Anda di halaman 1dari 54

PENGAWASAN POST

MARKET PIRT
SAMPLING dan PENGUJIAN
LABEL dan IKLAN
Direktur Pengawasan Peredaran Pangan Olahan
Badan Pengawas Obat dan Makanan
08 Maret 2021
OUTLINE
Pendahuluan

Sampling dan Pengujian Pangan PIRT

Label dan Iklan Pangan

Penutup
PENDAHULUAN
Payung hukum atas tugas dan
kewenangan Pemda Kab/Kota
dalam :
a. penerbitan izin produksi
makanan dan minuman
b. pengawasan postmarket IRTP.

Pengawasan IRTP BELUM


OPTIMAL  keterbatasan sumber
daya Pemda Kab/Kota
NGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA (PIRT)
INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRTP)
Perusahaan Pangan yang memiliki tempat
usaha di tempat tinggal dengan peralatan
pengolahan Pangan manual hingga semi
otomatis.
(PP No. 86 Tahun 2019 tentang
Keamanan Pangan Penjelasan Pasal 35
Ayat (1) )

PANGAN INDUSTRI RUMAH


TANGGA (PIRT)
Pangan olahan hasil produksi IRTP
yang diedarkan dalam
(PerBPOMkemasan
No 22 Tahuneceran
Tentang Pedoman Pemberian
2018

dan berlabel. Sertifikat Produksi Pangan Industri


Rumah Tangga)
HASIL SAMPLING DAN PENGUJIAN
PANGAN PIRT
Temuan PIRT yang Tidak Memenuhi Syarat
76,6% 77,9% 75,7%
(TMS) dari tahun 2018 sd 2020 konsisten >20%

Penyebab Terbesar PIRT TMS :


a. cemaran mikrobiologi melebihi batas
b. pengggunaan Bahan Tambahan Pangan
23,4% 22,1% 24,3%
(BTP) yang berlebih

Indikasi Faktor Penyebab Temuan :


• Konsistensi penerapan sanitasi dan hygiene
2017 2018 2019
secara baik;
• Ketidakpahaman terhadap ketentuan
MS TMS
penggunaan BTP
• Tidak ada Sistem Quality Assurance/Quality
LABEL dan IKLAN PANGAN PIRT

PENCANTUMAN PALM OIL FREE


dan KLAIM
ARAH KEBIJAKAN DAK NONFISIK
POM TA 2021
Sasaran kebijakan DAK Nonfisik Subbidang “Pengawasan makanan
minuman IRT”
Meningkatkan fungsi pengawasan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) dan PIRT oleh
kab/kota sesuai kewenangannya
Sasara Meningkatkan fungsi pengawasan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) dan PIRT oleh
n kab/kota sesuai kewenangannya
Outco Tersedianya pangan yang aman dan bebas dari cemaran fisik, mikrobiologi dan kimia
me (termasuk bahan berbahaya)
Output 1. Sarana Industri Rumah Tangga Pangan yang diperiksa
2. Produk Makanan Minuman Industri Rumah Tangga yang diuji
Kegiat 1. Pengkajian ulang sertifikasi produksi industri rumah tangga
an 2. Pengawasan Post-Market Produk Makanan Minuman Industri Rumah Tangga Pangan
(IRTP)
3.Sampling dan pengujian pangan industri rumah tangga
(PIRT)
4. Bimtek Keamanan Pangan bagi pelaku usaha
Penerima DAK Nonfisik Subbidang
Pengawasan Obat dan Makanan TA 2021

419 Kab/Kota
TUJUAN: Total: 204,9 M TUJUAN
1. Meningkatkan 1. Meningkatkan efektivitas
efektivitas pengawasan pengawasan IRTP
Fasyanfar 2. Meningkatkan keamanan dan
2. Meningkatkan mutu produk PIRT yang
pemahaman tenaga beredar sehingga memiliki
kefarmasian di fasyanfar 239 Kab/Kota 413 Kab/Kota daya saing
Pengawasan Saryanfar Pengawasan Makanan

TARGET 125 kab/kota


FISIK DAK melaksanakan
8.604 Apotek dan pengawasan
33.381 IRTP 10.109 Sampel
Toko Obat MS pangan
olahan sesuai
standar
9
Monev DAK NF Wilayah Bali
Pengawasan Makanan Minuman Industri Rumah Tangga TA 2020

