menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan itu dipegang teguh oleh
masyarakat Indonesia ketika kebudayaan India masuk. Periode Hindu-Buddha dimulai
sekitar abad ke-3, di mana pada masa itu masyarakat Nusantara belum mengenal
agama dan masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Teori Brahmana
Teori Brahmana diungkap oleh J.C Van Leur. Dia menyatakan bahwa agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha yang datang ke Nusantara dibawa oleh golongan
Brahmana. Golongan Brahmana adalah golongan agama. Mereka sengaja diundang
oleh penguasa waktu itu. Ini didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa
peninggalan kerajaan bercorak Hindu-Buddha. Terutama pada prasasti-prasasti yang
menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa. Di India bahasa Sansakerta hanya
digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana
yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebu
teori kesatria
dalam teori kesatria menyatakan jika masuk agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke
Nusantara dibawa oleh kasta ksatri. Karena sekitar abad ke-4 hingga abad ke-6 di India
sering terjadi peperangan. Sehingga kasta ksatria yang terdiri dari kaum bangsawan ada
yang mengalami kekalahan, kemudian melarikan diri mencari daerah baru hingga ke
Nusantara. Teori Kesatrian ini dikemukan oleh sejarawan C.C Berg.
Teori Waisya
Teori Waisya dikemukakan oleh Prof. Dr. N. J. Krom. Dia mengatakan jika proses
masuknya kebudayaan Hindu-Buddha melalui hubungan dagang antara India dan
Nusantara. Kaum Waisya yang berdagang ke Nusantara mengikuti angin musim. Jika
angin musim tidak memungkinkan akan kembali. Saat tiba di Nusantara biasanya
mereka menetap sementara waktu, sekitar enam bulan. Selama menetap, mereka
memanfaatkan untuk menyebarkan kebudayaan Hindu-Buddha.
Dalam teori arus balik ini menyatakan banyak orang Nusantara yang sengaja datang ke
India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Buddha. Setelah kembali ke Nusantara
mereka menyebarkan ajaran Hindu-Buddha ke masyarakat. Teori ini dikemukakan oleh
F.D.K. Bosch. Teori arus balik di dukung dengan pendapat Van Leur. Menurutnya orang-
orang Nusantara memiliki peran dalam proses masuknya kebudayaan India. Mereka
penasaran dengan kebudayaan tersebut. Di sana, mereka menetap selama beberapa
waktu dan kemudian kembali pulang ke Nusantara.
https://www.kompas.com/skola/read/2020/05/18/143000769/teori-masuknya-hindu-
buddha-ke-nusantara
1. Teori Gujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang
dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan
bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para
pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-
Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje
dan J. Pijnapel.
2. Teori Persia
Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke
Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia
adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13, ajaran
yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya
beberapa kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai salah satu
penguat.
3. Teori China
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka berpendapat
bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui
perantara masyarakat muslim China.
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke
Nusantara, khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya
budaya Islam ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah
(Raja Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah
China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama
menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
4. Teori Mekkah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para
musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia
pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di
Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini
juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah
digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di
Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van
Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
Islam juga sempat menjadi kekuatan yang cukup disegani di Nusantara, hal ini ditandai
dengan munculnya banyak kerajaan Islam yang cukup terkenal dan berkuasa. Apa saja
kerajaan-kerajaan Islam yang berkuasa?
https://www.ruangguru.com/blog/4-teori-masuknya-islam-ke-nusantara
1. Portugal: pada tahun 1511 saat menaklukkan Malaka dan tahun 1512
saat pertama kali sampai di Maluku
2. Spanyol: pada tahun 1526 saat ekspedisi Magellan yang dipimpin Juan
Sebastian Elcano mencapai Maluku dari arah Filipina
3. Belanda: pada tahun 1592 dalam ekspedisi Cornelis De Houtman dan
kemudian pada 1602 Belanda mendirikan VOC (Kongsi Dagang Hindia
Belanda)
4. Inggris: pada tahun 1602 dalam ekspedisi Sir James Lancaster dan
kemudian pada 1600 Inggris mendirikan EIC (East India Company)
Pembahasan:
1. Portugal
Portugal adalah bangsa Eropa pertama yang sampai ke Indonesia. Afonso
de Albuquerque, pemimpin Portugal di India, mengirim arama untuk
menaklukkan Malaka, pusat perdagangan rempah-rempah saat itu, pada
tahun 1511. Setelah menguasai Malaka, maka Portugis mengirimkan kapal
pada tahun 1512, dipimpin oleh Antonio de Abreu dan Francisco Serrao
dalam pelayaran ke Maluku, yang merupakan asal muasal rempah-rempah.
