Anda di halaman 1dari 46

Konsep keselamatan pasien

di Klinik
KESELAMATAN PASIEN

 Peraturan Menteri Kesehatan nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan


Pasien, pasal 1:

Suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman, meliputi

Asesmen Risiko

Identifikasi dan Pengelolaan Risiko Pasien

Pelaporan dan Analisis Insiden

Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

Implementasi solusi

untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang


disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
DEFINISI KESELAMATAN PASIEN
(PMK 11 2017)

Suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman meliputi :

 asesmen risiko,
 identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien,
 pelaporan dan analisis insiden,
• meminimalkan
timbulnya risiko dan
 kemampuan belajar dari
• mencegah terjadinya cedera
insiden dan tindak lanjutnya,
 implementasi solusi yang disebabkan oleh :
• kesalahan akibat
melaksanakan suatu
tindakan atau
• tidak mengambil
tindakan yang seharusnya
diambil.
PELAPORAN IKP

7 Langkah Menuju
Keselamatan Pasien,
di antaranya:

Mengembangkan
sistem pelaporan
Memastikan staf fasilitas
pelayanan kesehatan mudah ► Setiap fasilitas pelayanan
untuk melaporkan insiden kesehatan harus melakukan
secara internal (lokal) maupun pelaporan insiden kepada KNKP
(Permenkes nomor 11 tahun 2017
eksternal (nasional) pasal 19 ayat 1).
PERMENKES NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG
KESELAMATAN PASIEN
1. Bangun sistem dan proses untuk
mengelola risiko
2. Identifikasi kemungkinan
terjadinya kesalahan
3. Sistem manajemen risiko 
a. Mengelola insiden secara
efektif
b. Mencegah kejadian terulang
kembali

KESELAMATAN PASIEN merupakan komponen kunci manajemen risiko dan harus diintegrasikan dengan
keselamatan staf, manajemen komplain, penanganan litigasi dan klaim, serta risiko keuangan dan lingkungan
PENGORGANISASIAN MUTU KLINIK

PENANGGUNGJAWAB
KLINIK

PENANGGUNGJAWAB
MUTU

KOORDINATOR KOORDINATOR
KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR KOORDINATOR
KESELAMATAN MANAJEMEN
PPI AUDIT INTERNAL K3 MFK
PASIEN RESIKO
PELAPORAN IKP

Tugas Tim Keselamatan


Pasien, di antaranya:
• Melakukan pencatatan, pelaporan
insiden, analisis insiden termasuk
melakukan RCA, dan mengembangkan
solusi untuk meningkatkan
Keselamatan Pasien

• Mengirim laporan insiden secara


kontinyu melalui e-reporting sesuai
dengan pedoman pelaporan insiden
PERHATIAN DALAM PELAPORAN IKP

Harus dijamin Anonim


keamanannya (tanpa identitas)

Tidak mudah
diakses oleh
Bersifat rahasia orang yang
tidak berhak

Peraturan Menteri Kesehatan nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien, pasal 19 ayat (4)
PEMBINAAN & PENGAWASAN

 Dalam pasal 33 Peraturan Menteri


Kesehatan nomor 11 tahun 2017
tentang Keselamatan Pasien
dinyatakan bahwa:

Menteri, Pemerintah Daerah


Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota secara
berjenjang melakukan pembinaan
dan pengawasan terhadap
kegiatan Keselamatan Pasien di
fasilitas pelayanan kesehatan
untuk peningkatan mutu
sesuai tugas dan fungsi masing- pelayanan kesehatan dan
masing Keselamatan Pasien
PERAN KNKP DALAM PELAPORAN IKP

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor HK.01.07/MENKES/


503/2020 tentang KOMITE NASIONAL KESELAMATAN PASIEN

 Pengarah
 Ketua
 Sekretaris
KNKP melakukan pengkajian
 Sub Komite Pengelolaan
dan memberikan umpan balik
Pelaporan Insiden, Evaluasi dan
(feedback) berupa
Monev Implementasi
rekomendasi Keselamatan
 Sub Komite Kerja Sama Antar
Pasien dalam rangka
Lembaga dan Hubungan
mencegah berulangnya
Internasional
kejadian yang sama di
 Sub Komite Ilmiah, Diklat dan
fasilitas pelayanan kesehatan
Pengembangan
lain secara nasional
 Sub Komite Hukum dan Aspek
(Permenkes 11/2017 pasal
Legal
20)
 Sekretariat
KESELAMAT
AN PASIEN

11
DEFINISI INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP): kejadian tidak


disengaja ketika memberikan yang asuhan kepada (care
management problem (CMP) atau pasien
kondisi yang berhubungan dengan
lingkungan di fasyankes termasuk infrastruktur, sarana prasarana
(service delivery problem (SDP), yang dapat berpotensi atau telah
menyebabkan bahaya bagi pasien.

Definisi kejadian sentinel dapat meliputi kejadian lainnya seperti


yang disyaratkan dalam peraturan atau dianggap sesuai oleh Klinik
untuk ditambahkan ke dalam daftar kejadian sentinel.

Tidak semua kesalahan menyebabkan kejadian sentinel, dan


tidak semua kejadian sentinelakibat suatu kesalahan.
6
Sistem Pelaporan dan Pembelajaran
Keselamatan Pasien Klinik (SP2KP-Klinik)

1 matriks SP2KP-Klinik meliputi :


2
a. Definisi jenis insiden :
• kejadian sentinel,
Laporan • KTD,
IKP investigasi • KTC,
Analisa
Internal • KNC
• KPCS,
b. Mekanisme pelaporan
3 insiden
pasien: keselamatan
• internal
Laporan
IKP
Rekomendasi • eksternal ke
& tindakan
Eksterna (belum).
KNKP.
l
c. Grading matriks risiko
d. Investigasi dan analisa
insiden (Termasuk
5 PEMBEiLAJARAN 4 Penyebab, Tipe Insiden)
e. Pembelajaran yang
7
telah
DEFINISI JENIS INSIDEN

a. Kejadian Sentinel suatu kejadian


tidak berhubungan yangdengan
Sentinel
perjalanan
penyakit pasien atau penyakit
yang mendasarinya yang terjadi pada
pasien.
b. Kejadian tidak diharapkan (KTD) adalah insiden
KPCS KTD keselamatan pasien yang menyebabkan cedera pada
pasien.
c. Kejadian tidak cedera (KTC) adalah insiden
keselamatan pasien yang sudah terpapar pada pasien
JENIS IKP namun tidak menyebabkan cedera.
d. Kejadian nyaris cedera (KNC) insiden keselamatan
pasien yang belum terpapar pada pasien.

KNC KTC e. Kondisi potensial cedera signifikan (KPCS)


adalah kondisi (selain dari proses penyakit atau
kondisi pasien itu sendiri) yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kejadian sentinel tapi
belum terjadi
KEJADIAN SENTINEL

Kejadian Sentinel suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan


penyakit pasien atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada pasien.
Kejadian sentinel, salah satu jenis IKP yang harus dilaporkan yang menyebabkan terjadinya
hal2 berikut ini:
a) Kematian.

b) Cedera permanen.

c) Cedera berat yang bersifat sementara / reversible.

 Cedera permanen : dampak yang dialami pasien yang bersifat ireversibel


akibat insiden yang dialaminya mis. kecacatan, kelumpuhan, kebutaan, tuli dsb.
 Cedera berat yang bersifat sementara : cedera yang bersifat kritis dan dapat
mengancam nyawa yang berlangsung dalam suatu kurun waktu tanpa terjadi
cedera permanen / gejala sisa, namun kondisi tersebut mengharuskan pemindahan
pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi /pengawasan pasien untuk jangka waktu
yang lama, pemindahan pasien ke tingkat perawatan yang lebih tinggi karena adanya
kondisi yang mengancam nyawa, atau penambahan operasi besar, tindakan, atau tata
laksana untuk menanggulangi kondisi tersebut
9
Kejadian sentinel, jika terjadi salah satu dari
sbb :

a) Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima pelayanan
di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam setelah
pemulangan pasien,
b) Kematian atas bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi;
c) Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah;
d) Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan
pelayanan;
e) Pasien kabur (atau, pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga
oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera
permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut;
f) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang
menerima perawatan, tata laksana, dan layanan ketika berada dalam lingkungan
Klinik.
g) Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen,
atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf,
praktisi m andiri berizin, pengunjung, atau vendor ketik a berada
lingkungan
dalam Klinik,