Jumlah
Jumlah Jumlah Kab/Kota yg Kab/Kota yg %
Alokasi Anggaran
Provinsi Kab/Kota menyampaikan telah Realisasi Anggaran Realisasi
(Rp)
Penerima Laporan Melaksanakan Anggaran
Kegiatan

Bali Rp 861.536.000 5 5 Kab/Kota 5 Rp 337.749.358 39,20%

Kab. Jembrana
Kab. Karangasem
Kab. Klungkung
Kab. Tabanan
Kota Denpasar

* Berdasarkan 28 Februari 2021 yang diterima di email smartbpom@pom.go.id, aplikasi SMARTPOM dan UPT BPOM.
MONEV KEGIATAN POST MARKET:
SAMPLING DAN PENGUJIAN, MONITORING DAN EVALUASI

Kegiatan

% Monitoring dan Evaluasi Sampling dan Pengujian


Pagu Total Serapan Akhir
Pemerintah Daerah Capaian
Pangan (Rp) (Rp)
Akhir
Target % %
Capaian Capaian
minimal capaian Target capaian
Fisik fisik
(kali ) fisik fisik

Rp175.552.000 0,70% Rp1.230.000 4 0 0,00% 65 0 0,00%


Kab. Jembrana
Rp159.328.000 46,25% Rp73.695.700 4 2 50,00% 30 30 100,00%
Kab. Karangasem
Rp159.328.000 57,14% Rp91.036.658 4 1 25,00% 10 10 100,00%
Kab. Klungkung
Rp175.552.000 94,77% Rp166.367.000 4 4 100,00% 15 15 100,00%
Kab. Tabanan
Rp191.776.000 2,83% Rp5.420.000 4 0 0,00% 10 0 0,00%
Kota Denpasar

* Berdasarkan 28 Februari 2021 yang diterima di email smartbpom@pom.go.id, aplikasi SMARTPOM dan UPT BPOM. 11
SAMPLING DAN PENGUJIA
MPLING DAN PENGUJIAN PIRT (1)
A. TARGET SAMPLING
a) PRIORITAS UTAMA : Seluruh produk pangan PIRT :
i. PIRT yang diproduksi dan beredar di wilayah kerja, termasuk yang dukungan untuk PIRT yang seharusnya
didaftarkan sebagai pangan MD
ii. PIRT yang diproduksi di luar wilayah kerja dan beredar di wilayah kerja
b) PRIORITAS KEDUA :
i. Pangan unggulan daerah,
ii. Produk pangan olahan tanggung jawab Pemda antara lain : Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)

B. LOKUS SAMPLING
SARANA DISTRIBUSI PANGAN meliputi :
a. Ritel modern : hypermarket, supermarket/swalayan,
b. Ritel tradisional : toko, warung, kios, pasar tradisional, kantin sekolah
c. Distributor/Grosir/Perkulakan
C. TARGET JUMLAH SAMPEL
SESUAI dengan Berita Acara Kesepakatan Pemda Kab/Kota dan BPOM  Target Output 4C
MPLING DAN PENGUJIAN PIRT (2)
D. PENGUJIAN SAMPEL
a) PARAMETER UJI : Sesuai Faktor Risiko dan mengacu pada Jukop Was OM
b) KEBUTUHAN SAMPEL : Sesuai dengan kebutuhan uji dan sampel pertinggal (retained samples)
c) LABORATORIUM UJI : Laboratorium terakreditasi untuk pengujian pangan  Lab pemerintah atau swasta

E. PENANGANAN SAMPEL
• Sesuai dengan petunjuk penyimpanan produk pada label sampel
• Ada kode dan identitas jelas
• Dikemas dengan baik sehingga terhindar dari pencemaran luar

C. PELAPORAN
SESUAI dengan FORMAT pelaporan pada Jukop dan diunggah dalam SMARTPOM
F. PELAPORAN HASIL SAMPLING DAN PENGUJIAN
POHON
TIDAK DIUJIKEPUTUSAN TERHADAP
Tindak Lanjut :
SAMPEL
a. Produk dilarang Perencanaan
Cek Label TMK 
diedarkan Sampling Pembinaan ke
kelengkapan
b. Pembinaan ke sarana Pemilihan lokasi sarprod
distribusi
sampling Cek Label
c. Pembinaan ke
Pengambilan
SELURUH KEPUTUSAN TERHADAP Pengujian SAMPEL
sarprod  kerja
IRTP di wilayah sampel
d. Rekomendasi ke
Ya DIREKAP
Kab/Kota lokus
TIE
sarana produksi  Memenuhi Tidak memenuhi
DAN DILAPORKAN Tidak
KE DALAM
Syarat (MS)SMARTPOM
IRTP di luar wilayah
TIDAK
kerja DIUJI
SyaratLanjut
Tindak (TMS):
Y EX
a. Produk dilarang
Tindak Lanjut : diedarkan
a. Pemusnahan produk a P
Cek b. Pembinaan ke
b. Pembinaan sarana Tidak
Lab sarprod  kerja
distribusi
c. Label TMK  el Ya RUS IRTP di wilayah
c. Rekomendasi ke
pembinaan ke AK
Tidak Kab/Kota lokus
sarprod sarana produksi 
Koordinasi UPT BPOM dan Dinkes

1) Menyepakati fokus target sampling Pangan PIRT dari


anggaran DAK sehingga cakupan pengawasan pangan di
wilayah meningkat;
2) Mendiskusikan laboratorium uji dan parameter uji,
apabila terdapat keterbatasan sumber daya; dan
3) Melakukan pengawasan terpadu terhadap hasil sampling
dan pengujian Pangan PIRT yang Tidak Memenuhi
Syarat (TMS) dan berisiko langsung terhadap kesehatan
 pengujian konfirmasi dapat dilakukan di UPT BPOM.
LABEL DAN IKLAN
HASIL KAJIAN TAHUN 2019
Banyak ditemukan label produk pangan yang tidak memenuhi ketentuan (TMK):
• Label yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia
• Mudah luntur,
• Tidak terbaca jelas,
• Menyesatkan, berlebihan, dan keterangan lain (klaim) pada label yang tidak
memenuhi ketentuan.
Berdasarkan hasil kajian terhadap 83 Kab/Kota di 10 provinsi  29 Kab/Kota
belum mempersyaratkan keterangan lengkap label (tanggal kedaluwarsa, kode
produksi dan/atau rancangan label) pada saat pengajuan pendaftaran SPP-IRT.

Pada PerBPOM No 22 Tahun 2018 tentang


Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi
Pangan Industri Rumah Tangga 
Rancangan Label WAJIB DIEVALUASI
DASAR HUKUM PENGAWASAN
LABEL dan IKLAN
• Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan
• Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan
Pangan
• Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2019 tentang Keamanan Pangan
• Peraturan Kepala Badan POM No 9 Tahun 2016 tentang Acuan Label
Gizi
• Peraturan Kepala Badan POM No. 27 Tahun 2017 tentang Pendaftaran
Pangan Olahan
• Peraturan Kepala BPOM No 13 Tahun 2018 Pengawasan Klaim Pada
Label dan Iklan Pangan Olahan
• Peraturan Kepala Badan POM No 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan
Olahan
Kewajiban Mencantumkan Label

Termasuk didalamnya :
1. Pangan dengan Kemasan
eceran (kemasan akhir pangan
yang tidak boleh dibuka untuk
dikemas kembali menjadi
kemasan yang lebih kecil dan
siap untuk diperdagangkan);
2. Pangan Olahan yang digunakan
sebagai bahan baku;
3. Pangan Olahan yang diedarkan
untuk tujuan donasi dan/atau
program pemerintah.
PERATURAN PEMERINTAH
NO. 69 TAHUN 1999

LABEL PANGAN
Label Pangan adalah setiap keterangan
mengenai Pangan Olahan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau
bentuk lain yang disertakan pada Pangan
Olahan, dimasukan ke dalam, ditempelkan
pada, atau merupakan bagian Kemasan
Pangan. *)PENGAWASAN LABEL
TUJUAN
PANGAN
Memberikan jaminan perlindungan
kepada masyarakat sebelum membeli
dan/atau mengonsumsi pangan olahan
bahwa informasi pangan olahan yang
diterima benar dan jelas
Ketentuan Umum Label
Desain sesuai
yang disetujui
pada saat
Wajib ada pada Terletak pada
pendaftaran
setiap pangan bagian pangan
terkemas yang mudah Label wajib
dilihat dan dibaca
ditulis dan

LABEL
LAB dicetak dalam
Berisi keterangan Harus benar dan
mengenai pangan
EL
tidak bahasa
Tidak mudah menyesatkan
Indonesia
lepas, luntur atau
rusak
Ketentuan Umum Produk Minimal
a) Nama produk
b) Daftar bahan yang digunakan/ komposisi
c) Berat bersih atau isi bersih
d) Nama dan alamat pihak yang memproduksi/
mengimpor

LABEL
e) Halal bagi yang dipersyaratkan
LABE
L
f) Tanggal dan kode produksi
g) Keterangan kedaluwarsa
h) Nomor Izin Edar
i) Asal -usul
Prosesbahan pangan
khusus seperti tertentu
: jagung rekayasa genetik, bawang putih
iradiasi
- Asal bahan : protein kedelai, lemak babi
= Harus ditempatkan pada bagian Label yang paling mudah dilihat
dan dibaca
Logo Halal

Diletakkan di Bagian Utama


Nama dan Alamat Pihak
yang Memproduksi atau
Mengimpor
• Pihak yang memproduksi,
mengimpor, pemberi
kontrak, penerima kontrak,
dan/atau pemberi lisensi
wajib mencantumkan nama
dan alamat.
• Alamat paling sedikit :
Nama Kota, Kode Pos,
Indonesia.
Tanggal dan Kode
Produksi
a) Tanggal dan kode produksi wajib dicantumkan pada Label dan diletakkan pada
bagian yang mudah dilihat dan dibaca.
b) Paling sedikit memuat informasi mengenai riwayat produksi Pangan pada kondisi
dan waktu tertentu.
c) Tanggal dan kode produksi berupa nomor bets (batch) dan/atau waktu produksi.
d) Tanggal dan kode produksi dapat dicantumkan terpisah dari keterangan pada Label
dan harus disertai dengan petunjuk tempat pencantuman kode produksi.
e) Keterangan tempat pencantuman kode produksi dapat berupa:
• “Kode Produksi, lihat bagian bawah kaleng”;
• “Kode produksi, lihat pada tutup botol”.
Keterangan Kedaluwarsa
a) Keterangan kedaluwarsa merupakan batas akhir suatu Pangan dijamin mutunya, sepanjang
penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan produsen.
b) Pencantuman didahului tulisan “Baik digunakan sebelum” dan disesuaikan dengan masa
simpan produk :
Masa Simpan Penulisan
≤ 3 bulan Tanggal, bulan dan
tahun
> 3 bulan Bulan dan tahun
c) Kedaluwarsa dapat dicantumkan terpisah dengan tulisan “Baik digunakan sebelum” namun
harus disertai dengan disertai dengan petunjuk tempat pencantuman tanggal kedaluwarsa :
a. ”Baik digunakan sebelum, lihat bagian bawah kaleng”
b. ”Baik digunakan sebelum, lihat pada tutup botol”.
Keterangan Kedaluwarsa

Dikecualikan dari ketentuan pencantuman


keterangan kedaluwarsa untuk:
a. Minuman yang mengandung alkohol
paling sedikit 7% (tujuh persen);
b. Roti dan kue yang mempunyai masa
simpan kurang dari atau sama dengan
24 (dua puluh empat) jam;
c. Cuka
HARUS MENCANTUMKAN tanggal
produksi dan/atau tanggal pengemasan.
Keterangan Kedaluwarsa

LARANGAN

Setiap Orang dilarang menghapus, mencabut, menutup,


mengganti Label, melabel kembali, dan/atau menukar
tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa Pangan Olahan
yang diedarkan.
Informasi Nilai Gizi Pada Label
Pangan
• Merupakan keterangan tentang
kandungan Gizi dan/atau non Gizi
wajib dicantumkan pada Label 
diimplementasikan secara
BERTAHAP
• Pangan Olahan yang mencantumkan
ING harus memenuhi ketentuan
ALG. ALG dihitung berdasarkan
rata-rata kecukupan energi bagi
penduduk Indonesia sebesar 2150
kilokalori per orang per hari.
• PerBPOM No. 16 tahun 2020
Keterangan yang tidak boleh
dicantumkan
• BERFUNGSI SEBAGAI • Nama, logo atau identitas lembaga yang
OBAT/MENEYMBUHKAN PENYAKIT melakukan analisis.
• DAPAT MENYEHATKAN • Menggunakan nama dan gambar tokoh yang telah
• Mengandung suatu zat gizi lebih unggul. menjadi milik umum, kecuali mendapat izin.
• Gambar tenaga kesehatan. • Mencantumkan nama tempat, negara, kota,
• Dapat meningkatkan kecerdasan atau IQ. provinsi, suku dan sejenisnya dalam bentuk
• Ketiadaan suatu komponen yang secara apapun apabila tidak ada kaitannya dengan
alami tidak ada dalam pangan olahan. pangan olahan tersebut.
• Bebas bahan tertentu tetapi mengandung • Ket. Yang secara langsung atau tidak
bahan tertentu tersebut. merendahkan barang dan/atau jasa pihak lain.
• Tulisan bebas bahan tambahan pangan atau • Pernyataan yang bersifat referensi, nasihat,
yang semakna peringatan atau pernyataan dari tenaga kesehatan
• Tulisan atau gambar seolah-olah pemanis atau seolah-olah sebagai tenaga Kesehatan.
buatan berasal dari alam. • Menyinggung suku, agama, ras dan/atau golongan
• Menyatakan kelebihan pangan organik dari tertentu.
PELANGGARAN DALAM LABEL
YANG SERING DITEMUKAN
PADA PRODUK PIRT
KLAIM
A. KLAIM GIZI
1) Klaim kandungan zat
gizi
2) Klaim perbandingan zat
B. KLAIM
gizi
KESEHATAN
1) Klaim fungsi zat gizi
2) Klaim fungsi lain
3) Klaim penurunan risiko
penyakit
C. KLAIM
Klaim isotonik, tanpa penambahan
LAINNYA
gula, klaim laktosa, klain gluten PANGAN BERKLAIM TIDAK BOLEH
DIDAFTARKAN SEBAGAI PIRT
BERFUNGSI
SEBAGAI OBAT
Gambar

