Anda di halaman 1dari 23

HUKUM ADAT

 Adat merupakan cerminan dari


kepribadian suatu bangsa yang
merupakan penjelmaan dari jiwa bangsa
selama berabad-abad.

 Adat/Adah adalah istilah dari bahasa arab


yang berarti KEBIASAAN
 Istilah Hukum Adat yang mengandung arti
kebiasaan ini sudah lama dikenal di Indonesia
seperti di Aceh Darussalam pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
 istilah hukum adat ini telah dipergunakan, ini
ditemukan di dalam kitab hukum “Safinatul
Hukkam Fi Takhlisil Khassam” yang ditulis oleh
Jalaluddin bin Syeh Muhammad Kamaludin
anak Kadhi Baginda Khatib negeri terussan atas
perintah Sultan Alaiddin Johan Syah (1781-
1895)
 Didalam mukadimah kitab hukum acara tersebut
dikatakan bahwa dalam memeriksa perkara
seorang Hakim haruslah memperhatikan Hukum
Syara, Hukum Adat serta Adat

 Kemudian istilah ini dicatat oleh Chistian Snouck


Hurgronje, ketika ia melakukan penelitian di Aceh
pada tahun 1891-1892 untuk kepentingan pemeri
ntah penjajah Belanda, yang menerjemahkannya
ke dalam istilah bahasa Belanda “Adat Recht”,
untuk membedakan antara kebiasaan atau
pendirian dengan adat yang memiliki sanksi hukum
 Hasil penelitian Hugronje ini menghasilkan sebuah
buku yang kemudian diberi judul De Atjehers
(Orang-orang Aceh) pada tahun 1894. Sejak itulah
Hugronje disebut sebagai orang yang pertama
menggunakan istilah “Adat Recht” yang kemudian
diterjemahkan sebagai Hukum Adat.

 Istilah ini kemudian menjadi terkenal sejak


digunakan oleh Cornelis van Vollenhoven dalam
tiga jilid bukunya yang berjudul Het Adat-Recht
van Nederlandsch Indie (Hukum Adat Hindia
Belanda).
DEFINISI ADAT
 Menurut Hazairin :
Renapan ( endapan ) kesusilaan dalam
masyarakat, yaitu bahwa kaidah – kaidah
adat itu berupa kaidah – kaidah kesusilaan
yang telah mendapat pengakuan umum
dalam masyarakat itu.
 Menurut Kusumadi Pudjosewojo

Adat adalah tingkah laku yang oleh dan dalam


suatu masyarakat ( sudah , sedang , akan )
diadatkan.

Adat = kebiasaan normatif yang dipertahankan


oleh masyarakat, walaupun tidak terus terulang,
pada saat-saat tertentu akan berulang dan
harus dilaksanakan, apabila tidak dilaksanakan
maka masyarakat akan mengadakan reaksi
ADAT ISTIADAT
 Adalah kebiasaan dalam suatu masyarakat
yang kemudian menjadi norma yang terus-
menerus hidup dan berkembang.
 Adat istiadat ini tidak memiliki sanksi hukum
tetapi hanya memunculkan celaan dan
sebagainya.
 Contoh: Kebiasaan seorang anak atau orang
yang lebih muda mencium tangan seseorang
yang lebih tua
PENGERTIAN HUKUM ADAT
 CORNELIS VAN VOLLENHOVEN
Hukum Adat adalah himpunan peraturan
tentang perilaku yang berlaku bagi orang
pribumi dan Timur Asing pada satu pihak
mempunyai sanksi (karena bersifat
hukum), dan pada pihak lain berada dalam
keadaan tidak dikodifikasikan (karena
adat) .
Menurut MR. B. TERHAAR

 Hukum Adat adalah keseluruhan aturan yg


menjelma dalam keputusan-keputusan
para fungsionaris hukum (meliputi:
eksekutif; legislatif; yudikatif) yg memiliki
kewibawaan serta pengaruh dan yang
dalam pelaksanaannya berlaku serta
merta dan ditaati dengan sepenuh hati.
 Menurut Soekanto

Kompleks adat-adat yang


kebanyakan tidak dikitabkan, tidak
dikodifikasikan dan bersifat paksaan
memiliki sanksi (dari hukum itu)
 Menurut Prof Bushar Muhammad S.H

Hukum yang mengatur tingkah laku manusia


Indonesia dalam hubungan satu sama lain, baik
berupa keseluruhan kelaziman, kebiasaan dan
kesusilaan yang benar-benar hidup di masyarakat
adat karena dianut serta dipertahankan oleh
masyarakat adat, maupun berupa keseluruhan
peraturan-peraturan yang mengenai sanksi atas
pelanggaran yang ditetapkan dalam keputusan para
penguasa adat yang mempunyai kewibawaan dan
berkuasa memberikan keputusan dalam masyarakat
adat Yaitu dalam keputusan, lurah, penghulu, wali
tanah, kepala adat dan hakim.
 Menurut R Supomo
Hukum adat adalah sinonim dari hukum yg
tidak tertulis di dalam peraturan legislatif,
hukum yang hidup sebagai konvensi di
badan-badan hukum Negara (Parlemen,
Dewan Provinsi dan sebagainya) hukum
yang hidup sebagai peraturan kebiasaan
yang dipertahankan didalam pergaulan
hidup, baik dikota maupun di desa-desa.
 Menurut Soerojo Wignjodipoero
Suatu kompleks norma-norma yg
bersumber pada perasaan keadilan rakyat
yg selalu berkembang serta meliputi
peraturan tingkah laku manusia dalam
kehidupan sehari-hari dalam masyarakat,
sebagian besar tidak tertulis, senantiasa
ditaati dan dihormati oleh rakyat karena
memiliki akibat hukum (sanksi).
Menurut “Seminar Hukum Adat dan
Pembangunan Hukum Nasional”
Hukum adat diartikan sebagai hukum
Indonesia asli yang tidak tertulis dalam
bentuk perundang-undangan Republik
Indonesia yang disana-sini mengandung
unsur agama
UNSUR KEPATUHAN TERHADAP
HUKUM ADAT