Portugis diijinkan untuk berdagang di Ternate oleh Sultan Ternate, sehingga
pasukan Portugis dipimpin oleh Antonio de Azevedo membangun benteng
atau feitoria di Bacan, an Ternate.
Namun, hubungan dengan Ternate menjadi rusak, karena keinginan Portugis
untuk menguasai sepenuhnya perdagangan rempah-rempah. Pada akhirnya,
Gubernur Lopez de Mesquita membunuh Sultan Khairun pada 25 Februari
1570. Anak Sultan Khairun, Sultan Baabullah melawan Portugis dalam
peperangan selama 5 tahun berikutnya dan berhasil mengusir Portugis dari
bumi Maluku untuk selamanya tahun 1575.
2. Spanyol
Spanyol adalah bangsa berikutnya yang sampai ke Indonesia, ketika
anggota ekspedisi Ferdinand Magellan yang dipimpin oleh Juan Sebastian
Elcano sampai di Maluku.
Ekspedisi Ferdinand Magellan berangkat pada tahun 1519 dari Spanyol
dalam upaya mencari jalur ke Maluku ke arah barat, sebagai alternatif jalur ke
arah timur mengitari benua Afrika yang dikuasai Portugal. Magellan tewas di
pulau Mactan, Filipina, tapi wakilnya Juan Sebastian Elcano berhasil
mencapai Maluku pada 6 November 1521. Setelah membeli rempah-rempah
mereka akhirnya kembali ke Spanyol.
Kemudian Spanyol membangun benteng di Tidore dan berkerja sama dengan
Tidore melawan Portugal yang saat itu bekerja sama dengan Ternate.
Spanyol berusaha merebut benteng Portugal di Ternate namun gagal.
Spanyol dan Portugal berebut kekuasaan selama beberapa tahun. Namun
Spanyol gagal mengusir Portugal dari Maluku, sehingga memilih membangun
koloninya di Filipina.
3. Belanda
Proses kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia dimulai dengan keinginan
Belanda menemukan jalur langsung perdagangan rempah-rempah, sehingga
mereka megirim eksedisi yang dipimpin oleh Cornelis De Houtman pada
tahun 1592.
Kesuksesan ekspedisi De Houtman ini diikuti dengan lahirnya VOC pada
tahun 1602, untuk untuk melakukan konsolidasi para pedagang Belanda agar
bisa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia dan agar
pedagang Belanda bisa bersaing dengan pedagang Eropa lainya dari
Portugal, Spanyol dan Inggris.
Pada akhirnya, VOC menjadi perusahaan yang sukses memonopoli rempah-
rempah dan menguasai wilayah Indonesia selama ratusan tahun.
4. Inggris
Inggris sampai di Indonesia ketika ekspedisi pertama Inggris yang dipimpin
oleh Sir James Lancaster sampai di Banten pada tahun 1602. Lancaster
membuka pusat dagang pertama Inggris di Indonesia di Banten. Inggris juga
berupaya mencari sendiri jalur perdagangan rempah-rempah karena saat itu
sedang berperang dengan Spanyol.
Inggris kalah bersaing dengan Belanda di Indoensia, dan tidak bisa
menguasai sumber rempah-rempah di Maluku. Akibatnya, Inggris lebih
memilih mengembangkan kekuasaannya di Hindia Barat (Laut Karibia) dan
Amerika Utara.
Latar Belakang Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia
Portugis
Portugis pun semakin gigih dalam mencari sumber rempah-rempah. Untuk itu, Portugis
melanjutkan ekspedisi ke timur yang dipimpin Alfonso d’Albuquerque untuk
menguasai Malaka. Ia berhasil menguasai Malaka sebagai pusat perdagangan rempah-
rempah di Asia Tenggara pada 10 Agustus 1511.
Spanyol
Orang Spanyol yang pertama kali melakukan penjelajahan samudra adalah Christopher
Columbus. Pada 1492, ia berlayar ke arah barat melewati Samudra Atlantik, hingga
akhirnya tiba di benua Amerika. Saat itu, Columbus berpikir kalau dia telah sampai di
daerah yang ditujunya, yaitu India. Karena itulah Columbus lalu menamakan penduduk
lokal yang ia temui sebagai warga Indian.
Baca juga: 7 Strategi Perlawanan Indonesia terhadap Belanda Sampai Awal Abad
20
Belanda
Pada 1596, Cornelis de Houtman berhasil mendarat di Banten. Sikap Belanda yang
kurang ramah dan berusaha memonopoli perdagangan di Banten membuat Sultan
Banten saat itu marah. Akibatnya, ekspedisi ini terbilang gagal. Sekitar 1598-1600,
pedagang Belanda mulai berdatangan kembali. Kedatangannya kali ini dipimpin Jacob
van Neck. Ia berhasil mendarat di Maluku dan membawa rempah-rempah. Keberhasilan
van Neck menyebabkan semakin banyak pedagang Belanda datang ke Indonesia.
Inggris
Di antara bangsa-bangsa tersebut, Belanda merupakan negara yang cukup lama berada
di Indonesia. Hingga akhirnya mereka membuat perusahaan dagang di Indonesia. Meski
telah bangkrut, sampai sekarang, perusahaan ini tercatat sebagai salah satu perusahaan
terkaya di dunia, lho! Ada yang bisa menebak nama perusahaannya?
1. Contingenten: pajak wajib berupa hasil bumi yang langsung dibayarkan ke VOC.
2. Verplichte leverantie: penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yang telah
ditentukan VOC. Kebijakan ini berlaku di daerah jajahan yang tidak secara langsung
dikuasai VOC, misalnya Kesultanan Mataram.
Pada tahun 1799, VOC bangkrut karena pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi,
menanggung utang akibat perang, dan kemerosotan moral para pegawai. Dengan
dibubarkannya VOC, maka kekuasaannya di Indonesia kemudian diambil alih oleh
pemerintah kerajaan Belanda yang saat itu dikuasai Prancis.
Kerajaan Belanda dipimpin Louis Napoleon, yang merupakan adik Napoleon Bonaparte,
mengangkat Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada tahun 1808 untuk
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris. Tugas lainnya adalah memperbaiki
nasib rakyat selaras dengan cita-cita Revolusi Prancis. Adapun kebijakan Daendels
adalah:
Sisi negatif pemerintahan Daendels adalah membiarkan terus praktik perbudakan serta
hubungan dengan raja-raja di Jawa yang buruk, sehingga menimbulkan banyak
perlawanan. Daendels ditarik ke Eropa, lalu digantikan Gubernur Jenderal
Janssens pada tahun 1811. Masa pemerintahannya tidak lama, karena pasukan Inggris
datang menyerang. Janssens dan pasukannya menyerah dengan ditandatanganinya
Perjanjian Tuntang, sehingga selanjutnya Nusantara berada di bawah kekuasaan Inggris.
2. Masa Pemerintahan Inggris
Pada 1811, pimpinan Inggris di India, Lord Minto, memerintahkan Thomas Stamford
Raffles yang berada di Penang untuk menguasai Pulau Jawa. Penjajahan bangsa Inggris
tidak berlangsung lama. Sejak 1816, Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada
Belanda. Indonesia kembali berada di bawah kekuasaan Belanda.
Van der Capellen ditunjuk sebagai Gubernur Jenderal, menerapkan kebijakan dalam
menghapuskan peran penguasa tradisional, menerapkan pajak yang memberatkan
rakyat, sehingga muncul banyak perlawanan dari rakyat. Belanda juga
mengutus Johannes van den Bosch untuk meningkatkan penerimaan negara Belanda
yang kosong akibat perang dengan masyarakat Nusantara dan bangsa Eropa lainnya.
Van den Bosch memberlakukan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sejak tahun 1830.
