Anda di halaman 1dari 4

TANGGUNG JAWAB PENGELOLAAN LOGISTIK SESUAI DENGAN KEWENANGAN

NO Kegiatan Penanggung Jawab Dokumen/ Keterangan Pendukung


Perencanaan Logistik Tim perencanaan kebutuhan Menghitung kebutuhan tahun berikutnya
Kabupaten/Kota berdasarkan usulan kebutuhan fasyankes
Penyimpanan Instalasi Farmasi/ Seksi Farmas - Kartu stok manual atau elektronik
- Dokumen penerimaan dan pengeluaran
- Berita acara stok opname
- Catatan monitoring suhu
- Laporan SIHA Logistik

Distribusi : - Surat Permintaan dari fasyankes


Kabupaten/Kota ke Instalasi Farmasi/ Seksi Farmasi - SBBK
Fasyankes dan pengelola program HIV AIDS - BAST
(setiap Bulan) - Laporan SIHA Logistik
Provinsi ke Instalasi Farmasi/ Seksi Farmasi - Surat Permintaan dari kabupaten/kota
Kabupaten/Kota dan pengelola program HIV AIDS - SBBK
(Setiap 3 bulan sekali ) - BAST
- Laporan SIHA Logistik

Monitoring dan Program HIV AIDS dan Instalasi/ - Daftar tilik supervisi - Laporan supervisi -
Evaluasi: seksi Farmasi Laporan analisa kinerja pelaporan -
Kabupaten ke Kecukupan stok fasyankes - Form pendukung
Fasyankes lainnya
Jumlah logistik dibutuhkan = total kebutuhan 12 Bulan + estimasi buffer stock yang diharapkan di akhir tahun
periode perencanaan – (Stock on hand + Stock in transit).
Contoh :
1. Perhitungan ARV
Total kebutuhan ARV untuk jenis 3TC di Provinsi A selama setahun adalah sebanyak 1.200 botol dengan
estimasi buffer stok sebanyak 20% dan stok yang dimiliki di provinsi dan kabupaten sebanyak 300 botol
tanpa adanya stok yang dalam perjalanan. Maka jumlah logistik yang dibutuhkan adalah seperti berikut:
Jumlah logistik dibutuhkan = 1.200 botol + 240 botol – (300 botol + 0 botol)
= 1.140 botol
2. Perhitungan non-ARV
Jumlah logistik dibutuhkan = 5.500 tes + 1.100 tes – (700 tes + 1.000 tes) = 4.900 tes
PEMUSNAHAN DAN PENGHAPUSAN
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia no. 83/PMK 06/2016 pada pasal 6 ayat
1 dan 2, yang dimaksud dengan penghapusan dan pemusnahan adalah:
1. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan fisik dan/atau kegunaan BMN. Pemusnahan BMN
dilakukan dalam hal: a. Aset (BMN) tidak dapat digunakan, tidak dimanfaatkan, dan/atau tidak
dipindahtangankan; atau b. Terdapat alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
2. Pemusnahan Aset (BMN) sebagaimana dimaksud: a. dilakukan dengan: 1. dibakar; 2. dihancurkan;
3. ditimbun; 4. ditenggelamkan; 5. dirobohkan; atau 6. cara lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan; b. dituangkan dalam Berita Acara Pemusnahan. c. dilaporkan
kepada Pengelola Barang, untuk Pemusnahan BMN yang berada pada Pengguna Barang.
3. Penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan atau Daftar Barang Kuasa Pengguna
dilakukan dalam hal BMN sudah tidak berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan atau
Kuasa Pengguna Barang disebabkan karena: a. Penyerahan kepada Pengelola Barang. b.
Pengalihan status penggunaan BMN kepada Pengguna Barang lain. c. Pemindahtanganan. d.
Adanya putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan sudah tidak ada
upaya hukum lainnya. e. Menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan. f. Pemusnahan
sebab-sebab lain.
1. Inventarisasi Aset Program
Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil
pendataan aset. Tujuan dilakukan inventarisasi adalah agar tersedianya data aset secara baik
dalam upaya mewujudkan tertib administrasi dan tertib fisik, memudahkan pelaksanaan
pengelolaan aset serta melakukan pencocokan data aset dengan SIMAK BMN.
2. Pelaporan Aset Program Setiap semester (6 Bulan) di tahun berjalan (sesuai dengan tanggal yang
sudah ditentukan) minimal dilakukan setiap tahun.

Anda mungkin juga menyukai