikan operasinya atas wewenang pemerintah dan
• perusahaan
• tersebut dipersyaratkan untuk melakukan perencanaan restrukturisasi;
• 7.Perusahaan mengalami pelanggaran teknis dalam utang dan diprediksi
• perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada periode yang akan
• datang;
• 8. Mempunyai Earning Per Share (EPS) negatif.
<
← MENU AKHIRI >

SPRINGATE S-SCOR

• Model ini dikembangkan oleh Gordon L.V.
Springate yang selanjutnya terkenal dengan
istilah Metode Springate (S-Score). Model ini
dapat digunakan untuk memprediksi
kebangkrutan dengan tingkat keakuratan
92,5%. Persamaan model Springate S-Score
sebagai berikut:
• 𝑺=𝟏.𝟎𝟑𝑿𝟏+𝟑.𝟎𝟕𝑿𝟐+𝟎.𝟔𝟔𝑿𝟑+𝟎.𝟒𝑿4

<
← MENU AKHIRI >

• Dimana:
• 1. Rasio modal kerja terhadap total aset (X1)
• Rasio ini menunjukkan rasio antara modal
kerja (yaitu aktiva lancar dikurangi utang
lancar) terhadap total aktiva. Nilai Working
Capital to Total Asset yang semakin tinggi
menunjukkan semakin besar modal kerja yang
diperoleh perusahaan dibanding total
aktivanya (Peter dan Yoseph 2011).

<
← MENU AKHIRI >

• . Rasio Laba sebelum bunga dan pajak
terhadap total aset (X2)
• Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba. Tingkat pengembalian dari aktiva yang
dihitung dengan membagi laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan total aktiva pada
neraca perusahaan (Peter dan Yoseph 2011).

<
← MENU AKHIRI >

C. Rasio laba sebelum pajak terhadap total
liabilitas lancar (X3)
• Rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam melunasi
utang jangka pendeknya. Cara menghitungnya
dengan mengukur perbandingan antara laba
sebelum pajak dengan bunga terhadap utang
lancar. Rasio EBT terhadap liabilitas lancar agar
manajemen perusahaan dapat mengetahui
berapa laba yang telah dipotong dengan beban
bunga dapat menutupi utang lancar yang ada <
← MENU AKHIRI >

Rasio penjualan terhadap total aset (X4)
• Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
dalam menghasilkan volume penjualan. Rasio
ini mengukur seberapa efesien aktiva tersebut
telah dimanfaatkan untuk memperoleh
penghasilan. Semakin tinggi total penjualan
terhadap total aset berarti semakin efisien
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan
dalam menghasilkan volume penjualan (Peter
dan Yoseph 2011). <
← MENU AKHIRI >

• 5. Financial distress index (S) Nilai S
• Adalah indeks keseluruhan fungsi multiple
discriminant analysis. Terdapat angka-angka
cut off nilai S yang dapat menjelaskan apakah
perusahaan akan mengalami kegagalan atau
tidak pada masa mendatang datang.

<
← MENU AKHIRI >

Springate mengemukakan nilai cut-off dibagi kedalam 3 kategori
keadaan, yaitu:
a. Nilai S < 0,862
• Menunjukkan bahwa perusahaan tersebut diprediksi
mengalami financial distress.
b. Nilai 0,862 < S < 1,062
• Menunjukkan bahwa pihak manajemen harus hati-hati dalam
mengelola aset-aset perusahaan agar tidak terjadi financial
distress (daerah rawan).
c. Nilai S>1,062
• Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat
dan tidak mempunyai permasalahan dengan keuangan (tidak
mengalami financial distress).
<
← MENU AKHIRI >

<
← MENU AKHIRI >

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai