Anda di halaman 1dari 9

Kekuasaan

Peradilan
Agama

Presented by
- KELOMPOK 3 -
Perkara dapat diartikan sebagai masalah atau persoalan yang memerlukan
penyelesaian. Dalam pengetian perkara tersimpul dua keadaan, yaitu ada perselisihan
LEARNING OBJECTIVES
dan tidak ada perselisihan. Perselisihan atau persengketaaan itu tidak dapat diselesaikan
oleh pihak-pihak sendiri, melainkan memerlukan penyelesaian melalui pengadilan
sebagai instansi yang berwenang dan tidak memihak. Hakim dalam menjalankan tugas
berdasarkan Jurisdictio Contentiosa harus bersifat bebas dari pengaruh atau tekanan
dari pihak mana pun (independent Justice). Maka dari itu mari kita kenali jenis – jenis
perkara yang ada di peradilan agama antara lain :

01 02 03 04
PERKAWINAN WARIS
Dalam perkara waris, yang WASIAT HIBAH
Perkara perkawinan menjadi tugas dan Perbuatan seseorang pemberian suatu benda
adalah perselisihan wewenang Pengadilan memberikan sesuatu secara sukarela dan
yang terjadi antara Agama disebutkan kepada orang lain atau tanpa imbalan dari
berdasarkan penjelasan lembaga/badan hukum,
seorang suami dan Pasal 49 huruf b Undang- seseorang atau badan
yang berlaku setelah
seorang istri Undang Nomor 3 Tahun hukum kepada orang
yang memberi tersebut
sehingga 2006 tentang Perubahan
meninggal dunia. lain atau badan hukum
menimbulkan atas Undang-Undang
untuk dimiliki
Nomor 7 Tahun 1989
perkara. tentang Peradilan Agama
05
WAKAF 06
perbuatan seseorang ZAKAT
(wakif) untuk harta yang wajib 08
memisahkan dan/ disisihkan oleh 07
menyerahkan sebagian
harta benda miliknya
seorag Muslim atau
INFAQ SHADAQAH 09
untuk dimanfaatkan badan hukum yang Perbuatan seseorang
perbuatan seseorang
selamanya sesuai dengan dimiliki oleh orang memberikan sesuatu memberikan sesuatu
kepentingannya guna Muslim sesuai kepada orang lain guna kepada orang lain atau
EKONOMI SYARIAH
keperluan ibadah dengan ketentuan menutupi kebutuhan, baik lembaga/badan hukum
Ekonomi syari’ah
dan/atau kesejahteraan syari’ah untuk berupa makanan, secara spontan dan
diartikan
umum menurut syari’ah.
diberikan kepada minuman, mendermakan, sukarela tanpa dibatasi dengan:
yang berhak memberikan rizqi oleh waktu dan jumlah “Perbuatan atau
menerimanya
(karunia), atau
tertentu dengan kegiatan usaha
menafkahkan sesuatu
mengharap ridha Allah yang
kepada orang lain dilaksanakan
berdasarkan rasa ikhlash, dan pahala semata.
dan karena Allah
menurut prinsip
Subhanahu Wata’ala. syari’ah.
GANJALAN TERHADAP KEKUASAAN PA

Pasal 50 UU Nomor 7 Tahun 1989 Umum UU Nomor 7 Tahun 1989 Angka 2


Pasal 86 ayat 2 UU Nomor 7 Tahun 1989

Adapun ganjalan yang terdapat pada pelaksanaan kekuasaaan peradilan agama yaitu ada pada Pasal 86 ayat
(2) UU No.7 Tahun 1989, yang berbunyi “Jika ada tututan pihak ketiga, maka pengadilan menundaterlebih
dahuluperkara hartabersamatersebut sampai ada putusan engadilan dalam lingkunganperadilan umum yang
telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap tentang hal itu.” Apa pengertian pihak ketiga disini, apakah
selain suami istri yang bersangkutan, misalnya anak kandung mereka, orang tua kandung mereka, orang lain
sama sekali, atau siapa. Mengapa harta bersama sebagai akibat dari cerai talak seperti dijumpai dalam Pasal
66 ayat (5) tidak memuat ketentuan sepertidijumpai dalam Pasal 86 ayat (2) ini, apakah harta bersama
karena cerai talak berlainan dengan harta bersama karena cerai gugat, selanjutnya apakah harta
bersamaperkawinan, bila menyangkut pihak ketiga dianggap terlepas dari perkawa perkawinan bagi orang
islam.
Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977

Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perubahan


Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1973 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, membahas
tentang peran kekuasaan peradilan agama dalam perkawinan.

Pasal 12 tersebut menyatakan bahwa putusan Pengadilan Agama dalam perkara perkawinan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap tidak dapat diganggu gugat lagi di Pengadilan Negeri atau
pengadilan lainnya.

Pasal ini dimaksudkan untuk menegaskan otoritas dan kekuasaan Pengadilan Agama dalam
menyelesaikan perkara perkawinan dan untuk menjaga kepastian hukum dalam hal tersebut.
Dari ke-sembilan yang disebutkan, tidak semua itu dalam
peradilan itu berjalan sebagai semestinya. Beberapa
keganjalan-ganjalan pasti ada, ganjala tersebut yaitu
berasarkan beberapa pasal dan juga penjelasan dari pasal
itu. Adapun ganjalan tersebut yaitu :

1. Pasal 50 UU Nomer 7 Tahun 1989


2. Umum UU Nomor 7 Tahun 1989 Angka 2
3. Pasal 86 ayat 2 UU Nomor 7 Tahun 1989
4. Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977
PRESENTATION
COMPLETED

Karena dimulai, maka juga akan di akhiri.


Jika di akhiri Tanpa memulai itu bukan
presentasi tapi masalah HATI.

Sekian Presentasi dari Kelompok kami.


TERIMA KASIH
SEE YOU!

Anda mungkin juga menyukai