Disampaikan pada kajian ahad shubuh di Masjid Ad Durrul Mantsur Perum Ambar
Cibinong Residence .
TEORI-TEORI ISLAMISASI NUSANTRA
Teori Arab
menyatakan bahwa Islam langsung datang dari Arab,
tepatnya Hadramaut.
Teori ini dikemukakan antara lain Crawfud (1826), Keyzer
(1859), Niemann (1861), De Hollander (1861), dan Veth
(1878); juga dipopulerkan oleh Hamka dalam Seminar
“Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” tahun 1962.
Disangkal mengenai masuknya Islam dari India yang
dipopulerkan oleh Snuock Horgronje.
Islam telah masuk sejak abad ke-7 Masehi.
Teori India
Islam datang ke Nusantara dari India.
Teori ini pertama kali dilontarkan oleh Pijnapel
(1872).
Berdasarkan catatan perjalanan Sulaiman, Marco
Polo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulkan bahwa
yang membawa Islam ke Nusantara adalah para
pedagang Arab bermazhab Syafi‘i yang berasal
dari Gujarat dan Malabar di India.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh Snouck
Horgronje dan Morrison (1951).
Teori Bengali
Dikembangkan oleh Fatimi yang mengutip
keterangan Tome Pires.
Dalam catatan Pires, kebanyakan orang terkemuka
di Pasai adalah orang Bengali (kini Bangladesh)
atau turunan mereka.
Islam muncul pertama kali di Semenanjung
Malaya, dari arah Pantai Timur, bukan dari Barat
(Malaka), pada abad ke-11 melalui Kanton,
Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu.
Teori Persia
Islam masuk dari Persia dibawa orang Syiah
Dipopulerkan oleh Huesin Djajadiningrat
Adanya beberapa budaya yang sama sepert: Tabut,
Bubur Syuro, Sufi Syekh Siti Jenar sama dengan
Al-Hallaj, Pengajaran Quran model Persia
Teori China
Islam datang dari China
Dipopulerkan oleh Slamet Mulyana, Gus Dur,
Sumanto Al-Qurthuby
Sekitar tahun 897 terjadi perpindahan orang-orang
Islam dari Canton ke Asia Tenggara
Raja Demak Pertama keturunan China
PERKEMBANGAN ISLAM
Dikembangkan tanpa melalui “Perang”
Proses Islamisasi menjadi sangat lama, tapi kuat.
Mula-mula yang di-Islamkan masyarakat
Kemudian keluarga raja dan bangsawan
Raja-raja umumnya mengislamkan kerajaannya
dari yang bercorak Hindu menjadi Islam
MASJID DAN PESANTREN
Islamisasi dilakukan oleh para da’i
Para da’i ini beragam profesinya: pedagang, petani, dsb
Islamisasi berpusat di Mesjid
Mesjid-mesjid berkembang menjadi pesantren-pesantren
Islamisasi rakyat dibarengi dengan Islamisasi kerajaan-
kerajaan di Nusantara
Abad ke-14 dst Islam telah menjadi agama mayoritas
dan dominan di Indonesia
KOLONIALISME DI INDONESIA
Misi Kolonialisme:
Gold
Glory
Gospel
Negara-Negara Kolonialis di Indonesia:
Spanyol
Portugis
Belanda
Inggris
Prancis
Amerika (Pasca-Kemerdekaan)
GOLD
VOC (Verenigde van Oost-Indie Compagnie) 20 Maret 1602 –
31 Desember 1799
Milik Swasta Belanda tapi didukung sepenuhnya oleh Kerajaan Belanda
Beroperasi sepenuhnya di kawasan Indonesia sekarang.
Memonopoli perdagangan komiditas internasional dari kawasan ini
EIC (The East India Company) 31 Desember 1600 – 1874
Pernah bentrok dengan VOC pada awal perluasan pengaruh awal abad
ke-17 di kawasan Asia Tenggara
EIC kemudian hanya berkonsentrasi di Semenanjung Malaysia dan
India sampai bubar 1874 dan semua kawasan diserahkan kepada
Kerajaan Inggris
Pemerintah Hindia Belanda
Mewarisi semua kawasan yang ditaklukkan oleh VOC
Monopoli dagang lebih intensif lagi dilakukan oleh pemerintah
HB
Menetapkan kebijakan Tanam Paksa (Cultuur-Stelsel) di seluruh
Jawa setelah sebelumnya berhasil diterapkan di Priangan
(Preanger-Stelsel)
Keuntungan dengan tanam paksa berkali-kali lipat karena sejak
proses produksi sudah dimonopoli
Masyarakat semakin miskin karena tidak punya daya tawar untuk
menentukan harga; semua harga ditentukan pemerintah secara
sepihak dan zholim.
Raja-raja dimanjakan pemerintah kolonial dengan menmdapatkan
jatah “cultuur procenten” dari setiap transaksi dgn petani.
