Anda di halaman 1dari 31

EMISI GAS RUMAH

KACA DARI
PEMBAKARAN
BIOMASSA
INTRODUCTIONS :

AGIM MAULANA 2210232053


RAFIQUL RAHMAN 2210233012
YURAFLI GUSTI RAHMAT HENDRI 2210233018
DEAN ADITYA PASHA 2210233031
HAMAD ZAKI RABBANI 2210233036
FAJAR NURSAFINGI 2210233040
What is Biomassa?

Biomassa adalah semua materi organik yang dapat digunakan sebagai sumber energi. Ini
mencakup bahan-bahan seperti tanaman, tumbuhan, kayu, limbah organik, serta limbah pertanian
dan hewan
What is Biomassa?

Biomassa atas permukaan (Above ground biomass) adalah semua material hidup di atas permukaan termasuk
bagian batang, tunggul, cabang, kulit kayu, biji dan daun dari vegetasi.

Sedangkan, Biomassa di bawah permukaan tanah (Below Ground Biomass/BGB) adalah total berat atau massa dari
seluruh bagian tumbuhan yang berada di bawah permukaan tanah.
Emisi COշ
Emisi Non COշ
Jenis-jenis Biomassa:

Limbah Kayu: Sisa kayu dari industri


kayu atau konstruksi juga dapat
dijadikan biomassa

Kayu Bakar: Salah satu bentuk


biomassa paling tradisional adalah kayu
bakar.

.
Jenis-jenis Biomassa:
Limbah Pertanian: Biomassa juga dapat berasal dari limbah
pertanian, seperti jerami, sekam padi, batang jagung, dan
bagian tanaman lainnya yang tidak digunakan setelah
panen.

Limbah Organik: Limbah organik dari dapur, seperti sisa-sisa


makanan, dapat dijadikan biomassa.
.
Jenis-jenis Biomassa:

Limbah Hewan: Kotoran hewan seperti kotoran sapi


atau ayam dapat digunakan sebagai biomassa untuk
menghasilkan biogas dan energi atau digunakan
sebagai pupuk.

Bahan Tumbuhan Energi: Tanaman seperti bambu,


alang-alang, dan misalnya switchgrass dapat ditanam
dan digunakan sebagai biomassa
Limbah Pulp dan Kertas: Serat yang
digunakan dalam pembuatan kertas dapat
digunakan kembali sebagai biomassa untuk
menghasilkan energi.

Tanaman Energi: Beberapa tanaman


khusus, seperti jerami gandum atau
tanaman energi seperti miscanthus, dapat
ditanam dengan tujuan utama sebagai
sumber biomassa energi.

Limbah Industri: Beberapa industri


menghasilkan limbah yang dapat diubah
menjadi biomassa, seperti limbah kayu dari
pabrik mebel atau limbah kayu dari pabrik
kertas.

.
PROSES PEMBAKARAN BIOMASSA

Proses pembakaran biomassa adalah reaksi kimia di mana


biomassa, seperti kayu, jerami, atau limbah organik, teroksidasi
dengan udara atau oksigen untuk menghasilkan energi panas.
Proses ini dapat digambarkan secara umum sebagai berikut:

• Pengumpanan Biomassa: Biomassa yang telah dipersiapkan, seperti potongan kayu atau
jerami, dimasukkan ke dalam tungku atau daerah pembakaran. Ini adalah langkah pertama
dalam proses pembakaran biomassa.

• Pemanasan Awal: Biomassa dihangatkan hingga mencapai suhu di mana reaksi kimia
pembakaran dapat dimulai. Pemanasan awal dapat dilakukan dengan menggunakan
pemanas eksternal atau api yang dihasilkan dari pembakaran biomassa sebelumnya.