Penerapan cultuur stelsel banyak mengalami penyimpangan, seperti waktu tanam yang
melebihi usia tanam padi, tanah yang seharusnya bebas pajak tetap kena pajak, hingga
rakyat harus menyediakan sampai setengah tanahnya. Meski begitu, Tanam Paksa juga
berdampak positif karena rakyat Indonesia mengetahui jenis-jenis tanaman baru dan
mengetahui cara tanam yang baik.
Pada tahun 1870, Tanam Paksa dihapus dan diganti Politik Pintu Terbuka yang tertuang dalam
UU Agraria 1870 yang mengatur tentang kepemilikan tanah pribumi dan pemerintah. Di sini,
mulai diberlakukan politik pintu terbuka, investor asing mulai muncul, terjadi pengembangan
usaha perkebunan di luar Jawa, dan sistem kerja paksa diganti dengan sistem kerja bebas.
https://brainly.co.id/tugas/12813680?tbs_match_experiment=2
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-11-perkembangan-kolonialisme-dan-imperialisme-
eropa-di-indonesia
3.6
Bidang Politik
Pada masa pemerintahan kolonial, kekuasaan-kekuasaan kerajaan di Nusantara
menurun karena adanya intervensi dari pemerintah kolonial, lewat devide et
impera (politik adu domba). Melalui devide et impera, pemerintah kolonial Belanda
berhasil memengaruhi penguasa-penguasa di daerah untuk tunduk terhadap
kekuasaannya.
Berhasil membuat penguasa daerah tunduk, berarti juga dapat “mengatur” beberapa
kebijakan baru, seperti:
Pax Nederlanica adalah perubahan sistem pemerintahan dari administrasi tradisional ke sistem
administrasi modern. Sistem ini diterapkan untuk menggantikan posisi penting pemerintah
daerah ke tangan pemerintah Belanda dengan cara mengangkat dan menggaji pegawai yang
menduduki jabatan struktur birokrasi. Dalam sistem tersebut jabatan tertinggi yang bisa
dipegang oleh masyarakat pribumi adalah bupati dan di bawahnya terdapat wedana dan
patih. Berikut bagan dari struktur pemerintahan kolonial Hindia Belanda:
Bidang Budaya
Kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara memengaruhi kebudayaan bangsa Indonesia.
Pengaruh tersebut mulai dari kosakata bahasa, musik, seni tari, pakaian, arsitektur
hingga cara berpikir. Dampak dalam bidang budaya yang pertama adalah adanya kata-
kata serapan. Kamu bisa lihat kata-katanya di bawah ini:
Selain itu, kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal baru ke bangsa kita.
Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun tarian seperti dansa. Selain itu, ada
juga bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu terhadap segala peristiwa masa lampau.
Semua bangunan tersebut punya ciri khas yang sulit dibuat saat ini. Seperti bangunan yang bisa
kita temui di Kota Tua, Jakarta. Dulunya, Kota Tua merupakan pusat pemerintahan Batavia.
Bidang Sosial
Salah satu penyebar agama Katolik di Indonesia yang terkenal adalah Fransiscus
Xaverius, seorang misionaris dari Portugis, di Maluku pada tahun 1546-1547. Di samping
penyebaran agama Katolik, agama Kristen Protestan juga turut tersebar di Indonesia.
Penyebaran agama Kristen Protestan mulai terjadi pada masa pemerintahan Gubernur
Jendral Raffles. Penyebaran agama ini dilakukan oleh Nederlands Zendeling
Genootschap (NZG), yaitu organisasi yang menyebarkan agama Kristen Protestan
berdasarkan Alkitab. Beberapa tokoh yang tergabung dalam NZG yang terkenal adalah
Ludwig Ingwer Nommensen dan Sebastian Qanckaarts.
Bidang Ekonomi
Dengan datangnya Bangsa Eropa, masyarakat Indonesia diperkenalkan pada mata uang
di masa Raffles menjalankan kebijakan Sistem Sewa Tanah. Diperkenalkannya uang
kertas dan logam mendorong munculnya perbankan modern di Hindia-Belanda. Salah
satunya adalah de Javasche Bank, bank modern di Hindia-Belanda yang muncul
pertama kali dan didirikan di Batavia pada tahun 1828.