• Harus menunjukkan hal yang sebenarnya;


• Gambar buah, sayur, daging, ikan atau bahan pangan lainnya;
 DIIZINKAN, jika pangan mengandung bahan tersebut, bukan
sebagai BTP
 Pada komposisi: disusun berurutan dari bahan terbanyak,
dicantumkan jumlah (%) bahan tersebut.
 Contoh: ”Komposisi : gula, ekstrak buah jeruk (2%), perisa
• Dikecualikan, gambar sebagai saran penyajian.
jeruk”
PERATURAN PEMERINTAH
NO. 69 TAHUN 1999

IKLAN
Iklan Pangan adalah Setiap keterangan
PANGAN
atau pernyataan mengenai pangan
dalam bentuk gambar, tulisan, atau
bentuk lain yang dilakukan dengan
berbagai cara untuk pemasaran dan atau
perdagangan pangan. *)
TUJUAN PENGAWASAN IKLAN
PANGAN
Memberikan jaminan
perlindungan kepada masyarakat
terhadap iklan yang menyesatkan
dan tidak memenuhi ketentuan
sehingga tidak merugikan
IKLAN
• Media efektif untuk membangun brand
awareness
• Produk cepat dikenal & diterima oleh
masyarakat
IKLAN PRODUK
• Menaikkan PANGAN
omset penjualan
WAJIB MERUJUK PADA
INFORMASI DARI LABEL
PRODUK PANGAN YANG
DISETUJUI.
Ruang Lingkup Pengawasan Iklan