• Pirolisis: Pirolisis adalah proses awal di mana biomassa terurai menjadi komponen-
komponen yang lebih sederhana dalam kondisi tanpa oksigen atau oksigen terbatas. Proses
ini menghasilkan gas-gas seperti karbon monoksida (CO), hidrogen (H2), dan metana
(CH4), serta senyawa-senyawa organik seperti tar dan piroliken.
Pembakaran Utama: Setelah pirolisis, gas-gas yang dihasilkan dan biomassa yang belum
terbakar terpapar oksigen dari udara. Ini menyebabkan reaksi kimia pembakaran utama, di mana
gas-gas ini terbakar untuk menghasilkan panas, karbon dioksida (CO2), dan uap air (H2O).

Pemanasan Fluida Kerja (Boiler): Dalam sistem pembangkit listrik atau pemanasan, panas
yang dihasilkan selama pembakaran biomassa digunakan untuk memanaskan fluida kerja seperti
air atau minyak termal. Ini akan menghasilkan uap yang dapat digunakan untuk menggerakkan
turbin dan menghasilkan listrik.

Pengendalian Emisi: Pada tahap ini, sistem pengendalian emisi digunakan untuk mengurangi
emisi gas beracun dan partikel debu yang dihasilkan selama pembakaran. Ini bisa mencakup
penggunaan penyaring debu, katalisator, atau teknologi lainnya.
Penggunaan Energi: Energi panas yang dihasilkan selama proses pembakaran dapat digunakan
untuk berbagai tujuan, seperti pemanasan bangunan, pembangkit listrik, atau bahkan sebagai
sumber panas untuk proses industri.

Pembersihan Abu dan Sisa Bakar: Setelah pembakaran selesai, sisa-sisa seperti abu dan
material yang tidak terbakar dapat tersisa. Ini perlu dibuang dengan benar atau bahkan dapat
digunakan kembali untuk berbagai tujuan seperti pupuk atau bahan bangunan.
EMISI GAS RUMAH KACA

Selama pembakaran biomassa, berbagai gas-gas rumah kaca dan polutan dilepaskan
ke atmosfer. Beberapa gas rumah kaca utama yang dilepaskan selama pembakaran
biomassa termasuk:

• Karbon Dioksida (CO2): CO2 adalah gas rumah kaca utama yang dilepaskan
selama pembakaran biomassa. Ini terjadi karena proses pembakaran melibatkan
oksidasi karbon dalam biomassa menjadi CO2.

• Metana (CH4): Meskipun emisi metana selama pembakaran biomassa tidak


sebesar emisi CO2, gas ini tetap merupakan gas rumah kaca yang lebih kuat dalam
menangkap panas di atmosfer.

• Nitrogen Oksida (NOx): Nitrogen oksida adalah kelompok gas yang meliputi
nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2)..
● Partikel Debu: Selama pembakaran biomassa, partikel debu atau partikulat
matter juga dapat dilepaskan ke atmosfer. Partikel ini dapat mencakup debu halus
dan aerosol yang dapat membawa senyawa-senyawa kimia yang berbahaya dan
berkontribusi pada polusi udara.

● Karbondioksida (CO): CO adalah produk sampingan pembakaran yang terjadi


ketika kondisi pembakaran tidak sempurna. Ini dapat dilepaskan dalam jumlah
yang signifikan selama proses pembakaran biomassa.
DAMPAK PADA LINGKUNGAN

Emisi gas rumah kaca dari pembakaran biomassa memiliki


dampak signifikan terhadap perubahan iklim dan lingkungan.
Beberapa dampak utama termasuk:

Efek Pemanasan Global: Emisi karbon dioksida (CO2) dari


pembakaran biomassa adalah kontributor utama terhadap
pemanasan global. CO2 adalah gas rumah kaca yang
memungkinkan sinar matahari masuk ke atmosfer Bumi tetapi
menghambat radiasi panas keluar, sehingga meningkatkan suhu
rata-rata planet ini. Akumulasi CO2 dalam atmosfer dari aktivitas
seperti pembakaran biomassa mengakibatkan pemanasan global
yang berkontribusi pada perubahan iklim, seperti peningkatan suhu
global, kenaikan permukaan laut, dan perubahan pola cuaca yang
ekstream.
Polusi Udara:

Selain CO2, pembakaran biomassa juga menghasilkan emisi gas polutan seperti
nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), dan partikel debu halus (PM2.5).
Polusi udara ini memiliki dampak negatif pada kualitas udara dan kesehatan manusia.
NOx dan SO2 dapat berkontribusi pada pembentukan hujan asam, yang merusak
ekosistem air dan tanah. Partikel debu halus dapat masuk ke saluran pernapasan
manusia dan menyebabkan masalah pernapasan, terutama pada kelompok rentan
seperti anak-anak dan lansia.