 Unsur kenyataan
Bahwa adat itu dalam keadaan yg sama selalu dipatuhi
oleh masyarakat, kemudian secara berulang-ulang dan
berkesinambungan rakyat mentaati dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
 Unsur psikologis
Setelah hukum adat tersebut ajeg atau dilaksanakan
berulang-ulang yang dilakukan selanjutnya adalah
menumbuhkan keyakinan pada masyarakat bahwa adat
dimaksud mempunyai kekuatan hukum dan menimbulkan
kewajiban hukum (opinion yuris necessitates).
WUJUD HUKUM ADAT

 Hukum yang tidak tertulis


dan merupakan bagian yang terbesar berlaku di lingkungan
masyarakat adat.
 Hukum tertulis
yang merupakan bagian terkecil ditemui dilingkungan masyarakat
adat seperti, peraturan perundangan yang dikeluarkan oleh raja-
raja atau sultan-sultan dahulu, di Jawa disebut “pranataan-
pranataan”, di Bali disebut “ peswara-peswara/titiswara-titiswara”,
di Aceh disebut “sarakata-sarakata”.
 Uraian-uraian hukum secara tertulis
Lazimnya uraian-uraian ini merupakan suatu hasil penelitian yang
dibukukan seperti, buku hasil penelitian dari R Soepomo dengan
judul Hukum Adat Jawa Barat dan dari MM
Djojodigoeno/Tirtawinata dengan judul Hukum Perdata Adat Jawa
Tengah
DASAR HUKUM BERLAKUNYA
HUKUM ADAT

 UUD Negara Republik Indoensia 1945 Pasal 18 B


ayat (2) :
”Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam Undang-undang”.
 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Pasal 5 :
Hukum agraria yang berlaku atas bumi, air dan ruang
angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan
negara
 Undang-Undang Darurat No. 1 tahun 1951
Pasal 5 ayat (3) Sub b ;

Hukum materiil sipil dan untuk sementara waktu pun hukum materiil
pidana sipil yang sampai kini berlaku untuk kaula-kaula daerah
swapraja dan orang-orang yang dahulu diadili oleh Pengadilan
adat, ada tetap berlaku untuk kaula-kaula dan orang-orang itu
dengan pengertian : bahwa suatu perbuatan yang menurut hukum
yang hidup harus dianggap perbuatan pidana, akan tetapi tiada
bandingnya dalam Kitab Hukum Pidana Sipil, maka dianggap
diancam dengan hukuman yang tidak lebih dari tiga bulan penjara
dan / atau denda lima ratus rupiah, yaitu sebagai hukuman
pengganti bilamana hukuman adat yang dijatuhkan tidak diikuti
oleh pihak terhukum dan penggantian yang dimaksud dianggap
sepadan oleh hakim dengan besar kesalahan yang terhukum,
bahwa, bilamana hukuman adat yang dijatuhkan itu menurut
fikiran hakim melampaui padanya dengan hukuman kurungan atau
denda yang dimaksud diatas, maka atas kesalahan terdakwa
dapat dikenakan hukumannya pengganti setinggi 10 tahun
penjara, dengan pengertian bahwa hukuman adat yang menurut
faham hakim tidak selaras lagi dengan zaman senantiasa mesti
diganti seperti tersebut diatas, dan bahwa suatu perbuatan yang
menurut hukum yang hidup harus dianggap perbuatan pidana dan
yang ada bandingnya dalam Kitab Hukum Pidana Sipil, maka
dianggap diancam dengan hukuman yang sama dengan hukuman
bandingnya yang paling mirip kepada perbuatan pidana itu’
 Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, Pasal 6 :
1. Dalam rangka penegakan Hak Asasi Manusia,
perbedaan dan kebutuhan dalam masyarakat
hukum adat harus diperhatikan dan dilindungi
oleh hukum, masyarakat dan pemerintah
2. Identitas Budaya masyarakat hukum adat,
termasuk hak-hak tanah ulayat dilindungi,
selaras dengan perkembangan zaman’.
 Undang-Undang No. 32 tahun 2004
tentang Otonomi Daerah Pasal 2 (9) :
Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
 Undang – undang No. 48 tahun 2009 (perubahan
atas UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan
Kehakiman)
 Pasal 5
(1) Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan
memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.”

 Pasal 50
(1) Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan,
juga memuat pasal tertentu dari peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar
untuk mengadili. “

Anda mungkin juga menyukai