10
i. Tindakan invasif, termasuk operasi, yang dilakukan pada pasien yang
salah, di sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah
(secara tidak sengaja);
j. Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja
setelah suatu tindakan invasif, termasuk operasi;
k. Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin > 30 mg/dL);
l. Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif > 1.500 rad pada
satu medan tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah
atau pemberian radioterapi > 25% melebihi dosis radioterapi yang
direncanakan;
m. Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak
diantisipasi selama satu episode perawatan pasien;
n. Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan);
o. Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan
perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari)
terjadi pada pasien dan menyebabkan cedera permanen atau cedera
sementara derajat berat.
LAPORAN INSIDEN
INTERNAL

KTC

12
Siapa yang bertanggung Jawab dalam
membuat Laporan Insiden?

 Staf Fasyankes yang pertama


menemukan kejadian

 Staf Fasyankes yang terlibat dgn


kejadian

14
ALUR PELAPORAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)

P S C IN
UNIT
ATASAN PJ Mutu
H O S P I TA L Kepala
C E OKlinik
IHPSC
KNKP
PERSI
LINE M AN AG E R

INCIDENT
ADVERSE REPORT
INSIDEN
EVENT /
NEARMISS
48 HOUR

LINE
MANAGER A
Grading

TANGANI
TA K E
ACTION
PASIEN
BLUE / YELLOW/
GREEN RED

INVESTIGASI
SIMPLE
I N V E S SEDERHANA
T I G A T I O N (SIMPLE RCA
INCIDENT
REPORT & /
A+ B =C
B
SIMPLE
IN VE S TIG ATIO N

REKOMENDASI
RE COME NDATI ON

Analysis /
Regrading

RCA

EXTE
LAPORAN RNAL
EKSTERNAL
Feed LEARNING / REPORT REPORT
back (RE COME NDATION)

24/01/2022 15
ALUR INVESTIGASI INSIDEN

1 : Lengkapi laporan Kejadian

Reporting
2 : Ka Unit memeriksa laporan Insiden dan membuat Grading Awal

3a Low 3b Moderate 3c High 3d Extreme


Ka Bgn / Unit

4a 4b
Investigasi Sederhana Investigasi Sederhana
1 2
minggu minggu Investigasi
4c
& Analisa
Investigasi
5 PJ Mutu Komprehensif / AAM
• Menerima Insiden report yg lengkap diisi (RCA)
• Menganalisa Grading / Regrading Max : 45 hari (1,5 bln)

Feedback bulanan ke Unit terkait : Pembelajaran


Lap Triwulan 6 Membuat Materi (Insiden yg sdh diupdate untuk
untuk Pembelajaran
(Improve)
Ke Kepala Klinik membuat Trend Analisis)

Semua unit pelayanan


RISK GRADING MATRIX

 Untuk memetakan risiko terhadap Probabilitas / Frekuensi


dan Dampak / Konsekuensi

Risk Matrix efektif :


 Mudah digunakan dan dimengerti
 Mempunyai deskripsi detil dan definisi
SKOR RISIKO:
PROBABILITAS (FREKUENSI / LIKELIHOOD) X DAMPAK (SEVERITY /
CONSEQUENCES)

24/01/2022 17
RISK MATRIX GRADING

PROBABILITAS /FREKUENSI / LIKELIHOOD

Level Frekuensi Kejadian aktual


1 Sangat jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun

2 Jarang Dapat terjadi dalam 2 – 5 tahun


3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1 – 2 tahun
4 Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun

5 Sangat sering Terjadi dalam minggu / bulan


DAMPAK KLINIS / CONSEQUENCES /
SEVERITY

Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI

1 Insignificant Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil


2 Minor  Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,
3 Moderate  Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau
intelektual secara semipermanent / reversibel / tidak
berhubungan dengan penyakit
 Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

4 Major  Cedera luas


Kehilangan fungsi utama permanent (motorik, sensorik,
psikologis, intelektual), permanen / irreversibel/ tidak
berhubungan dengan penyakit

5 Cathastropic Kematian yang tidak berhubungan dengan


perjalanan penyakit.
Potencial Concequences
Frekuensi/
Likelihood I nsignifican M ino M oderat M ajo Catastropi
t 1 r 2 e 3 r 4 c 5

Sangat Sering Terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme


(Tiap mgg /bln)
5

Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme


(Bebrp x
/thn) 4

Mungkin terjadi Low Moderate High Extreme Extreme


(1-2 thn/x)
3

Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme


(2-5 thn/x)
2

Sangat jarang sekali (>5 thn/x) Low Low Moderate High Extreme
1

Can bebmanage
y Clinical Manager / Lead Detailed review & urgent Immediate review &
K( P Clinician should assess the treatment should be action required at Board
procedure
/ i consequences againts cost undertaken by senior level. Director must be
Tindak
se lanjut of treating the risk management informed
2suai SP O) (Manajer analisa dampak (Analisa detail & urget (RCA) (Analisa segera (RCA)
yg akan timbul terkait cost) oleh Manajemen senior) di BOD. Dirut di
informasikan
20
Tipe Insiden

1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Infeksi Nosokomial
5. Proses Medikasi / Cairan Infus
6. Gizi / Nutrisi
7. Oxigen / Gas medis
8. Alat Medis
9. Perilaku pasien
10. Pasien jatuh
11.Pasien Kecelakaan
12.Infrastruktur / Sarana /
Bangunan
13. Sumber daya /
Manajemen
14. Laboratorium 21
DO & DON’T

 JANGAN melaporkan incident lebih dari 48 jam


 JANGAN menunda incident report dengan alasan
di follow up atau ditanda tangani
 JANGAN menambah catatan medis pasien bila
telah tercatat dalam incident report
 JANGAN meletakkan incident report sebagai
bagian dari rekam medik pasien
 JANGAN membuat copy incident report untuk
alasan apapun
 CATATLAH keadaan yang tidak
diantisipasi

22
23

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

1.Mengidentifikasi pasien dengan benar

2.Meningkatkan komunikasi yang efektif


3.Meningkatkan keamanan obat-obatan
yang harus diwaspadai

4.Kepastian tepat sisi, tepat prosedur, tepat pasien


operasi.

5.Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan


Kesehatan

6.Mengurangi risiko cedera pasien


akibat jatuh
1. Identifikasi pasien secara benar

• Identifikasi pasien dengan benar bertujuan untuk memastikan ketepatan pasien


yang akan menerima layanan dan menyelaraskan layanan atau tindakan yang
dibutuhkan pasien.
• Identifikasi harus dilakukan minimal dua identitas misalnya nama pasien,
nomor RM, tanggal lahir dan nomor induk kependudukan (NIK).
• Identifikasi dilakukan setiap keadaan misalnya
• sebelum memberikan pelayanan, prosedur diagnostik, tindakan,
• pemberian obat,
• pemberian diit dan
• identifikasi pada situasi khusus :
• pasien koma
• bayi baru lahir yang tidak segera diberi nama
• pasien pada saat terjadi darurat bencana.
• saat digunakan dalam pelabelan. mis, sampel darah, label ASI yang disimpan
untuk bayi yang dirawat
24
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

Komunikasi efektif adalah komunikasi Verbal Order :


yang tepat waktu, akurat, lengkap, tidak • Read Back
membingungkan dan dipahami antar • SBAR (Stituation
tenaga kesehatan yang malakukan Back Ground
pelayanan. Assessment
Komunikasi dapat berbentuk : Reccomendation)
• Repeat Back
• verbal, • Teach Back
• elektronik • Check Back
• 5 Benar
• tertulis. Jangan menggunakan Singkatan
yg tidak terstandard

25
2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

KOMUNIKASI VERBAL DENGAN


KOMUNIKASI VERBAL DENGAN SBAR TBAK (Tulis BAca Konfirmasi Kembali)

Kapan dilakukan? Kapan dilakukan ?


 Saat Serah Terima Pasien 1 Saat petugas menerima
 Saat Petugas melaporkan kondisi instruksi verbal per
pasien kepada DPJP telpon/lisan dari DPJP
 Catat Instruksi diformulir 2 Saat petugas menerima
terintegrasi laporan hasil tes kritis /
critical test /pemeriksaan cito
 Beri stempel SBAR
3 Beri stempel TBAK
4 DPJP memberi paraf saat visit
keesokan harinya.

26
3. Meningkatnya Keamanan Obat Yang
Perlu Diwaspadai (High Alert Medication)

Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications)


adalah obat-obatan yang memiliki risiko menyebabkan cedera serius pada
pasien jika digunakan dengan tidak tepat.