Bidang Pendidikan
Masuknya bangsa Eropa ke Nusantara juga membawa pengaruh besar dalam bidang
pendidikan. Pendidikan dari Eropa pertama kali masuk ke Nusantara bersamaan
dengan masuknya agama Kristen Katolik. Kala itu dibangun sekolah yang
mengajarkan ajaran agama Katolik untuk para pribumi dari daerah Timur Indonesia di
sekitar daerah Maluku.
Pendidikan mulai dianggap penting saat kebijakan Politik Etis dilakukan oleh
pemerintah kolonial. Perhatian pemerintah kolonial Belanda terhadap pendidikan
dikarenakan guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sektor-sektor swasta dan
pemerintahan. Sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah menganut sistem pendidikan
barat dan hanya bisa dimasuki oleh kalangan bangsawan. Beberapa contoh sekolah
yang didirikan pada masa awal pemerintah kolonial Belanda, antara lain:
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-11-dampak-kedatangan-bangsa-eropa-bagi-indonesia
3.7
Persiapan Kemerdekaan
Kalau kamu mau sukses melaksanakan satu acara, pastinya butuh persiapan yang
matang, kan. Sama juga dengan kemerdekaan Indonesia. Persiapannya sudah dilakukan
sejak lima bulan sebelumnya, tepatnya pada 1 Maret 1945. Pada saat itu, dibentuk
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dalam
bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi Cosakai. Badan ini diresmikan pada 29 April
1945 dan diketuai oleh Radjiman Wedyodiningrat.
Sebagai persiapan, BPUPKI melakukan dua kali sidang. Sidang pertama dilakukan pada
29 Mei-1 Juni 1945. Sidang ini bertujuan untuk menentukan rumusan dasar negara.
Pada kesempatan itu, Soepomo, Mohammad Yamin, dan Soekarno, masing-masing
mengajukan konsep yang telah mereka buat. Pada 1 Juni 1945, terpilihlah rumusan
dasar negara yang diajukan oleh Soekarno, yang kelak kita kenal sebagai
Pancasila. Itulah mengapa tiap 1 Juni, kita peringati sebagai Hari Lahirnya Pancasila.
Sebagai tindak lanjut, pada 22 Juni 1945, dibentuklah panitia kecil beranggotakan
sembilan orang yang disebut dengan Panitia Sembilan. Panitia sembilan bertugas
untuk mematangkan rumusan dasar negara. Panitia ini kemudian menghasilkan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter). Pada piagam ini, termuat rumusan dasar negara yang
setelah beberapa perubahan menjadi Pancasila, seperti yang kita kenal hari ini. Adapun
sidang kedua dilakukan pada 10-14 Juli 1945 dan menghasilkan rumusan Undang-
Undang Dasar lengkap dengan pembukaannya (preambule).
Pada 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang karena dianggap
telah menyelesaikan tugasnya. Kemudian, pada 12 Agustus
1945, dibentuklah PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu
Junbi Inkai dalam bahasa Jepang. Panitia ini diketuai oleh Soekarno dan
beranggotakan 21 orang. Tugas PPKI adalah untuk melanjutkan tugas-tugas organisasi
sebelumnya, yaitu BPUPKI dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Di penghujung Perang Dunia II, terjadi suatu peristiwa yang sangat memukul Jepang.
Salah satunya adalah peristiwa pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki pada 6
dan 9 Agustus 1945. Peristiwa tersebut mendorong Jepang untuk menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945. Berita tentang kekalahan Jepang
menyebar dengan cepat lewat radio dan didengar oleh tokoh-tokoh muda Indonesia.
Bersama dengan Moh. Hatta, golongan muda ini mengadakan rapat di Pegangsaan
Timur.
Soekarno menolak permintaan tersebut karena masih menunggu keputusan dari pihak
Jepang. Selain itu, Soekarno juga tidak bisa memutuskannya sendiri. Ia harus berunding
dengan tokoh golongan tua lainnya. Golongan tua merupakan orang-orang yang
kooperatif kepada Jepang. Mereka tidak ingin terlalu buru-buru dalam
memproklamasikan kemerdekaan karena Jepang sebenarnya telah berjanji untuk
memerdekakan Indonesia pada 27 Agustus 1945. Golongan tua tidak ingin ada
pertumpahan darah kembali.
