Anda di halaman 1dari 33

PERKEMBANGAN HUKUM

AGRARIA DI INDONESIA
Dibagi dalam 2 periode
• PERIODE I : HUKUM AGRARIA LAMA
• PERIODE II: HUKUM AGRARIA BARU / HK
AGRARIA NASIONAL
HUKUM AGRARIA LAMA
A. SIFAT
B. CABANG-CABANG
C. SUMBER HUKUM
SIFAT HUKUM AGRARIA LAMA
• DUALISME:
Dalam waktu dan tempat yg sama terdapat
dua aturan yg berbeda terhadap subyek
hukum yg berbeda untuk obyek yg sama yaitu
TANAH.
2 ATURAN HUKUM:
1. Hukum Agraria Barat
2. Hukum Agraria Adat
* 2 Golongan penduduk:
1. Golongan Eropa/Timur Asing
2. Golongan Bumi Putera / Pribumi
1. HUKUM AGRARIA BARAT
• Ketentuan hukum yg mengatur:
BURGERLIJK WETBOOK (BW) / KUH PERDATA

Berlaku untuk golongan Eropa dan Timur Asing


yg tinggal di wilayah Hindia Belanda, termasuk
penduduk pribumi yg menundukkan diri
kepada ketentuan hukum perdata barat.
• TANAHNYA: “TANAH HAK BARAT”, misal:
-Tanah Hak Eigendom
-Tanah Hak Opstal
-Tanah Hak Erfpacht, dll
2. HUKUM AGRARIA ADAT
Ketentuan hukum yg mengatur:
Hukum Adat yg bentuknya tidak tertulis.

Berlaku untuk orang2 Bumi Putera/Pribumi/Orang


Indonesia Asli.

TANAHNYA: TANAH HAK ADAT, Misal:


-Tanah Hak Ulayat -Tanah Hak Gogol
-Tanah Hak Yasan -Hak Andarbeni
-Tanah Hak Milik (Adat) -dan lain2 hak adat.
CABANG-CABANG HUKUM AGRARIA
LAMA
• DUALISME  PLURALISME
1. HUKUM AGRARIA ANTAR GOLONGAN
Hukum Agraria yg akan menyelesaikan hukum
apa yg berlaku, atau apa yg merupakan
hukumnya bila terjadi hubungan hukum
dengan tanah dari mereka yg berbeda
golongan.
2. HUKUM AGRARIA ADMINISTRATIF
Keseluruhan peraturan yg merupakan pelaksanaan
dari politik Agraria Pemerintah dalam
kedudukannya sebagai badan penguasa.
Hukum agraria administratif adalah bagian dari
Hukum Administrasi Negara sebagai landasan
hukum kpd penguasa dlm melaksanakan politik
pertanahan/agraria.

Agrarische Wet 1870 : Politik Pertanahan Penjajah.


3. HUKUM AGRARIA SWAPRAJA
Ketentuan2 hukum untuk tanah-tanah yg
terletak dalam wilayah Kota Kerajaan
Yogyakarta dan Kota-Kota di daerah Surakarta
sebagai daerah-daerah Swapraja.

Aturannya:
- Rijksblad Yogyakarta Nomor 13 / 1926
- Rijksblad Surakarta Nomor 14 / 1938
SUMBER HUKUM HUKUM AGRARIA
LAMA
1. AGRARISCHE WET 1870 (dimuat dlm Psl. 51 IS)
2. AGRARISCHE BESLUIT 1870 (S.1870 – 118)
3. VERVREEMDINGS VERBOD (S.1870 – 179)
4. KUH PERDATA BUKU KE II
5. OVERSCHRIJVINGS ORDONNANTIE (1834 – 27)
6. GRONDHUUR ORDONNANTIE 1918
7. ONTEIGENINGS ORDONNANTIE 1920
AGRARISCHE WET 1870 N0.55
• Merupakan suatu UU (Wet) yg dibuat di negeri
Belanda pada tahun 1870, yg diundangkan dalam
S.1870 No. 55
• Merupakan Hukum Agraria / Tanah Administratif
pemerintah HB
• Merupakan Hukum Agraria yg berdasarkan pada
tujuan dan sendi2 dari Pemerintah Jajahan
• Dimuat dalam Pasal 51 IS (Indische
Staatsregeling) pada tahun 1925.
• Pasal 51 IS Tahun 1925 terdiri dari 8 ayat:
- Ayat 1 s/d 3 berasal dari Pasal 62 RR (Regerings
Reglement)

- Ditambah dengan 5 ayat baru (ayat 4 s/d 8).


