Anda di halaman 1dari 31

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc.

, 1
Apt.

HUBUNGAN STRUKTUR,
KELARUTAN, DAN
AKTIVITAS OBAT
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc.,
2016 Apt.
Pendahuluan
2

 Sifat hidrofilik atau hidrofobik berkaitan dengan


kelarutan dalam air.
 Sifat lipofilik atau lipofobik berkaitan
dengan kelarutan dalam lemak.
 Gugus yang dapat meningkatkan kelarutan
molekul dalam air  gugus hidrofilik (polar).
 Gugus yang dapat meningkatkan kelarutan
molekul dalam lemak  gugus lipofilik (nonpolar).

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Gugus hidrofilik dan lipofilik
3

Sifat Gugus
Hidrofilik Kuat -OSO2ONa, -COONa, -SO2Na, -OSO2H
(makin
Sedang -OH, -SH, -O-, =C=O, -CHO, -NO2, -NH2, -NHR, -
kekanan
makin NR2, -CN,
menurun) -CNS, -COOH, -COOR, -OPO3H2, -OS2O2H
Ikatan tak -C=CH, -CH=CH2
jenuh
Lipofilik Rantai hidrokarbon alifatik, alkil, aril, hidrokarbon
polisiklik

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Kelarutan
4

 Sifat kelarutan berhubungan dengan aktivitas


biologis dari senyawa seri homolog dan proses
absorpsi obat  mempengaruhi intensitas
aktivitas biologis obat.
 Overton (1901)  kelarutan senyawa organik
dalam lemak berpengaruh terhadap mudah
atau tidaknya penembusan membran sel.
 Senyawa nonpolar mudah larut dalam
lemak, koefisien partisi lemak/air besar 
mudah menembus membran sel secara difusi
pasif.
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Hubungan koefisien partisi lemak/air thp absorpsi
bentuk tak terion obat turunan barbiturat
5

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Hubungan kelarutan dengan aktivitas
6
turunan isatin-β-tiosemikarbason

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Aktivitas Biologis Senyawa Seri Homolog
7

 Seri homolog senyawa sukar terdisosiasi  perbedaan


struktur hanya menyangkut perbedaan jumlah dan
panjang atom C.
 Makin panjang rantai samping atom C  sifat non
polar ↑  kelarutan dalam air ↓  koefisien
partisi lemak/air ↑  aktivitas biologis ↑ sampai
tercapai aktivitas maksimum.
 Apabila rantai samping atom C terus ditingkatkan

aktivitas biologis secara drastis  kelarutan dalam
air
↓↓  kelarutan dalam cairan luar sel ↓↓ 
proses
transpor obat ke tempat aksi/reseptor2016
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc.,
↓↓ 
aktivitas Apt.
Aktivitas Biologis Senyawa Seri Homolog
8

 Kelarutan dan koefisien partisi lemak/air  sifat


fisik penting senyawa seri homolog untuk
menghasilkan aktivitas biologis.
 Contoh senyawa seri homolog:
 n-Alkohol, alkilresorsinol, alkilfenol, dan alkilresol
(Antibakteri)
 Ester asam para-aminobenzoat (Anestesi lokal)

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Hubungan kelarutan dan aktivitas
9
antibakteri n-alkohol primer

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Hubungan kelarutan dan aktivitas
10
antibakteri n-alkohol primer

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Aktivitas antibakteri seri homolog 4-
11
n-
alkilresorsinol thp Bacillus typhosus
Pada
Staphylococc
Max. Aktivitas
4-n-heksilresorsinol) us aureus,
max.
Aktivitas pada
jumlah atom C = 9
(4-n-nonilresorsinol)

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Hubungan struktur seri homolog ester asam para-hidroksibenzoat
(PHB) dengan nilai koefisien partisi lemak/air dan aktivitas
antibakteri thp Staphylococcus aureus
12

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Hubungan Koefisien partisi VS Efek
13
Anestesi Sistemik
 Overton dan Meyer (1898)  tiga postulat
berhubungan dengan efek anestesi suatu senyawa
(teori lemak):
 Senyawa kimia yang tidak reaktif dan mudah larut lemak
(ex: eter, hidrokarbon, hidrokarbon terhalogenasi) dapat
memberikan efek narkosis pada jaringan hidup sesuai
kemampuannya untuk terdistribusi ke dalam jaringan sel.
 Efek terlihat jelas terutama pada sel-sel yang banyak
mengandung lemak, seperti sel saraf.
 Efisiensi anestesi atau hipnotik tergantung pada koefisien
partisi lemak/air atau distribusi senyawa dalam fase lemak
dan fase air jaringan.

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Hubungan Koefisien partisi VS Efek
14
Anestesi Sistemik
 Dari postulat tsb, dapat disimpulkan
terdapat hubungan antara aktivitas anestesi
dengan koefisien partisi lemak/air.
 Teori lemak, hanya dapat menjelaskan afinitas
suatu senyawa terhadap tempat aksinya saja,
tidak dapat menunjukkan bagaimana mekanisme
kerja biologisnya dan mengapa suatu senyawa
yang mempunyai koefisien partisi lemak/air tinggi
tidak selalu menimbulkan efek anestesi.