Kualitas Udara Lokal:

Pembakaran biomassa juga dapat memiliki dampak langsung pada kualitas udara
lokal di daerah di mana pembakaran tersebut terjadi. Asap dan polutan lainnya dapat
menghasilkan kabut asap yang tebal, mengurangi visibilitas, dan mengganggu
kualitas udara sehari-hari. Ini dapat memengaruhi kesehatan penduduk setempat dan
lingkungan sekitarnya.
Pengaruh Terhadap Ekosistem:

Perubahan iklim yang diakibatkan oleh emisi gas rumah kaca dari pembakaran
biomassa dapat memiliki dampak negatif pada ekosistem. Misalnya, perubahan
suhu dan pola curah hujan dapat mengganggu habitat alami dan memengaruhi
distribusi spesies tanaman dan hewan. Ini juga dapat menyebabkan gangguan
dalam ekosistem air seperti sungai dan danau.
PENYEBAB EMISI GAS RUMAH KACA
Jumlah emisi gas rumah kaca dari pembakaran biomassa dapat dipengaruhi
oleh sejumlah faktor yang berhubungan dengan jenis biomassa, kondisi
pembakaran, dan teknologi yang digunakan. Berikut adalah beberapa faktor
utama yang mempengaruhi emisi gas rumah kaca dalam konteks pembakaran
biomassa:

Jenis Biomassa: Jenis biomassa yang digunakan merupakan faktor penting


dalam menentukan emisi gas rumah kaca. Biomassa dapat berupa kayu,
jerami, sekam padi, limbah pertanian, limbah organik, atau jenis biomassa
lainnya.

Kandungan Air: Kandungan air dalam biomassa mempengaruhi emisi gas


rumah kaca selama pembakaran. Biomassa dengan kadar air yang tinggi
memerlukan lebih banyak energi untuk menguapkan air sebelum pembakaran
sebenarnya terjadi
● Kondisi Pembakaran: Kondisi pembakaran biomassa, termasuk suhu,
tekanan, dan durasi pembakaran, dapat memengaruhi emisi gas rumah
kaca. Pembakaran yang kurang sempurna atau tidak efisien dapat
menghasilkan lebih banyak emisi, termasuk CO2, CO, dan metana

● Teknologi Pembakaran: Jenis teknologi yang digunakan untuk


pembakaran biomassa juga berpengaruh besar. Teknologi yang lebih
efisien seperti boiler modern dengan kontrol emisi yang baik cenderung
menghasilkan emisi yang lebih rendah daripada tungku tradisional.

● Penggunaan Pengendalian Emisi: Penggunaan peralatan pengendalian


emisi seperti penyaring debu, katalisator, dan sistem pengendalian NOx
juga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran biomassa.

● Praktik Pengelolaan Biomassa: Cara biomassa dikelola sebelum


digunakan untuk pembakaran juga mempengaruhi emisi.
PENGURANGAN EMISI

Terdapat berbagai teknik dan praktik yang dapat digunakan untuk


mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari pembakaran biomassa di
bidang agroklima terapan. Berikut beberapa di antaranya:

1. Teknologi Pembakaran yang Lebih Efisien:

Gasifikasi: Mengubah biomassa menjadi gas bahan bakar dengan


oksigen terbatas. Ini menghasilkan lebih sedikit GRK dibandingkan
pembakaran langsung
.
Pembakaran bersih: Menggunakan teknologi pembakaran yang lebih
canggih dengan kontrol emisi yang baik untuk mengurangi GRK.

