1. Hukum Agraria LAMA : Terbagi menjadi 2 masa yaitu masa Penjajahan Belanda &
masa Setelah Kemedekaan
Ciri-cirinya:
1. Memiliki sifat “dualisme” artinya dalam waktu dan tempat yg sama terdapat dua
aturan hukum yg berbeda terhadap subyek yg berbeda untuk obyek yang sama
yaitu TANAH
2. Aturan Hukumnya:
Hukum Agraria Barat : BW
Hukum Agraria Adat
Hukum Agraria Administratif
Hukum Agraria Antar Golongan
Hukum Agraria Swapraja
3. Dalam hal ha katas tanah, pada saat yg sama berlaku macam-macam hak atas
tanah yg berbeda hukumnya:
Pada Hukum Agraria Lama berlaku bermacam-macam hak atas tanah yang berbeda
hukumnya, yaitu:
a. Hak atas tanah yang tunduk pada Hukum agraria Barat yang diatur dalam KUHPerdata,
misalnya hak eigendom,hak opstal,hak erfpacht
b. Hak atas tanah yang tunduk pada hukum agraria adat daerah masing-masing disebut
tanah-tanah hak adat,misalnya tanah desa, tanah bengkok
c. Hak atas tanah yang merupakan ciptaan Pemerintah swapraja, misalnya Grant
Sultan(semacam hak milik adat yang diberikan pemerintah swapraja khusus bagi kaula
swapraja, didaftarkan dikantor swapraja)
d. Hak atas tanah yang merupakan ciptaan dari pemerintah Hindia Belanda, misalkan hak
agrarische eigendom, Landerijen Bezitrecht
Karena Hukum agraria yang berlaku hanya meliputi masalah privat/keperdataan saja, untuk
penyelenggaraan kepentingan negara akan tanah maka muncul cabang-cabang hukum
baru selain Hukum Agraria Barat dan Hukum agraria Adat, yaitu:
1. tanah-tanah swapraja
2. tanah-tanah partikelir
3. tanah hak eigendom milik rakyat Indonesia
4. tanah-tanah hak agrarisch eigendom