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Prinsip Ferguson
15

 Fuhner (1904)  untuk mencapai aktivitas sama,


anggota seri homolog yang lebih tinggi
memerlukan kadar lebih rendah, sesuai
persamaan deret sbb.: 1/3 1 , 1/3 2 , 1/3 3 ,
1/3 4 , .......... 1/3n.
 Perubahan sifat fisik suatu seri homolog, seperti:
tekanan uap, kelarutan dalam air, tegangan
permukaan, dan distribusi dalam pelarut yang
tidak saling campur  sesuai dengan deret
ukur pula.
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Prinsip Ferguson
16

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Prinsip Ferguson
17

 Ferguson  kadar molar


toksik ditetukan oleh
keseimbangan distribusi
pada fase eksternal dan
biofase. Pada keadaan
kesetimbangan
kecenderungan obat utk
meninggalkan biofase dan
fase eksternal adalah sama,
walau kadar obat dalam
masing-masing fase
berbeda.
 Kecenderungan obat untuk
meninggalkan fase
disebut aktivitas
termodinamik. Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Aktivitas Termodinamik
18

 Obat berupa gas atau uap:


a = Pt/Po
Pt: tekanan parsial senyawa untuk menimbulkan efek
biologis Ps: tekanan jenuh senyawa
 Obat berupa larutan
a = St/So
St: kadar molar senyawa untuk menimbulkan efek
biologis So: kelarutan senyawa

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Berdasarkan Model Kerja Obat
19

Senyawa
Berstruktur
Tidak Spesifik

Senyawa
Berstruktur
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc.,
Apt.
2016
Senyawa Berstruktur Tidak
20
Spesifik
 Struktur kimia bervariasi
 Tidak berinteraksi dengan reseptor spesifik
 Aktivitas biologis lebih dipengaruhi oleh sifat
kimia fisika, seperti: derajat ionisasi, kelarutan,
aktivitas termodinamik, tegangan permukaan,
dan redoks potensial.
 Efek biologis terjadi karena akumulasi obat
pada daerah yang penting dari sel, sehingga
terjadi ketidakteraturan rantai proses
metabolisme.
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Karakteristik senyawa berstruktur tidak spesifik
21

 Efek biologis berhubungan langsung dengan aktivitas


termodinamik (a = 0,01 – 1)  dosis relatif besar.
 Walau perbedaan struktur kimia besar, asal aktivitas
termodinamik hampir sama akan memberikan efek yg
sama.
 Ada kesetimbangan kadar obat dalam biofase dan
fase
eksternal  aktivitas termodinamik tiap fase sama.
 Pengukuran aktivitas termodinamik fase eksternal
mencerminkan aktivitas termodinamik biofase.
 Senyawa dengan derajat kejenuhan sama, mempunyai
aktivitas termodinamik sama sehingga derajat efek biologis
sama pula.
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Hubungan kadar isoanestesi beberapa obat anestesi
(uap/gas) dengan aktivitas termodinamik, pada
22
manusia
(37°C)

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Hubungan kadar bakterisid insektisida yang mudah
menguap thp Salmonella typhosa dengan aktivitas
23
termodinami
k

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Senyawa Berstruktur Spesifik
24

 Senyawa yang memberikan efek dengan


mengikat
reseptor spesifik
 Aktivitas tidak tergantung pada aktivitas
termodinamik (a < 0,01)  lebih tergantung
pada struktur kimia yang spesifik.
 Reaktivitas kimia, bentuk, ukuran dan pengaturan
stereokimia molekul, distribusi gugus fungsional,
efek induksi dan resonansi, distribusi elektronik,
dan interaksi dengan reseptor  berperan
menentukan terjadinya aktivitas biologis.
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Mekanisme kerja senyawa berstruktur
25
spesifik
 Bekerja pada enzim, yaitu dengan cara
pengaktifan, penghambatan atau
pengaktifan kembali enzim-enzim tubuh.
 Antagonis, yaitu antagonis kimia,
fungsional, farmakologis atau antagonis
metabolik.
 Menekan fungsi gen, yaitu dengan
menghambat
biosintesis asam nukleat atau sintesis
protein.
 Bekerja pada membran, yaitu dengan
mengubah membran Apt. sel dan mempengaruhi
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Karakteristik Senyawa Berstruktur
26
Spesifik
 Efektif pada kadar rendah
 Melibatkan kesetimbangan obat dalam biofase
dan fase eksternal  aktivitas biologis maksimal.
 Melibatkan ikatan kimia yang lebih kuar dibanding
senyawa berstruktur tidak spesifik.
 Sifat fisik dan kimia berperan dalam menentukan
efek biologis.
 Mempunyai struktur dasar karakteristik yang
bertanggung jawab thp efek biologis
senyawa analog.
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Sedikit perubahan struktur dapat
27
mempengaruhi aktivitas biologis

Senyawa
Kolinergik
Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016
Apt.
Sedikit perubahan struktur dapat
28
mempengaruhi aktivitas biologis

Turunan Feniletilamin

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Sedikit perubahan struktur dapat
29
mempengaruhi aktivitas biologis

Turunan
Pirimidin

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
Contoh obat berstruktur spesifik
30

 Pada obat tertentu  struktur berbeda, efek farmakologis sama



perubahan sedikit struktur tidak mempengaruhi aktivitas.
 Contoh: obat diuretik  struktur kimia bervariasi (turunan merkuri
organik, turunan sulfamid, turunan tiazid, dan spironolakton)
 masing-masing turunan mempengaruhi proses biokimia yang
berbeda-beda  mekanisme aksi diuretiknya berbeda.

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.
3 Terima
1 kasih

Adi Yugatama, S.Farm., M.Sc., 2016


Apt.

Anda mungkin juga menyukai