Obat high alert mencakup :


a. Obat risiko tinggi, yaitu obat dengan zat aktif yang dapat
menim bulkan kem atian ata u kecacatan bila terjadi kesalahan
(error) dalam penggu naannya (contoh: insu lin, h eparin
sitostatika). atau
b. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat
Rupa dan Ucapan Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound
Alike/LASA)
c . Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan konsentrasi
sama atau lebih dari 1 mEq/ml, natrium klorida dengan
konsentrasi lebih dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi dengan
konsentrasi sama atau lebih dari 50%
27
LOOK ALIKE

ALINAMIN F EPINEFRIN

DOPAMIN
VIT K

TRAMADDOL FUROSEMID

GENTAMISIN DIAZEPAM
4. Proses tepat sisi, tepat prosedur, dan tepat pasien
yang menjalani tindakan dan prosedur

Salah lokasi, salah prosedur, dan salah pasien yang menjalani


tindakan merupakan kejadian yang bisa terjadi pada proses
pelayanan pasien di klinik.
Klinik menetapkan prosedur yang seragam untuk: pemberian
tanda di tempat operasi, proses verifikasi praoperasi dan
pelaksanaan Surgical S a f e t y C h e ck l is t . Prosedur Surgical S a f e t y
Ch e ckl is t meliputi:

Protokol umum (Universal protocol) : dilakukan untuk


pencegahan salah sisi, salah dan salah pasien
pembedahan : prosedur

1. Proses verifikasi sebelum operasi

2. Penandaan sisi operasi;


3. Time-out dilakukan sesaat sebelum memulai tindakan.
29
Penandaan sisi operasi

 Penandaan sisi operasi hanya ditandai pada :


 semua kasus yang memiliki dua sisi kiri dan
kanan (lateralisasi),
 struktur multipel (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
 multiple level (tulang belakang).
 Penandaan sisi operasi :
 oleh PPA yang akan melakukan tindakan;
 dibuat saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan,
 harus terlihat sampai pasien disiapkan.
 Tanda “X” tidak digunakan sebagai penanda karena dapat diartikan
sebagai “bukan di sini” atau “salah sisi”
 Tanda yang dibuat harus seragam dan konsisten digunakan di
Klinik.
Surgical safety check list
a. Fase Sign In
Fase Sign In adalah secara verbal memeriksa apakah identitas pasien
telah dikonfirmasi, prosedur dan sisi operasi sudah benar, sisi yang
akan dioperasi telah ditandai dan persetujuan un tuk operasi telah
diberikan

b. Time out
 Dilakukan sesaat sebelum tindakan dimulai, dihadiri semua anggota tim.
Selama time-out, tim menyetujui sbb:
 Benar identitas pasien
 Benar prosedur yang akan dilakukan
 Benar sisi operasi / Tindakan invasif
 Time-out dilakukan di tempat di mana tindakan akan dilakukan dan melibatkan
secara aktif seluruh tim bedah.
 Pasien tidak berpartisipasi dalam time-out. Keseluruhan proses
time-out
didokumentasikan : tanggal dan jam time-out selesai
c.Fase Sign-out
 dilakukan ditempat tindakan berlangsung sebelum pasien meninggalkan
ruangan. Pada umumnya, perawat sebagai anggota tim melakukan
konfirmasi secara lisan untuk komponen sign-out sbb :
 Nama tindakan operasi / invasif yang dicatat / ditulis
 Kelengkapan perhitungan instrumen, kasa dan jarum (bila ada)
 Pelabelan spesimen (ketika terdapat spesimen selama proses sign-out,
label dibacakan dengan jelas, meliputi nama pasien, tanggal lahir)
 Masalah peralatan yang perlu ditangani ( bila ada )
33
5. Pengurangan resiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan

Klinik menetapkan prosedur cuci tangan dengan berpedoman pada WHO yaitu cuci
tangan enam langkah dan 5 saat (momen).

34
6. Mengurangi risiko cedera karena pasien jatuh

• Kejadian cedera karena pasien jatuh di Klinik dapat terjadi


pada rawat jalan maupun rawat inap. Klinik menetapkan
prosedur untuk mengurangi resiko jatuh selama proses
pelayanan dan asuhan pasien.

