Anda di halaman 1dari 17

Sastra sebagai objek ilmu

pengetahuan
• Landasan “sesuatu/sastra/pengetahuan”
disebut dengan ilmu itu setidak-tidaknya
memenuhi kriteria:
• 1. Apakah yang ingin diketahui atau
diperoleh dari “pengetahuan sastra”.
• 2. Bagaimakah cara memperoleh
pengetahuan tersebut, yakni pengetahuan
sastra
• 3. Apakah manfaat atau kegunaan ilmu
pengetahuan sastra itu.
• Dalam filsafah ilmu, ketiga pertanyaan itu
dapat dirangkum menjadi tiga landasan, yang
membedakan antara pegetahuan dan ilmu.
Ketiga landasan itu :
• Landasan Ontologis
• Landasan Epistemologis
• Landasan Aksiologis
Landasan Ontologis
• Landasan ontologis adalah realitas, dalam
konteks ilmu sastra, realitas itu adalah
kesastraan itu sendiri.
• Dalam konteks yang demikian, pertanyaan
yang utama diajukan adalah “apakah sastra
itu”, “apakah novel atau karya sastra itu”,
“apakah sambutan pembaca itu”, “apakah
penerbit itu”, “apakah kritikus sastra itu”,
“apakah tiruan masyarakat dalam karya sastra
itu”, “apakah pengarang itu, dan lain-lain.
Landasan Ontologis
• Menurut filasfat ilmu, objek pengetahuan itu adalah
hal-hal yang berhubungan dengan yang emprik dan
juga yang tidak empirik atau yang tidak dapat
dirasakan oleh pancaindera.
• Pengertian ini mengadung dua makna, yakni hal
yang tidak emperik tidak dapat dijadikan sebagai
bahan kajian ilmu pengetahuan.
• Kedua, hal yang tidak empirik memungkinkan
segala kemungkinan yang dicapai oleh ilmu
pengetahuan itu sendiri.
• Keberadaan atau “ada” nya objek atau realitas itu
yang menjadi dasar utama bagi “sesuatu” itu dapat
dijadikan materi ilmu pengetahuan
Landasan ontologis
• Asumsi empirik mengemukan bahwa objek ilmu
pengetahuan itu berubah-ubah, dan satu dengan
lain memiliki kemiripan sehingga dapat dibuat
sebuah generalisasi atau sifat yang umum.
• Asumsi bahwa objek ilmu pengetahuan itu tidak
berubah sifat dasarnya dalam waktu yang relatif
lama.
• Melalui keadaan itulah seorang ilmuwan itu
dapat mengetahui apa yang berada dibalik
keadaan dan peristiwa emperik yang tampak
bervariasi dan berubah-ubah itu.
Landasan ontologis
• Sebagai contoh adalah objek ilmu bahasa yang
dikemukan oleh Ferdinand de Saussure. Objek
ilmu bahasa modern adalah kaidah bahasa yang
disebut dengan langue. Kaidah ini tidak dapat
ditangkap oleh pancaindera, tetapi memiliki
mekanisme yang memungkinkan adanya fakta-
fakta kebahasaan yang empirik, satu peristiwa
kebahasaan yang disebuh parole.
• Sebagai kaidah bahasa, langue itu memungkinkan
terjadinya korelasi antara penanda dengan
petanda dalam tanda kebahasaan sehingga
terbentuk relasi paradigmatik dan singtamatik.
Landasan Ontologis
• Bila paraole terusberubah-ubah, langue tidak
memiliki perubahan atau perubahan dalam waktu
relatif lama.
• Pengetahuan kaidah bahasa itu memungkinakn
diperolehnya penjelasan terhadapketakjuban
ilmuwan bahasa mengenai kemampuan bahasa,
bunyi-bunyi yang memungkinkan komunkasi
interaktif antar komunitas dan manusia, dan
kegagalan komunikasi dalam suatu komunitas atau
individu. Meskipun objek pengetahuan itu bersifat
abstrak, dia harus bderangkat atau berasal dari
sesuatu yang sangat konkret atau dan nyata
Landasan Ontologis
• Landasan ontologis inilah yang akan menentukan
landasan epsitemologis yang termanifestasikan dalam
metode penelitian atau metode memperoleh ilmu
pengetahuan.
• Landasan ontologis ini merupakan suatu pertanyaan
tentang hakikat realitas, yakni apakah sebenarnya dari
sesuatu yang ingin diketahui, atau hakikat realitas yang
bernama sastra (karya sastra, kritikus sastra, sastra
sebagai cermin sosial, sastra dan pembaca, sastra dan
masyarakat, dll).
• Landasan ini merupakan sesuatu yang
mempertanyakan hal-hal yang bersifat nyata dan tentu
saja empirik.
Landasan Ontologis
• Realitas yang dimaksudkan ada juga bermacam-macam.
Dalam penelitian ilmu alam: relaitas adalah sesuatu yang
