Anda di halaman 1dari 22

KURIKULUM MERDEKA:

TRANSFORMASI PEMBELAJARAN

PUSAT KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN ASESMEN PENDIDIKAN
FPPT.com
Silakan Berinteraksi melalui tautan

https://bit.ly/UmpanBalik_MKKSDIY
LATAR BELAKANG

KONSEP PENGEMBANGAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA
LATAR BELAKANG

Diperlukan
Pandemi
Kebijakan
Covid 19 Implementasi Kurikulum
di Satuan Pendidikan

Satuan pendidikan
dapat menggunakan
Learning Loss kurikulum yang
sesuai dengan
Ketertinggalan
Pembelajaran kebutuhan
• pembelajaran peserta didik
• memperhatikan
ketercapaian kompetensi
peserta didik

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi


Satuan pendidikan diberikan opsi dalam melaksanakan kurikulum
yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran bagi peserta didik.
1. Kurikulum 2013
2. Kurikulum Darurat (yaitu Kurikulum 2013 yang
disederhanakan)
3. Kurikulum Merdeka

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, dan Teknologi
MENGAPA KITA BUTUH KURIKULUM BARU

1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


terus berkembang
2. Krisis dalam Pendidikan
Indonesia
3. Persaingan semakin ketat
KRISIS PENDIDIKAN INDONESIA

Sumber : PISA, 2019

7
PERSAINGAN SEMAKIN KETAT

Rangking
60

50
43 44
40 40
37
30 32

20

10

0
2018 2019 2020 2021 2022

Rangking
World Competitiveness Ranking (2022)
LATAR BELAKANG

KONSEP PENGEMBANGAN

IMPLEMENTASI KURIKULUM
MERDEKA
Benang Merah Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merdeka melanjutkan arah pengembangan kurikulum


sebelumnya:
1. Orientasi holistik: kurikulum dirancang untuk mengembangkan
murid secara holistik, mencakup kecakapan akademis dan non-
akademis, kompetensi kognitif, sosial, emosional, dan spiritual.
2. Berbasis kompetensi, bukan konten: kurikulum dirancang
berdasarkan kompetensi yang ingin dikembangkan, bukan
berdasarkan konten atau materi tertentu.
3. Kontekstualisasi dan personalisasi: kurikulum dirancang sesuai
konteks (budaya, misi sekolah, lingkungan lokal) dan kebutuhan
murid.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi 10


PARADIGMA KURIKULUM MERDEKA

BAGAIMANA MENDIDIK SISWA


UNTUK BELAJAR (TEACH HOW TO
LEARN) SEHINGGA MEREKA
TERBENTUK MENJADI PELAJAR
PANCASILA

Perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar


sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global
dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
• Memperbaiki proses pembelajaran
• Fleksibilitas

Shift paradigm
TRANSFORMASI ≠ administrasi
PEMBELAJARAN
Sederhana, mudah dipahami dan
diimplementasikan

• Zone of feasible innovation


• Sederhana tidak melulu mudah tapi
dapat dilakukan
• Bukan menggampangkan
pembelajaran tapi tersedia dukungan
dan bantuan
Fokus pada kompetensi dan karakter semua
peserta didik

• Lebih mendalam, termasuk


kemampuan berliterasi, bernalar kritis,
serta problem solving
• Teaching at the right level 
diferensiasi pembelajaran
Fleksibel

• Pemerintah hanya menetapkan


kerangka dan struktur kurikulum 
pengembangan menjadi wewenang
satuan pendidikan dan guru
• Dokumen kurikulum tidak perlu
seragam, yang penting tersedia
informasi yang dibutuhkan
Memperhatikan Hasil Kajian dan Umpan Balik

• Siklus Kurikulum Merdeka yang


dilakukan Kemendikbudristek:
perancangan - implementasi - umpan
balik - peningkatan
Seri Webinar

Pusat Layanan bantuan (Helpdesk)

DUKUNGAN/STRATEGI
KEMENDIKBUDRISTEK Platform Merdeka Mengajar

Komunitas Belajar

Narasumber Berbagi Praktik Baik

Kerja sama dengan mitra pembangunan

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi


TEMUAN DI LAPANGAN

• Keengganan praktisi untuk mempelajari regulasi


serta panduan-panduan yang diterbitkan dalam
rangka implementasi Kurikulum Merdeka
• Terjadi miskonsepsi-miskonsepsi terkait
penerapan Kurikulum Merdeka
MISKONSEPSI KURIKULUM MERDEKA

1. Kurikulum merdeka WAJIB sehingga ada anggapan bahwa Penerapan


Kurikulum Merdeka merupakan ukuran kesuksesan suatu daerah.
2. Kurikulum merdeka hanya diterapkan pada satuan pendidikan yang telah
mengikuti pelatihan berjenjang.
3. Elemen dianggap sebagai sub mata pelajaran.
4. Kesalahan mempersepsikan kata kerja operasional “memahami” pada
rumusan CP.
5. Ada guru yang merasa bahwa level kompetensi dan materi pada rumusan
CP masih “kurang” meskipun sebenarnya telah sesuai kualifikasi minimum
lulusan SMK dan dapat ditambah muatannya serta disesuaikan porsi JP-nya
sesuai kebutuhan peserta didik, industri mitra, dan potensi sekolah/daerah
pada penyusunan ATP
6. Materi yang terdapat pada CP boleh tidak diajarkan jika tidak ada sarana
prasarana dan tidak ada SDM nya
7. Penguatan dimensi Profil Pelajar Pancasila hanya melalui Projek Penguatan
Profil Pelajar Pancasila
TERIMA KASIH

https://kurikulum.kemdikbud.go.id
Slide Title

Product A Product B
• Feature 1 • Feature 1
• Feature 2 • Feature 2
• Feature 3 • Feature 3

Anda mungkin juga menyukai