Efisiensi Termal Tinggi: Memastikan bahwa sistem pembakaran


memiliki efisiensi termal yang tinggi sehingga lebih sedikit biomassa
yang dibutuhkan untuk menghasilkan energi yang sama.
2. Pengelolaan Limbah Biomassa:
Pengomposan: Mengompos limbah biomassa untuk menghasilkan pupuk organik
daripada memusnahkannya melalui pembakaran.

Biogas: Mengubah limbah biomassa menjadi biogas melalui proses anaerobik, yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar atau sumber energi.

3. Penggunaan Energi Terbarukan:

Energi Matahari: Menggunakan energi matahari untuk menggantikan energi dari


biomassa.

Energi Angin: Membangun turbin angin untuk menghasilkan energi terbarukan.

Energi Hidro: Menggunakan air sebagai sumber energi.


4. Pengembangan Biomassa yang Lebih Ramah Lingkungan:

Biomassa Terbarukan: Menggunakan sumber biomassa yang


dapat diperbaharui seperti bambu atau tanaman cepat
tumbuh.
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan: Memastikan bahwa
biomassa yang digunakan berasal dari hutan yang dikelola
secara berkelanjutan sehingga tidak mengurangi cadangan
karbon.

5. Praktik Pertanian yang Berkelanjutan:

Penanaman Penutup Tanah: Menanam tanaman penutup tanah


untuk meningkatkan kualitas tanah dan mengurangi
pembakaran limbah biomassa.
Penggunaan Pupuk Organik: Menggantikan pupuk kimia
dengan pupuk organik yang dihasilkan dari limbah biomassa.

6. Pengendalian Emisi:

Penangkapan dan Pemurnian Emisi (CCS): Menggunakan


teknologi CCS untuk menangkap dan memurnikan GRK dari
pembakaran biomassa sebelum dilepaskan ke atmosfer.
7. Pendidikan dan Pelatihan: Melakukan pendidikan dan pelatihan kepada
petani dan pekerja pertanian tentang praktik-praktik berkelanjutan dan teknologi
yang dapat mengurangi emisi GRK.

8. Kebijakan dan Regulasi: Menerapkan kebijakan dan regulasi yang


mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan limbah
biomassa yang bijak, dan penggunaan energi terbarukan dalam pertanian.
DAMPAK PADA PERTANIAN

Perubahan iklim dan lingkungan yang diakibatkan oleh


pembakaran biomassa tentunya juga berimbas ke bidang pertanian

1. Efek Pemanasan Global


Kenaikan suhu dan perubahan iklim yang disebabkan oleh
pemanasan global menyebabkan petani kesulitan untuk
menentukan musim tanam padi. MT1 biasanya dimulai pada
tanggal 1 Agustus – Desember, MT 2 dimulai awal atau
pertengahan maret – akhir juni dan MT 3 biasanya diawali bulan
juli-oktober. Namun karena perubahan cuaca dan suhu yang
ekstrem, musim tanam yang seharusnya memiliki curah hujan
cukup terkadang menjadi musim kemarau atau menjadi musim
hujan yang menyebabkan padi yang baru ditanam tergenang
banjir.
Produktivitas Tanaman

Dampak pada ketahanan pangan akan terjadi akibat menurunnya


produktivitas tanaman karena terganggunya produktivitas
tanaman akibat perobahan pola presipitasi, penguapan, air
limpasan dan kelembaban tanah. Selain itu pemanasan global
juga berisiko terjadinya ledakan hama dan penyakit tanaman.
Perkembangan Organisme Pengganggu Tanaman

Dinamika perkembangan OPT sangat dipengaruhi oleh


lingkungan biotik dan abiotik, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Di alam, semua organisme dalam keadaan seimbang,
dengan adanya perubahan iklim dan beberapa campur tangan
manusia dalam pola budidaya tanaman memengaruhi dinamika
perkembangan OPT. Pengaruh perubahan iklim terhadap populasi
OPT sulit diprediksi, karena adanya keseimbangan antara OPT
dengan tanaman inang
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai