Lapsus
Lapsus
\
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
K eluh an Utama
Men gamuk dan G el i s ah
\
LAPORAN KASUS
Ri wayat Pen yaki t S ebel u mnya
- Riway at Gang guan Ps i ki at ri k Seb elum nya : (-)
- P en ggunaan Z at P si ko ak t i f ( +)
2 m inggu yang l al u, al kohol (-) , m erokok (+)
\
LAPORAN KASUS
Timelin e Perjal an an P eny aki t P asien
\
LAPORAN KASUS
\
LAPORAN KASUS
\
LAPORAN KASUS
\
LAPORAN KASUS
\
LAPORAN KASUS
\
LAPORAN KASUS
R I WAYAT K E H I D U PA N P R I B A D I
A. Riwayat Premorbid
1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontan, cukup bulan, ditolong oleh bidan.
2. Anak : Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami kejang dan keterlambatan perkembangan (-).
3. Remaja : Menurut pasien, beliau suka menyendiri dan mengurung diri karena takut dan tidak percaya diri.
C. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama tidak ada.
\
LAPORAN KASUS
R I WAYAT K E H I D U PA N P R I B A D I
D. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP).
E. Riwayat Pekerjaan
Kenek supir mobil sayur
F. R i w a y a t P e r n i k a h a n
Belum menikah
G. Agama
Pasien beragama Islam
H. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien tinggal bersama ibu dan kakaknya, ekonomi menengah ke bawah
I. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib sebelumnya.
\
LAPORAN KASUS
P E M E R I K S A A N S TAT U S M E N TA L
A. D e s k r i p s i U m u m
1. Penampilan: Pasien berjenis kelamin Laki-laki berusia 29 tahun, pada saat wawancara
pasien menggunakan baju lengan pendek berwarna merah dan celana panjang berwarna
hitam. Penampilan sesuai dengan usia. Perawatan diri kurang baik. Kulit sawo matang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor Pasien kooperatif
3. Sikap terhadap pemeriksa: Kontak dengan pemeriksa ada, kooperatif terhadap pemeriks
LAPORAN KASUS
P E M E R I K S A A N S TAT U S M E N TA L
B. Mood dan Afek
1. Mood : Eutimik
2. Afek : Luas
C. Pembicaraan
1. Spontanitas : Spontan
2. Kecepatan : Normal
3. Intonasi : Datar
4. Artikulasi : Jelas
5. Produksi suara : Lancar
LAPORAN KASUS
P E M E R I K S A A N S TAT U S M E N TA L
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi:
- Halusinasi visual tidak ada
- Halusinasi auditorik ada
- Halusinasi taktil tidak ada
E. Pikiran
2. Proses dan bentuk pikiran: Koheren
a) Kontinuitas : kontinu
b) Hendaya berbahasa : tidak ada
2. Isi Pikiran : Sesuai
LAPORAN KASUS
P E M E R I K S A A N S TAT U S M E N TA L
F. K e s a d a r a n d a n K o g n i s i
1. Ti n g k a t K e s a d a r a n : CM
2. Orientasi
1. Wa k t u : Baik
2. Te m p a t : Ti d a k B a i k
3. Orang : Baik
3. Daya Ingat : Baik
4. Konsentrasi dan Perhatian : Baik
5. Membaca menulis : Mampu
6. K e m a m p u a n Vi s u o s p a s i a l : Pasien kesulitan menjelaskan perjalanan ke RS
7. Kemampuan menolong diri : Baik pasien bisa makan, minum, dan mandi sendiri
LAPORAN KASUS
P E M E R I K S A A N S TAT U S M E N TA L
G. Pengendalian Impuls
Impulsivitas tidak terganggu
H. Daya Nilai
1. Penilaian Realita : RTA t e r g a n g g u
2. Ti l i k a n : Derajat 2
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
1. Kesadaran : Compos Mentis.
2. Ta n d a Vi t a l : T D : 1 0 9 / 7 0 m m H g , N : 7 6 x / m e n i t , R R : 2 0 x / m e n i t , T: 3 6 , 9 o C , B B : 6 0 k g , T B : 1 6 0
cm
3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-), Sklera ikterik (-), mulut kering (-),
mata cekung (-).
4. Thorax : B J I d a n I I N o r m a l , G a l l o p ( - ) , M u r m u r ( - ) , Ve s i k u l e r n o r m a l ( + ) , W h e e z i n g ( - ) ,
Ronkhi (-).
5. Abdomen : D a t a r, l e m a s , n y e r i t e k a n e p i g a s t r i u m ( - ) , B U ( + ) n o r m a l P e m b e s a r a n h e p a r d a n l i e n
(-).
6. Ekstremitas : H a n g a t , e d e m a ( - ) , s i a n o s i s ( - ) , C RT < 2 d e t i k
LAPORAN KASUS
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
B. Status Neurologikus
1. GCS :15
2. Fungsi sensorik tidak terganggu
3. Fungsi motorik tidak terganggu
4. Ekstrapiramidal sindrom tidak ditemukan gejala
5. Refleks fisiologis normal
6. Refleks patologis tidak ditemukan
LAPORAN KASUS
FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I
• Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak terdapat penyakit yang menyebabkan
disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta orientasi
yang kurang baik, sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental Organik (F0).
• Dari anamnesis diketahui bahwa pasien terdapat gejala psikotik akut yang ditandai dengan adanya perubahan
perilaku pasien sering berbicara sendiri, senyum sendiri, menangis, tertawa sendiri tanpa sebab yang jelas,
g e l i s a h d a n s u s a h t i d u r.
• Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, diketahui bahwa pasien merokok, sehari
dapat menghabiskan 1 setengah bungkus, mengkonsumsi sabu-sabu mempunyai riwayat mengonsumsi zat
psikoaktif selama 5 tahun. Penggunaan terakhir 2 minggu yang lalu
Aksis III
Pada diagnosis multiaksial aksis III, tidak terdapat diagnosis
Aksis IV
P a d a d i a g n o s i s m u l t i a k s i a l a k s i s I V, t e r d a p a t m a s a l a h d i l i n g k u n g a n k e l u a r g a n y a k a r e n a p r i m a r y s u p p o r t g r o u p
Aksis V
Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat dilakukan pemeriksaan, yaitu 90-81
gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
LAPORAN KASUS
D A F TA R M A S A L A H
Organobiologik:
-
Psikologik
gelisah, lebih sensitif, melamun, menyendiri, gangguan isi pikir berupa miskin isi pikir. halusinasi auditorik (+)
Risperidone merupakan APG-II mempunyai mekanisme kerja melalui interaksi antara serotonin dan dopamin pada ke 4 jalur dopamin di otak. Risperidone
merupakan antipsikotika pertama setelah clozapin yang mendapat persetujuan FDA.
Levodopa adalah agonis dopamin yang bekerja dengan cara mengembalikan keseimbangan dopamin di otak, nemun memiliki efek samping mual dan rasa
berdebar di dada
THP (trihexyphenidyl) atau golongan antikolinergik bertujuan untuk menghindari gejala ekstrapiramidal yang biasanya menjadi efek samping obat antipsikotik.
Psikoterapi terhadap pasien dan keluarga juga penting dalam menangani pasien dengan gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia.
Psikoterapi pada pasien ini terdiri dari ventiliasi, konseling, dan psikoedukasi terhadap pasien dan keluarga.
TERIMA
KASIH