ada disana atau kenyataan “di sana” sebagai objek ilmu
pengetahuan. Bagi ilmu sosial atau humaniora atau
penelitian kualitatif, kenyataan atau realitas adalah
sebuah konstruksi, sebuah buatan.
• Jadi langkah yang utama seorang ilmuwan dalam
mengeatahui ilmu pengetahuan adalah menentukan
realitas yang akan diteliti, ataupun objek ilmu
pengetahuannya. Objek ilmu pengetahuannya tersebut
diartikan, sebab perbedaan arti inilah yang akan
menentukan cara memperoleh ilmu pengetahuan atau
metode pencariannya/penelitiannya.
Landasan Ontologis
• Dalam penulisan ilmiah atau kerja ilmuwan,
landasan ontologis ini akan dijelaskan secara
panjang dan lengkap dalam kajian teori dan
penelitian terdahulu mengenai objek pengetahuan
dan pengertian realitas objeknya. Jadi tidak ada
pernyataan yang mengemukan bahwa “penelitian
tersebut atau objek tersebut atau topik tersebut
BELUM PERNAH DITELITI”.
• Teori yang berbeda atau landasan tentang realitas
yang berbeda akan memunculkan perbedaan dalam
cara memperoleh pengetahuannya. Biasanya, hal
ini akan muncul dalam teknik interpretasi data
Landasan Ontologis
• Setiap pernyataan atau kalimat-kalimat yan ditulis
TIDAK BOLEH BERTENTANGAN satu dengan yang
lainnya. Artinya, pengertian dan makna dari
sebuah pernyatana atau tulisan dalam laporan
ilmiah seorang ilmuwan tidak akan mencerminkan
pernyataan yang salain bertentangan dalam
mengartikan realitas. Sebab kata-kata dan bahasa
yang ditulis merupakan sebuah ekspresi dari
KONSEP ILMIAH tentang REALITAS yang diteliti.
• Hal ini umumnya muncul dalam Latar Belakang,
kanjian terdahulu, dan landasan teori.
LANDASAN ONTOLOGIS
• Contoh: Karya sastra adalah ekspresi Jiwa Pengarang.
• Karya sastra wujudnya adalah bahasa sehingga bahasa
itulah yang merupakan ekspresi jiwa pengarang.
• Bila karya sastra sebagai ekspresi jiwa pengarang melalui
bahasa yang ada dalam karya sastra, ilmuwan akan
meneliti bahasa dalam karya sastra. Jiwa itu milik
pengarang dan bukan milik tokoh cerita.
• Lalu, apakah jiwa pengarang itu?.
• Pengertian Jiwa pengarang melalui karya sastra inilah
yang disebut sebagai landasan ontologis.
• Landasan ontologis ini akan muncul melalui teori
dam kajian terdahulu
Landasan Ontologis
• Sebagai mana yang disebutkan, landasan
ontologis ini terutama akan muncul melalui
teori dan kajian terdahulu. Dalam konteks yang
demikian, karya sastra sebagai ekspresi jiwa
pengarang tentu saja adalah sebuah pengertian
yang telah lama muncul. Artinya, peneliti tidak
akan mungkin mengemukan bahwa “Ekspresi
Jiwa Pengarang” BELUM PERNAH DITELITI. Bila
hal itu yang terjadi, artinya, peneliti telah
mengalami SESAT PIKIR karena terjebak pada
OBJEK MATERIAL dan bukan TOPIK KAJIAN atau
landasan ontologis sebagai cara berpijaknya.
LANDASAN ONTOLOGIS
• Hal utama yang penting adalah bahwa setiap
pernyataan dalam tulisan ilmiah tidak boleh dan tidak
akan bertentangan satu dengan yang lain, ketika
seorang ilmuwan telah berpijak dan berpikir dengan
menggunakan landasan ontologis ini.
• Tentu saja, ilmuwan akan mengartikan “sastra, karya
sastra, sastra dan pembaca, sastra dan pengarang,
sastra dan bahasa, dll” dengan SANGAT BERAGAM.
• Keragaman arti dari realitas “sastra” itulah yang
dinamakan teori sastra. Landasan ontologis inilah yang
akan menentukan cara ilmuwan dalam memperoileh
seseorang.
Landasan Ontologis
• Keragaman teori dan arti dari realitas
“sastra” inilah yang memunculkan
perbedaan dalam cara memperoleh
pengetahuan itu.
• Cara memperoleh pengetahuan sastra itu
ada dalam landasan atau dimensi
epistemologis.
• Dimensi atau landasan epistemologis inilah
yang disebut dengan metode penelitian.
• Jadi, metode penelitian itu akan berbeda
satu dengan yang lainnya.
TUGAS

• Artikan realitas atau objek


yang Saudara teliti atau yang
akan dijadikan sebagai topik
skripsi.

Anda mungkin juga menyukai