Sementara itu, golongan muda menganggap Indonesia sudah cukup kuat untuk
menyatakan kemerdekaannya. Setelah beberapa rapat dilakukan, dan golongan tua
tetap memutuskan untuk menunda proklamasi, akhirnya golongan muda mengamankan
Soekarno ke Rengasdengklok agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang.
Baca juga: 7 Strategi Perlawanan Indonesia terhadap Belanda Sampai Awal Abad
20
Peristiwa Rengasdengklok
Karena Soekarno dan Moh. Hatta meminta para pemuda untuk sabar dalam
mengumumkan proklamasi, Soekarno dan Moh. Hatta pun diamankan ke
Rengasdengklok, Jawa Barat oleh para pemuda. Mereka dijemput pada 16 Agustus
1945 pukul 4.30 WIB oleh rombongan golongan muda. Sementara itu, di Jakarta akan
dilaksanakan rapat anggota PPKI di gedung Chuo Sangi In.
Ahmad Soebardjo yang saat itu mencari keberadaan Soekarno dan Moh. Hatta pun
diberangkatkan ke Rengasdengklok untuk bertemu dan berunding dengan mereka.
Akhirnya Soebardjo berjanji dengan jaminan nyawa kepada golongan muda bahwa
proklamasi kemerdekaan akan diumumkan pada keesokan harinya selambat-lambatnya
pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, akhirnya Soekarno dan Moh. Hatta dibawa
kembali ke Jakarta.
Dari Rengasdengklok, rombongan tiba kembali di Jakarta pukul 23.30 WIB. Mereka
memutuskan untuk istirahat sebentar di rumah masing-masing. Sebelum merumuskan
naskah proklamasi, Soekarno dan Moh. Hatta menemui Mayor Jenderal
Nishimura untuk menanyakan sikapnya mengenai proklamasi kemerdekaan.
Sayangnya, tidak ada kesepakatan dalam pertemuan tersebut karena Jepang sudah
menyerah kepada Sekutu, sehingga mereka tidak dibolehkan untuk mengubah keadaan
politik di Indonesia sampai kedatangan Sekutu. Akhirnya, Soekarno dan Moh. Hatta
memutuskan untuk melanjutkan pembuatan naskah proklamasi.
Setelah itu, Soekarno dan Moh. Hatta pergi ke rumah Laksamana Tadashi
Maeda bersama Ahmad Soebardjo. Walaupun orang Jepang, laksamana ini memiliki
kedekatan dengan tokoh-tokoh Indonesia dan beliau memberi jaminan keselamatan.
Pagi harinya, rumah Soekarno sudah dipadati oleh banyak orang. Shodanco Latief
Hendraningrat menugaskan anak buahnya untuk berjaga-jaga di sekitar rumah
Soekarno. Ia menunggu kedatangan Moh. Hatta untuk membacakan naskah tersebut.
Setelah Bung Hatta datang, upacara dimulai.
Pada awalnya, S.K. Trimurti diminta untuk mengibarkan bendera, namun ia menolak.
Menurutnya, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Akhirnya,
ditunjuklah Shodanco Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh S.
Suhud. Sementara itu, bendera merah putih dijahit oleh Fatmawati, istri Soekarno.
Upacara berlangsung syahdu dan para hadirin spontan menyanyikan Indonesia Raya
ketika bendera dikibarkan.
Berita proklamasi disebarluaskan melalui siaran radio dari kantor berita Domei.
Mendengar berita ini, pihak Jepang melarang penyiaran berita proklamasi itu.
Kemudian, pada 20 Agustus 1945, alat pemancar di Domei diputus dan disegel,
sehingga pegawainya dilarang masuk. Tanpa kehilangan akal, para pemuda kemudian
membuat alat pemancar baru yang mereka ambil dari alat-alat pemancar dari kantor
berita Domei.