GLORY
Portugis
Tahun 1511 berhasil menaklukkan Malaka dan mulai
merangsek ke kawasan Timur Indonesia.
1545 mendapatkan kawasan Ambon; membangun benteng
tahun 1578; kawasan ini kemudian diserahkan kepada VOC
tahun 1604.
Spanyol
1522 menguasai Sangihe dan Talaud di Sulut dan masuk ke
kawasan Ternate dan Tidore
Spanyol terlibat konflik dengan Portugis di Ternate.
Didamaikan Paus melalui Perjanjian Saragosa 1528 yang
mengharuskan Spanyol kembali ke Filipina.
VOC
Melakukan strategi politik adu domba untuk menguasai
kawasan-kawasan Indonesia sedikit demi sedikit seperti
Batavia, Ambon, Priangan, Jawa Tengah, dan sebagainya.
Pemerintah Hindia Belanda
Sejak 1 Januari 1800, seluruh kawasan yang dikuasai
VOC diserahkan kepada Kerajaan Belanda
Kerajaan mengangkat Gubernur Jendral dan menetapkan
Indonesia sebagai kawasan di bawah Kerajaan dengan
nama Hindia Belanda (Netherland-Indie)
Kerajaan-kerajaan yang sebagian besar sudah ditaklukkan
pada zaman VOC di-down grade jadi “kebupaten”
(regent) menjadi bagian dari birokrasi Kolonial.
GOSPEL
Spanyol dan Portugis berdasarkan perjanjian Tordesillas 1494 di
hadapan Paus yang membagi perluasan ekspansi dunia dua kerajaan
ini masing-masing ke Utara (spanyol) dan Selatan (Portugis)
Paus mengutus kedua kerajaan ini sekaligus sebagai misionaris
Gereja Katolik di kawasan-kawasan Muslim.
Spanyol dan Portugis sangat intensif melakukan Kristenisasi di
kawasan-kawasan yang dikuasasinya.
Spanyol: Filipina, Sangihe, Talaud, dan Minahasa
Portugis: NTT, Ambon, sebagian Maluku Selatan
Ketika kekuasaan mereka diambil VOC kristenisasi dilakukan di
bawah VOC dan Kerajaan Belanda
Hasilnya: banyak kawasan Indonesia yang menjadi diminan
Kristen.
KAKI TANGAN PARA PENJAJAH
Para misionaris
Birokrasi Kolonial dari bangsawan pribumi
Pengusaha-pengusaha Cina yang dimanfaatkan oleh
Belanda sebagai “trader” barang-barang non-cultuur
stelsel seperti Candu dan lainnya.
Tentara-tentara bayaran pribumi yang bergabung
dengan KNIL
Preman-preman (baca: centeng) bayaran yang
bekerja untuk kaum kolonial
PARA PEJUANG PEMBELA KEDAULATAN
Zaman Portugis, Spanyol, dan VOC
Raja-raja Islam yang masih memiliki harga diri
sebagai pemilik kedaulatan di negeri ini
Raden Fatah (Sultan Demak)
Sultan Iskandar Muda dan para penerusnya (Sultan
Aceh)
Sultan Agung Hanyokrokusumo (Raja Mataram)
Sultan Baabullah dan Hairun (Raja Ternate)
Sultan Hasanudin (Raja Gowa), dll.
Zaman Hindia Belanda
Sisa-sisa bangsawan yang masih mewarisi idelisme dan
pembelaan pada rakyat (baca: kaum Muslim)
Pangeran Diponegoro (Mataram)
Pangeran Antasari (Banjarmasin)
Bagus Rangin (Cirebon)
Para Pejuang Aceh
Kiai dan Santri yang menjadi tumpuan terakhir
pemimpin rakyat
Para Haji yang mendapatkan pencerahan setelah pulang
“Haji”
Cendekiawan Muslim didikan Belanda yang menyadari
tugas dan kewajibannya sebagai Muslim.
Perjuangan Awal Abd ke-20
Kaum santri dan cendekiawan mulai memikirkan cara baru
melakukan pembelaan terhadap rakyat dan melawan kekuasaan
kolonial
Didirikan berbagai organisasi Islam dengan kepentingan yang
berbeda-beda:
Sarekat Dagang Islam 1905 (Ekonomi Muslim-Pribumi)
Sarekat Islam 1911 (Politik Muslim-Pribumi)
Muhammadiyah 1912 (Gerakan Dakwah Sosial-Pendidikan)
Al-Irsyad 1914 (Kekuatan Keturunan Arab-Muslim)
Persatuan Islam 1923 (Pemikiran Islam dan Publikasi)
Nahdhatul Ulama 1926 (Penghimpun Kekuatan Pesantren)
Persatuan Umat Islam 1952 (Fusi Persyarikatan Ulama 1917 dan Al-
Ittihad Al-Islamiyah 1942 = Modernisasi Pesantren)
Majelis Islam A’la Indonesia 1937 kemudian Masjelis Syuro Muslimin
Indonesia 1942 (Politik Islam)