• Klinik bertanggung jawab mengidentifikasi faktor-faktor


risiko jatuh yang ada pada pasien dan melakukan evaluasi
secara berkala terhadap risiko jatuh. Klinik
dapat menggunakan instrument dalam pencegahan dan
assesmen risiko jatuh seperti skala Morse untuk pasien
dewasa dan Humpt y Dumpt y untuk pasien anak

35
6. PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN
DEWASA SKALA MORSE FALLS
SCALE

Nama Pasien : Tanggal Lahir : No RM : Ruang Rawat :


N Risiko Skal Skor ke 2 Skor ke 3 Skor ke 4 Skor ke 5 Skor ke 6
o a Tgl ........ Tgl ..... Tgl ... Tgl ........ Tgl .......
1 Mempunyai riwayat jatuh, baru atau dalam 3 bln
terakhir
a. Tidak 0
b. Ya 25
2 Diagnosis sekunder > 1
a. Tidak 0
b. Ya 25
3 Ambulasi berjalan
a. Bedrest / dibantu perawat 0
b. Penyangga / tongkat / walker / threepot / kursi roda 15
c. Mencengkeram Furniture
30
4 Terpasang IV line / Pemberian anti koagulan (Heparin)
/ obat lain yang digunakan mempunyai side effects
jatuh
a. Tidak 0
b. Ya 20
5 Cara berjalan / berpindah
a. Normal / bedrest / immobilisasi 0
b. Kelelahan dan lemah 10
c. Keterbatasan / terganggu 20

6 Status mental
a.Normal / sesuai kemampuan diri 0
b.Lupa keterbatasan diri / penurunan kesadaran 15
TOTAL SKOR
Nama & paraf petugas yang melakukan penilaian 24/ 01/2022
PEN ILAIA N RISIKO JATU H PASIEN
DEWASA SKALA MORSE FALLS
SCALE

Tingkat Risiko :

Skor 0 - 24 Tidak berisiko, Perawatan yang baik

Skor 25 - 50 Risiko Rendah, Lakukan intervensi jatuh


standar

Skor ≥ 51 Risiko Tinggi, Lakukan intervensi jatuh risiko


tinggi

24/01/2022 37
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN ANAK
HUMPTY DUMPTY
Nama Pasien : Tanggal Lahir : No RM : Ruang Rawa

Parameter Kriteria Skor Skor ke 2 Skor ke 3 Skor ke 4 Skor ke 5


tgl ….. tgl …. Tgl ….. Tgl …..
Kurang dari 3 Thn 4
Umur 3 – 7 Thn 3
7 – 13 Thn 2
13 - 18 Thn 1
Laki-laki 2
Jenis Kelamin
Perempuan 1
Kelainan Neurologi 4
Gangguan Oksigenisasi (Gangguan pernafasan,
Diagnosis Dehidrasi, Anemia, Anoreksia, Sinkop, Sakit Kepala dll) 3

Kelemahan fisik / Kelainan psikis 2


Diagnosis Lain 1
Tidak memahami keterbatasan 3
Gangguan Kognitif Lupa Keterbatasan 2
Orientasi terhadap kelemahan 1
Riwayat Jatuh dari tempat tidur saat bayi - anak 4
Pasien menggunakan alat bantu atau menggunakan boks
atau mebel 3
Faktor Lingkungan
Pasien berada di tempat tidur 2
Pasien berada di luar area Ruang perawatan 1
Respon terhadap Kurang dari 24 jam 3
operasi/obat Kurang dari 48 jam 2
penenang/efek Lebih dari 48 jam 1
anestesi
Penggunaan obat sedative (kecuali pasien ICU yang
menggunakan sedasi dan paralisis), Hipnotik, barbitural, 3
Penggunaan obat phenothiazines, antidepresan, laksatif/diuretik, narkotik /
metadon
Salah satu obat diatas 24/01/2022 2
PENILAIAN RISIKO JATUH PASIEN
ANAK HUMPTY DUMPTY

Tingkat risiko :
Skor 7-11: Risiko Rendah Untuk Jatuh

Skor ≥ 12: Risiko Tinggi Untuk Jatuh

Skor Minimal : 7

Skor Maksimal : 23

24/01/2022 Arjaty / KP/

Anda mungkin juga menyukai