ISI PASAL 51 IS
1. Gubernur Jendral tidak boleh menjual tanah.

2. Dalam larangan di atas tdk termasuk tanah2 yg tidak


luas, yg diperuntukkan bagi perluasan kota dan desa
serta pembangunan usaha2 kerajinan.

3. Gubernur Jendral dapat menyewakan tanah menurut


ketentuan2 yg ditetapkan dg Ordonansi. Tanah yg
tidak termasuk yg boleh disewakan adalah tanah
kepunyaan orang2 pribumi asal pembukaan hutan,
tanah penggembalaan umum atau atas dasar lain yg
merupakan kepunyaan desa.
4. Menurut ketentuan yg ditetapkan ordonansi,
diberikan tanah dengan hak erfpacht selama tidak
lebih dari 75 tahun.

5. Gubernur Jendral menjaga jangan sampai terjadi


pemberian tanah yg melanggar hak2 pribumi.

6. Gubernur Jendral tidak boleh mengambil tanah2


kepunyaan rakyat asal pembukaan hutan yg
digunakan untuk keperluan sendiri, kecuali untuk
kepentingan umum dengan pemberian ganti rugi
yg layak.
7. Tanah yg dipunyai orang2 pribumi dengan Hak
Pakai pribadi yg turun-temurun (HM Adat) atas
permintaan pemiliknya yg sah dapat diberikan
kepadanya dg Hak Eigendom.

8. Persewaan atau Serah Pakai tanah oleh orang2


pribumi kepada nonpribumi dilakukan
menurut ketentuan yg diatur dengan
ordonansi.
• AW lahir atas desakan pengusaha besar swasta
agar dapat memperoleh hat dalam jangka
waktu yang panjang untuk perkebunan besar.

• Sebelum tahun 1870 pengusaha besar swasta


hanya boleh memperoleh tanah untuk usaha
dengan cara sewa tanah kepada Pemerintah
selama 20 tahun dan khusus untuk tanaman
kelapa sampai 40 tahun.
TUJUAN AGRARICHE WET
1. Untuk membuka kemungkinan dan
memberikan jaminan hukum kepada
pengusaha swasta agar dapat berkembang di
HB.

2. Melindungi hak atau kepentingan rakyat


pribumi.
2. AGRARISCHE BESLUIT 1970 (S. 1870-118)

• Pasal 1 AB memuat asas: “DOMEIN


VERKLARING” (DV).

• Isi: “Bahwa semua tanah yg pihak lain tidak


dapat membuktikan sebagai hak
eigendomnya, adalah domein (milik) Negara.”
TAFSIRAN PEMERINTAH HB TERHADAP
PENGERTIAN HAK EIGENDOM DALAM
ASAS DOMEIN
1. Hak Eigendom menurut Pasal 570 KUH
Perdata
2. Hak Agrarische Eigendom: Hak berasal dari
HM Adat yg atas permohonan pemiliknya,
melalui suatu prosedur tertentu, diakui
keberadaannya di Pengadilan.
FUNGSI DV DALAM PRAKTIK
PELAKSANAAN PER-UU-AN
PERTANAHAN
1. Sebagai landasan hukum bagi Pemerintah yg
mewakili Negara untuk memberikan tanah
dengan hak-hak Barat yg diatur dalam KUH
Perdata.
Dalam rangka DV pemberian tanah dg Hak
Eigendom dilakukan dg cara pemindahan HM
Negara kpd penerima tanah.
2. Fungsi di bidang pembuktian kepemilikan.
PENGERTIAN TANAH NEGARA PADA
MASA DV
1. Tanah Negara Bebas (Vrij Lands Domein),
yaitu
Tanah Milik Negara yg terdapat di daerah yg
diperintah langsung oleh Gubernur yg tidak
dibebani dg HE, Hak Agrarische Eigendom
dan tanah yg dihaki rakyat.

