Anda di halaman 1dari 12

HUKUM TANAH SEBELUM

BERLAKUNYA UUPA
HUKUM TANAH SEBELUM BERLAKUNYA
UUPA

A. HUKUM TANAH YANG DUALISTIK


DAN PLURALISTIK

B. SEJARAH PENGATURAN HAK ATAS


TANAH DI INDONESIA

C. HUKUM TANAH ADMINISTRATIF


PEMERINTAH JAJAHAN HINDIA
BELANDA
A. HUKUM TANAH YANG DUALISTIK DAN
PLURALISTIK

Tanah-tanah yang ada di Indonesia diatur oleh dua


peraturan yaitu peraturan adat tentang tanah yang tunduk
pada hukum adat dan peraturan tanah yang tunduk pada
hukum Belanda misalnya hak opstal, hak erpacht, dan hak
eigendom. Dengan adanya kedua peraturan mengenai
pertanahan, maka lahirlah “dualisme” dalam pengaturan
hukum pertanahan di Indonesia.

Selain kedua peraturan tersebut, Belanda menciptakan pula


hukum tanah seperti agrarisch eigendom. Dengan adanya
tiga peraturan mengenai hak-hak atas tanah maka
timbullah “pluralistik”.
B. SEJARAH PENGATURAN HAK ATAS TANAH
DI INDONESIA

Tonggak Pertama: 1811


• Penguasaan hak atas tanah diposisikan sebagai
alat untuk menarik pajak bumi demi
kepentingan pemerintah Belanda
• Pemerintah Belanda gagal dalam melakukan
administrasi pertanahan
• Administrasi pertanahan mulai ditata oleh
Raffles seperti pengalamannya pada saat di
India
• Raffles berkesimpulan bahwa tanah adalah
milik raja dan pemerintah
Tonggak Kedua: 1830
• Ditandai dengan kembalinya Indonesia ke
tangan Pemerintah Belanda
• Penerapan sistem tanam paksa oleh
Jenderal Van den Bosch
• Adanya cultuurstelsel yaitu bahwa pemilik
tanah tidak perlu membayar landrente,
tetapi 1/5 dari tanahnya harus ditanami
tanaman sesuai kehendak pemerintah
Belanda untuk diekspor ke Eropa
Tonggak ketiga: 1848
• Adanya kecemburuan dari kaum pemilik
modal dari aliran liberal yang ada di parlemen
• Adanya pergolakan antara pemilik modal
dengan golongan konservatif pendukung
cultuurstelsel
• Adanya perubahan terhadap Undang-Undang
Dasar Belanda
• Gubernur Jenderal boleh menyewakan tanah
dengan ketentuan yang ditetapkan dalam
ordonansi
Tonggak keempat: 1870
• Jatuhnya menteri jajahan Frans van de Putte
yang dianggap terlalu tergesa-gesa
memberikan hak eigendom kepada pribumi
• Adanya penelitian tentang hak-hak
penduduk Jawa atas tanah yang dilakukan di
808 desa di seluruh Jawa
• Menteri jajahan de Waal mengajukan RUU
yang akhirnya diterima oleh parlemen
Tonggak kelima: 1960
• Peraturan perundang-undangan bidang
agraria tidak memihak pada rakyat
Indonesia
• Dibentuknya panitia agraria oleh
pemerintah sejak tahun 1948
• 15 tahun Indonesia merdeka lahir UU No.
5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria
C. HUKUM TANAH ADMINISTRATIF PEMERINTAH
JAJAHAN HINDIA BELANDA
• AGRARISCHE WET 1870
– Agrarische Wet di buat di Belanda tahun 1870 dan
diundangkan dalam S 1870-55 tahun 1870 sebagai
tambahan ayat-ayat baru pada Pasal 62 Regeling
Reglement Hindia Belanda Tahun 1845. Pasal 62 RR
berbunyi:
• Gubernur Jenderal tidak boleh menjual tanah
• Dalam larangan diatas tidak termasuk tanah-tanah yang tidak
luas, yang diperuntukkan bagi perluasan kota dan desa serta
pembangungan kegiatan-kegiatan usaha.
• Gubernur Jenderal dapat menyewakan tanah menurut
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan ordonansi.
TUJUAN AGRARISCHE WET
• Untuk membuka kemungkinan dan
memberikan jaminan hukum kepada
para pengusahan swasta untuk dapat
berkembang di Hindia Belanda.
• Bentuk hak yang diberikan adalah
dengan hak erpacht yaitu hak kebendaan
yang memberikan kewenangan yang
paling luas kepada pemegang haknya
untuk menikmati sepenuhnya akan
kegunaan tanah kepunyaan pihak lain.
AGRARISCHE BESLUIT
• Agrarische Besluit diundangkan dalam S. 1870-118
dalam Pasal 1 Agrarische Besluit. Dalam pasal
tersebut dimuat sebuah pernyataan asas yang
sangat penting bagi perkembangan dan
pelaksanaan Hukum Tanah Administratif Hindia
Belanda. Asas tersebut dinilai kurang menghargai,
dalam asas tersebut dinyatakan bahwa “... Semua
tanah pihak lain tidak dapat membuktikan sebagai
hak eigendomnya, adalah domein (milik) negara.
Ketentuan dalam asas tersebut lazim disebut
Domein Verklaring.
FUNGSI DOMEIN
VERKLARING
• Sebagai landasan hukum bagi
pemerintah untuk memberikan
tanah dengan hak-hak barat yang
diatur dalam KUH Perdata, seperti
erpacht, hak opstal, dan lainnya.
• Dibidang pembuktian pemilikan

Anda mungkin juga menyukai