Alat pemancar ini dibawa ke Menteng dan berita tersebut segera disiarkan ke seluruh
Indonesia. Selain dari radio, penyebaran berita proklamasi dilakukan lewat pers dan
surat selebaran. Hampir seluruh harian Jawa pada 20 Agustus 1945 memuat berita
proklamasi dan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia. Wah, untung para pemuda
tidak kehabisan akal, ya. Selain itu, para tokoh PPKI yang berasal dari luar Jakarta juga
diminta untuk kembali ke daerah mereka masing-masing untuk menyebarluaskan berita
proklamasi, seperti Teuku Mohammad Hassan dari Aceh, Sam Ratulangi dari Sulawesi,
Ketut Pudja dari Bali, dan A.A. Hamidan dari Kalimantan.
https://www.ruangguru.com/blog/detik-detik-menuju-proklamasi-kemerdekaan-ri
Pada tanggal 29 September 1945, tentara AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) beserta
NICA (Netherland Indies Civil Administration) mendarat di Jakarta. Awalnya sih ingin ngebebasin
tawanan perang dan melucuti tentara Jepang. Tapi, kedatangan mereka ditentang oleh bangsa
Indonesia. Maka, terjadilah beberapa pertempuran hebat di wilayah Indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaannya.
1. Pertempuran Surabaya
Kamu tahu Bung Tomo, Squad? Yaps. Neliau merupakan pemimpin pertempuran di
Surabaya. Bung Tomo dengan tegas menolak ultimatum dari Inggris yang dipimpin
oleh Mayjen E.C Marsergh. Isi ultimatum tersebut ialah para pejuang Indonesia
harus menyerahkan diri paling lambat 10 November 1945 pukul 06:00 pagi. Apa
reaksi Bung Tomo dan Arek-arek Suroboyo? Mereka memilih tetap mempertahankan
kemerdekaannya. Pertempuran pada tanggal tersebut akhir pecah dan berlangsung
selama tiga minggu.
2. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran ini dilatarbelakangi penipuan, Squad. Awalnya tuh NICA dan sekutunya
datang ingin membebaskan tawanan perang. Eh malahan tawanan perang itu
dipersenjatai setelah bebas. Pimpinan Sekutu Brigjen Bethell berusaha menguasai
desa-desa di Ambarawa, namun ditentang oleh TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Dalam
pertempuran itu Letkol Isdiman gugur dan digantikan Kolonel Soedirman.
Pengepungan Ambarawa dari Banyumas, Salatiga, Surakarta, dan Yogyakarta berhasil
dilakukan sehingga pasukan Sekutu muncur pada tanggal 15 Desember 1945. Hingga
saat ini tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Infanteri di Indonesia.
3. Puputan Margarana
1. Perjanjian Linggarjati
2. Perundingan Renville
Pernah kebayang nggak ngadain perundingan di atas sebuah kapal perang? Nah, ini
pernah dilakukan pada 8 Desember 1947 – 17 Januari 1948. Yaps, ada
sebuah perundingan di atas kapal perang angkatan laut Amerika Serikat bernama
USS Renville, maka dari itu perjanjian ini disebut dengan Perjanjian Renville. Saat itu
Indonesia diwakili oleh Amir Sjarifuddin dan Belanda diwakili oleh Abdulkadir
Widjojoatmodjo. Dihadiri pula Komisi Tiga Negara yang diwakili oleh Richard Kirby, Paul
van Zeeland, Frank Graham. Ada pun hasil dari perundingan ini ialah:
- Daerah-daerah di belakang Garis van Mook harus dikosongkan dari tentara Indonesia.
- Belanda bebas membentuk negara federal di daerah-daerah yang diduduki melalui jajak
pendapat terlebih dahulu.
Kali ini ada sebuah perundingan yang dilakukan di Den Haag, Belanda pada 23
Agustus 1949 – 2 November 1949. Nama perundingan tersebut ialah Konferensi Meja
Bunda. Iya, namanya meja bundar karena meja untuk konferensi memang membentuk
sebuah bundaran. Pada saat itu Belanda diwakili Mr. Van Maarseveen, perwakilan
Indonesia diwakili oleh Moh. Hatta, dan delegasi UNCI ialah Chritchley. Ada pun hasil
dari Konferensi Meja Bundar ialah:
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-11-bentuk-strategi-perjuangan-pascakemerdekaan