Negara bebas memberikan kepada pihak lain.


2. Tanah Negara Tidak Bebas (Onvrij Lands Domein),
yaitu
Tanah2 Milik Negara yang dihaki oleh rakyat.

Negara tidak bebas memberikan tanah kepada


pihak lain, krn dibebani dg hak rakyat.

HM Adat tidak disamakan dg Hak Eigendom dalam


KUH Perdata, shg tidak diakui sbg hak atas tanah,
hanya dianggap sebagai Hak Memakai Tanah
Domein Negara (erferlijk individueel
gebruiksrecht).
• Van Vollenhoven dlm bukunya “De Indonesier
en Zijn Grond” mengecam keras terhadap
praktik pelaksanaan peraturan2 pertanahan yg
sangat merugikan rakyat termasuk asas DV.
Menurut VV, ADA 3 TAFSIRAN TANAH
NEGARA DALAM DV
1. Tanah Domein Negara adalah tanah yg bukan
Hak Eigendom yg diatur dalam KUH Perdata
2. Tanah Domein Negara adalah tanah yg bukan
tanah Hak Eigendom, Hak Agrarische Eigendom
dan bukan tanah milik rakyat yg telah bebas dari
lingkungan hak ulayat.
3. Tanah Domein Negara tanah yg bukan tanah hak
eigendom, hak agrarische eigendom dan bukan
pula tanah milik rakyat, baik yg sudah maupun
yg belum bebas dari lingkungan hak ulayat.
• Tafsiran resmi Pem HB tanah negara adalah
semua tanah yg tidak dapat dibuktikan oleh yg
menguasainya sbg hak eigendom di tanah
Domein Negara.
• Sehingga tanah2 yg dipunyai oleh rakyat dg HM
Adat, demikian juga tanah2 ulayat masyarakat
hukum adat adalah Domein Negara.
• Hak Milik Adat sebagai hak yg paling kuat
menurut hukum adat tidak disamakan dg hak
milik yg diatur dalam KUH Perdata (Hak
Eigendom).
• Dalam praktik yg berlaku adalah tafsiran dari
Pemerintah.
LARANGAN PENGASINGAN TANAH
(Vervreemdings Verbod)
• HM Adat (erferlijk individueel gebruik recht)
tidak dapat dipindahkan oleh orang2
Indonesia asli kepada bukan orang Indonesia
asli dan oleh karena itu, maka semua
perjanjian untuk memindahkan hak, langsung
atau tidak langsung adalah batal demi hukum
(nieteg).
• Latar belakang dikeluarkannya LPT dalam
praktek banyak pengusaha Eropa yang telah
membeli tanah rakyat.
• Di Minahasa tahun 1874 telah terjadi
pembelian tanah rakyat oleh bukan orang
Indonesia asli.
• Yang mendorong dikeluarkannya ketentuan
LPT bukan hanya tujuan proteksi terhadap hak
rakyat, namun lebih untuk kepentingan
pengusaha.
Perbuatan hukum pemindahan hak
atas tanah yang dikategorikan sebagai
melanggar LPT:

• Perbuatan hukum pemindahan hak atas


tanah:
1. Secara langsung
2. Secara tidak langsung
• Perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah
secara langsung:
1. Sengaja (aktif)
Jual beli, tukar menukar, hibah, wasiat, dll.

2. Tidak sengaja (pasif)


- Pewarisan tanpa wasiat
- Perkawinan campuran
- Perolehan hak atas tanah karena percampuran
boedel.
• Jual beli dengan kedok/ stoomannen /
stroovrouw

• Contoh kasus:
1. Putusan Hoogerechts Hoff tahun 1930, yaitu
Putusan ttg “Penjualan kebun teh” Hoffland
dan jongosnya Siman.

2. Putusan Land Gerecht Magelang 1928, ttg


kasus “Huis Houndster Minah”.

Anda mungkin juga menyukai