Pendekatan klasik dalam perencanaan (technocratic analysis) bertumpu pada peran elit politik sebagai motor perencanaan dan pembangunan; The Iron Ekonom sebagai tangan kanan elit dalam hal perencanaan Triangle pembangunan; Elit politik adalah mereka yang mampu mempengaruhi masa dan memiliki legitimasi untuk menggerakkan pemerintahan. Mahasiswa sebagai kelompok elit Pemerintahan Hindia-Belanda hanya membolehkan sekelompok kecil orang untuk bersekolah di Universitas; Anak-anak pejabat/raja yang dekat dengan kekuasaan mampu mengakses universitas-universitas di Eropa (termasuk Belanda); dan Universitas dalam negeri. Ilmu pengetahuan baru dan pemikiran baru menjadikan pemuda tersebut mampu merumuskan perasaan mereka ke dalam kesepakatan bersama; Mahasiswa menjadi Sebagian kecil anggota masyarakat yang berlandaskan sains sebagai penerus bangsa; Soekarno Soeharto Era B.J Habibie Kepemimpinan dan Abdul Rachman Wahid Perencanaan Pembangunan Megawati Susilo Bambang Yudhoyono Joko Widodo Soekarno
Sebagai negara baru
merdeka, Ekonomi berfokus pembangunan kepada Soekarno: bermula dari pembangunan Mempertahankan pembentukan industri dan kekuasaan melalui struktur politik nasionalisasi pabrik- demokrasi dalam negeri dan pabrik yang dikelola terpimpin; lobi luar negeri oleh pemerintahan untuk pengakuan Hindia-Belanda; internasional; Arah Pembangunan Nasional Pembentukan Dewan Perancang Nasional (DEPERNAS) Hasil estimasi pembangunan ekonomi, dan proyeksi kependudukan jauh dari kata tepat karena menggunakan pendekatan yang sangat sederhana. Dengan sosialisme “model Indonesia” Soekarno berusaha membangkitkan kebudayaan Nusantara sebagai bagian dari perekonomian; Kesalahan-kesalahan model perencanaan ekonomi membawa Indonesia ke masa krisis (hiper- inflasi) Soeharto dan Perencanaan Pembangunan Soeharto menggunakan pendekatan authoritarian developmental state dalam memimpin pembangunan di Indonesia; Teknokrat (ekonom) dan militer membentuk koalisi dalam merespon krisis masa kepemimpinan sebelumnya (Soekarno); Soeharto menderegulasi ekonomi namun memberikan kewenangan yang besar pada konglomerat “Trickle down effect” Pembentukan Bappenas tahun 1963 dan mulai efektif menjadi pusat perencanaan pembangunan nasional tahun 1967; Social Policy INPRES (instruksi Presiden): Hasil tekanan mahasiswa dan akademisi untuk memperhatikan pemerataan ekonomi sebagai alternatif pembangunan nasional; GBHN dan Repelita (Rencana pembangunan lima tahun) Repelita I-V: Pembenahan infrastruktur, pembangunan luar jawa, industri padat karya dan ekspor, perbaikan fasilitas publik transportasi dan komunikasi B.J Habibie Indonesia terbiasa untuk melakukan pembenahan Ketika terjadi krisis besar, sehingga perencanaan pembangunan seringkali bersifat reaktif daripada rencana matang; Desentralisasi menjadi agenda utama dalam pembangunan untuk meredam gejolak daerah; Stabilitas nilai tukar mata uang dan mengundang kembali investasi asing (termasuk impor barang); Penguatan ekonomi mikro sebagai respon kebijakan sentralisasi ekonomi periode orde baru; Ekonomi Kerakyatan menjadi slogan baru untuk mendorong UMKM dan Koperasi sebagai penopang ekonomi; Dari Pencapaian ke Kritik Desentralisasi yang bersifat tiba-tiba mendorong lepasnya Timor Timur; Politisi daerah yang “beringas” dan budaya korupsi yang mengakar tidak mendukung pemerintahan B.J. Habibie untuk tetap berlanjut; (Laporan keuangannya ditolak oleh MPR) Sektor Keuangan dan Perbankan sudah terbiasa dengan perjanjian di bawah meja; Dalam waktu kurang dari satu tahun, B.J Habibie harus menghadapi skandal perbankan yang menggelapkan modal serta laporan keuangan karena budaya korupsi; Abdul Rahman Wahid dan Megawati Penyelesaian masalah konflik horizontal yang bermunculan setelah periode sentralisasi berakhir; (menciptakan kestabilan ekonomi) Dampak dari kebijakan era peralihan menjadikan perencanaan pembangunan mulai bersifat partisipatoris; Ekonomi menjadi lebih liberal karena ada syarat hutang IMF yang mengharuskan Indonesia untuk melepaskan aset-aset dan subsidi negara; Susilo Bambang Yudhoyono-Joko Widodo Pengalihan subsidi BBM era SBY ke Subsidi/ Beasiswa Pendidikan (terutama kampus negeri) Menuju negara developmentalis dengan deregulasi dan pembangunan infrastuktur; Jokowi: orientasi Statist-nationalist (Warburton, 2016)