•Surat Kabar, •Televisi, Iklan •Papan Reklame,


Majalah, Tabloid, Baris (Running Billboard, Lampu
Buletin, Kalender, Text), Radio, Hias/Neon Box,
Poster atau Bioskop, Internet Papan Nama,
Selebaran, Leaflet, Balon Udara,
Stiker, Buklet, Sarung Ban Mobil,
Pamflet, Halaman •Iklan Cetak Yang
Kuning (Yellow Ditempel/Digantu
Pages) ng Media
Di Luar Ruang,
Media Media Spanduk,
Luar Transit
Cetak Elektronik Ad, Gimmick,
Ruang
Backdrop
Informasi yang Tidak Boleh Dicantumkan dalam
Iklan
• Kata-kata superlatif seperti “paling”, “nomor satu”, ”top”, atau kata-kata berawalan
“ter“, dan atau yang bermakna sama, kecuali jika disertai dengan bukti yang dapat
dipertanggungjawabkan.
• ”Satu-satunya”, ”hanya”, ”cuma”, atau yang bemakna sama tidak boleh digunakan,
kecuali jika secara khas disertai dengan penjelasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, dalam hal apa produk tersebut menjadi satu-satunya.
• Memuat pernyataan kandungan zat gizi pada pangan apabila kandungan zat gizi
tersebut tidak seluruhnya berasal dari pangan tersebut, tetapi sebagian diberikan oleh
pangan lain yang dapat dikonsumsi bersama-sama.
• Diperankan oleh tenaga kesehatan, tokoh agama, atau pejabat publik atau berperan
sebagai tenaga kesehatan atau pejabat publik.
• Iklan sediaan pemanis buatan dilarang menggunakan tulisan, kata-kata, gambar
seolah-olah pemanis buatan berasal dari alam.
Iklan dilarang mencantumkan kata “sehat”, “cerdas”,
“pintar” jika terkait dengan sebab dan akibat dari
mengkonsumsi pangan yang diiklankan.
Iklan dilarang menggunakan dan
atau menampilkan secara tidak
layak pahlawan, monumen, dan
lambang-lambang kenegaraan
maupun tokoh-tokoh dan
monumen yang merupakan milik
umum.
• Iklan dilarang mencantumkan
bahwa pangan dapat
menyehatkan dan memulihkan
kesehatan.
• Iklan dilarang melecehkan,
mendiskreditkan atau
merendahkan baik secara
langsung maupun tidak
langsung pangan lain.
Informasi yang Harus
Diperhatikan dalam Iklan
Penggunaan klaim
“bebas kolesterol”
atau “non kolesterol”
pada iklan hanya
diperbolehkan
apabila pangan
tersebut mengandung
bahan yang secara
kajian ilmiah lazim
mengandung
kolesterol.
Pernyataan alami
hanya dapat
digunakan untuk
bahan mentah, yang
tidak dicampur dan
tidak diproses atau
produk yang diproses
secara fisika tetapi
Contoh iklan yang salah
tidak mengubah sifat karena minuman rasa
kimia dan buah mengandung sari
buah kurang dari 10%
kandungannya dengan bahan tambahan
lain
Pernyataan murni atau
pernyataan 100%
hanya dapat
digunakan untuk
produk pangan yang
tidak ditambahkan atau
dicampur dengan bahan
lain

100% MURNI
Pernyataan
“dibuat dari…”
hanya dapat
digunakan bila
produk yang
bersangkutan
seluruhnya
terdiri dari satu
bahan
Pernyataan “dibuat dengan…” atau “berisi…”
dapat digunakan bila produk terdiri dari
beberapa bahan
Iklan Minuman Beralkohol
• Setiap orang dilarang
mengiklankan
minuman beralkohol
dalam media massa
apapun.
• Tidak mempengaruhi
atau merangsang
khalayak untuk mulai
meminum minuman
beralkohol
Iklan Pangan yang Menyertakan
Undian, Sayembara dan Hadiah
• “syarat dan ketentuan berlaku”
dalam iklan harus harus mudah
terbaca, diikuti dengan keterangan
yang menjelaskan di mana dan
bagaimana memenuhi persyaratan
dan ketentuan tersebut.
• Dilarang mensyaratkan “selama
persediaan masih ada“ atau
ungkapan lain yang sejenisnya.
Iklan Pangan Halal
Kata halal tidak boleh dieksploitasi.
Eksploitasi kata halal adalah penggunaan label halal atau
kata halal sebagai pesan utama yangdikampanyekan dengan
tujuan untuk merayu, membujuk atau mempengaruhi proses
pembelian. Kata halal hanya boleh dicantumkan sebagai
informasi atau fakta
Kata halal hanya
dapat disiarkan
sesudah produk
tersebut memperoleh
sertifikasi halal dari
lembaga yang
berwenang
PENUTUP
KESIMPULAN
1. BPOM melakukan inisiasi dalam rangka meningkatkan efektifitas pengawasan Obat dan
Makanan di daerah melalui pengajuan usulan DAK BPOM untuk fungsi Pengawasan Obat
dan Makanan dengan salah satu sasaran Pengawasan Makanan Minuman IRT baik Pre
Market maupun Post Market.
2. Pengawasan post-market pada produk makanan minuman IRT meliputi pengawasan
keamanan produk PIRT (sampling dan uji produk), pengawasan label dan iklan PIRT.
3. Diperlukan koordinasi antara BPOM dengan Dinas Kesehatan Kab/Kota dalam pelaksanaan
sampling dan pengujian untuk mengoptimalkan pengawasan keamanan pangan di daerah
4. Label dan Iklan produk PIRT masih banyak ditemukan TMK sehingga perlu dilakukan
peningkatan kapasitas Petugas Pengawas Daerah/DFI.
5. Tahun 2022, akan ditetapkan kesepakatan target pengawasan label dan iklan PIRT setelah
dilakukan Bimtek Pengawasan Label dan Iklan Pangan di TA 2021.
bpom_ri
deputi3badanpom

Anda mungkin juga menyukai