Anda di halaman 1dari 21

SEPAK BOLA PUN,

AGAMA
Bicara
AGAMA ...?

konotasi orang
pada umumnya
langsung tertuju
pada Tuhan atau
segala yang terkait
denganNya

Itulah gambaran atau bentuk


refleksi dari pemahaman agama
yang dangkal dan sempit
1. Ada proses pereduksian dan perancuan makna
agama yg telah berlangsung berabad-abad
2. Ada kepentingan politik (organisasi, partai,
aliran/faham)
3. Ada kepentingan budaya, ekonomi (pariwisata)
4. Pemaknaan agama yang keliru justru mendapat
pembenaran publik
perlukah ada
definisi agama
yang baku?

kenyataannya sampai sekarangpun


belum dijumpai definisi agama yang
bisa diterima oleh semua umat
beragama.
agama tidaklah
sesempit dugaan
manusia

agama melingkupi seluruh


aspek kehidupan manusia

TIDAK dianjurkan memahami agama dari


definisi dan perilaku umatnya, tapi DIANJURKAN
memahami dari substansi ajarannya
SUBSTANSI AGAMA
(SISTEM AJARANNYA)

SISTEM
KEPERCAYAAN

SISTEM SISTEM
PERIBADATAN PERILAKU

Tiga sistem itu satu kesatuan, dan menjadi


tolok ukur apakah agama layak disebut agama
Sistem Kepercayaan
► Agama mengandung ajaran tentang
ketuhanan yang diyakini atau dipercayai
► Kepercayaan, ialah suatu keyakinan atau
pengakuan terhadap eksistensi Tuhan
yang menciptakan dan menguasai
manusia beserta seluruh alam semesta
► Sistem kepercayaan menjadi dasar utama
dalam beragama

bukan agama
jika tidak mengajarkan kepercayaan tentang eksistensi Tuhan
Siapakah Tuhan?

• Setiap agama memiliki konsep ketuhanan


yang berbeda
• “Tuhan” didefinisikan menurut persepsi
subyektif sang pencipta agama
• Menurut sejarah keagamaan terdapat
konsep ketuhanan: dinamisme, animisme,
politeisme, henoteisme, dan monoteisme
■ konsep dinamisme: ‘Tuhan’ dilambangkan
dengan kekuatan gaib yang yang terdapat pada
benda-benda tertentu, seperti benda pusaka atau
jimat.
■ konsep animisme, ‘Tuhan’ dilambangkan dengan
roh yang berada di setiap benda dan tempat (roh
≠ nyawa), contoh: roh leluhur, ‘Dhanyang’, dsb.
■ konsep politeisme, ‘Tuhan’ dilambangkan
dengan dewa-dewa yang berwujud menyerupai
manusia dengan segala sifat dan perilakunya
■ konsep henoteisme, yang mengakui hanya satu
dewa untuk satu bangsa, dan setiap bangsa
mempunyai ‘Tuhan Nasional’ masing-masing
■ konsep monoteisme (nisbi), konsep ketuhanan
politeisme yang mengandung monoteisme atau
monoteisme yang mengandung politeisme, seperti
faham ‘Trimurti’, ‘Trinitas’, dsb.
■ konsep monoteisme (mutlak), bahwa Tuhan
yang dimaksud ialah Tuhan Yang Esa, yang berarti
tunggal, tiada sekutu bagiNya
Sistem Peribadatan
► Manifestasi dari kepercayaan, yang berisi
peraturan dan pedoman tentang tatacara
berhubungan dengan Tuhan, seperti
penyembahan, pemujaan/do’a kepadaNya
► Kepercayaan sebagai dasar beragama, dan
peribadatan sebagai pokok dari agama

bukan agama
jika tidak mengajarkan sistem kepercayaan
sekaligus sistem peribadatan
Sistem Perilaku
► Agama sebagai sumber pendidikan kemanusiaan,
karena mengajarkan nilai-nilai atau norma-norma
yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku,
baik terhadap dirinya sendiri, sesama manusia
maupun makhluk lain dan seluruh alam semesta
► Pokok ajaran agama yang paling vital dan
fundamental bagi kehidupan, karena di
sinilah letak jatidiri manusia

bukan agama
jika tidak mengajarkan sistem kepercayaan,
sistem peribadatan, dan sistem perilaku
Kekalnya suatu bangsa bersama tegaknya akhlak,
maka hancurnya pun bersama lenyapnya akhlak
bangsa itu.
(sya’ir dari pujangga Syauki Beik)

agama adalah totalitas dari sistem


kepercayaan, sistem peribadatan dan sistem
perilaku yang menjadi pedoman untuk
memperoleh keselamatan, kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup manusia
Agama Untuk Siapa?
manusia yang menjadi subyek agama, bukan
agama itu sendiri, dan bukan pula Tuhan
Sang Pencipta agama itu

agama tidak mempunyai otoritas untuk


mengagamakan manusia, apalagi
memaksa manusia untuk beragama
‘Agama’
berkata:

”kalaupun seluruh umat jin dan manusia


berduyun-duyun meninggalkan aku, aku
tetap tenang-tenang saja, karena aku
tidak akan merugi sedikitpun”.
agama bukanlah untuk kepentingan Tuhan,
tetapi untuk kepentingan manusia sendiri

Manusia yang butuh agama,


bukan agama yang butuh manusia
Mengapa Manusia Beragama?

Fithrah Manusia

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada


agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada
perubahan pada fitrah Allah (QS. Ar-Ruum 30)

Fitrah itu ciptaan Tuhan. Manusia


diciptakan mempunyai naluri beragama
Kebutuhan hidup manusia

perlu norma yang


mampu mengikat
setiap insan tunduk
pada aturan sosial.
Yang memadai
hanya agama
Kebutuhan hidup manusia

Kebutuhan Kebutuhan
material immaterial
(jasmani) (ruhani)

Harus ada keseimbangan


TANPA pelibatan domain agama mustahil
keduanya bisa dipenuhi secara seimbang
Agama selalu menjadi teman setia mendampingi
sejarah umat manusia (Utsman, 2004)
Agama adalah “sacred canopy” yang sampai
kapanpun akan melindungi manusia dari chaos
(Sosiolog Peter L.Berger)
Agama merupakan semesta simbolik yang selalu
memberi makna pada kehidupan manusia
(Sasongko, 2004)
Selama manusia masih memiliki naluri cemas dan
mengharap, maka selama itu pula ia berhubungan
dengan Tuhan (beragama) (William James)

AGAMA KEBUTUHAN MANUSIA PALING AZASI


Sekian

Terima Kasih
atas perhatian Anda

Anda mungkin juga menyukai