Anda di halaman 1dari 21

PENYEBAB MASALAH KESEHATAN

LINGKUNGAN DI INDONESIA
Penyebab masalah kesehatan lingkungan di Indonesia antara lain adalah
pertambahan dan kepadatan penduduk, keanekaragaman sosial budaya dan
adat istiadat dari sebagian besar penduduk, serta belum memadainya
pelaksanaan fungsi manajemen. Contoh hubungan dan pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan dan pemukiman di
antaranya sebagai berikut.
Urbanisasi  Kepadatan kota  keterbatasan lahan  daerah kumuh (slum)
 sanitasi kesehatan lingkungan buruk
Kegiatan di kota (industrialisasi)  menghasilkan limbah cair  dibuang (ke
sungai) tanpa pengolahan  sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus 
penyakit menular
Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)  emisi gas buang (asap)
mencemari udara kota  udara tidak layak dihirup  menyebapkan
penyakit ISPA
Kabupaten/Kota Sehat

Dalam tatanan desentralisasi (otonomi daerah) di bidang


kesehatan, pencapaian Visi Indonesia Sehat 2010 ditentukan
oleh pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan setiap provinsi,
yaitu Provinsi Sehat. Khusus untuk kabupaten atau kota,
penetapan indikator hendaknya mengacu pada indikator yang
tercantum dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan. Standar Pelayanan Minimal ini dimasukkan sebagai
bagian dari indikator Kabupaten/Kota Sehat (Healthy City).
Kemudian ditambah hal-hal spesifik yang hanya dilaksanakan di
kabupaten atau kota yang bersangkutan. Contohnya,
kabupaten atau kota yang area pertaniannya luas dicantumkan
indikator pemakaian pestisida
Lima di antara 16 indikator merupakan perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan, yaitu:
 menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari;
 menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan;
 membuang sampah pada tempat yang disediakan;
 membuang air limbah pada saluran yang memenuhi syarat;
 mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar.
Terdapat juga penilaian Rumah Sehat, yaitu rumah yang
digunakan orang untuk tempat berlindung yang termasuk juga
fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani, serta keadaan
sosial yang baik untuk keluarga dan perorangan. Indikator
Rumah Sehat adalah sebagai berikut.
Letak rumah yang sehat:

 tidak didirikan di dekat tempat sampah yang


dikumpulkan atau yang dibuang;
 dekat dengan air bersih;
 jarak kurang lebih 100 meter dari tempat buangan
sampah;
 dekat sarana pembersihan;
 di tempat di mana air hujan dan air kotor tidak
menggenang.
Ruangan yang sehat:
 cukup luas ditempati, cukup bersih, cukup penerangan alami
dalam rumah (dapat membaca koran tanpa penerangan
tambahan di pagi hari).

Tata ruang yang sehat:


• disediakan cara tersendiri untuk membuang air limbah atau
mungkin untuk menyirami tanaman-tanaman di kebun;
• disediakan tempat khusus untuk pembuangan sampah
padat;
• terdapat tempat khusus (kandang di luar rumah) untuk
binatang peliharaan;
• bebas dari binatang penular antara lain bebas jentik, bebas
tikus, dan bebas kecoa.
Ventilasi atau sirkulasi udara
yang lancar:

 ruangan yang cukup di mana penghuninya tidak terlalu banyak, terutama saat
mereka sedang tidur;
 kandang peliharaan sekurang-kurangnya 10 meter dari rumah;
 terdapat tempat untuk mandi dan mencuci pakaian serta alat-alat rumah
tangga lainnya dengan limbah rumah tangga digunakan untuk menyirami
tanaman di halaman atau kebun;
 mempunyai tempat khusus untuk menyimpan makanan dan minuman yang
mudah dijangkau serta aman dari debu, tikus, serangga, dan binatang lainnya;
 mempunyai tempat khusus memasak serta lubang atau saluran pembuangan
asap.
 mempunyai jendela yang memungkinkan udara segar masuk sehingga udara
kotor atau asap yang berada di luar dapat segera terbawa keluar;
 memiliki tempat-tempat terlindung guna menyimpan barang-barang atau
apapun yang harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
Lantai dan dinding yang aman:

 mudah dibersihkan;
 permukaan halus atau rata;
 lantai terbuat dari kayu, bambu, ubin, atau plester.

Selain Rumah Sehat, terdapat pula poin R, yakni


pelayanan kesehatan lingkungan di mana item pertama
(institusi yang dibina) meliputi rumah sakit, puskesmas,
sekolah, instalasi pengolahan air minum, perkantoran,
industri rumah tangga dan industri kecil, serta tempat
penampungan pengungsi. Institusi yang dibina tersebut
merupakan unit kerja yang dalam memberikan pelayanan
atau jasa potensial menimbulkan risiko kesehatan.
INDIKATOR KESEHATAN LINGKUNGAN
MENURUT DEPKES RI 2007

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat


perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat.
Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik,
lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan
masyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan digunakan
indikator-indikator seperti persentase rumah tangga sehat,
persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase
rumah tangga dengan sumber air minum dari pompa/sumur/mata air
menurut jarak ke tempat penampungan akhir kotoran (tinja), dan
persentase rumah tangga menurut kepemilikan fasilitas buang air
besar.
Rumah Tangga Sehat

Terdapat beberapa indikator lingkungan yang harus dipenuhi


sebuah rumah tangga agar dapat sebagai tempat rumah
tangga sehat, yaitu ketersediaan air bersih, ketersediaan
jamban, kesesuaian luas lantai dengan Jumlah penghuni, dan
lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Selain itu, juga terdapat
indikator lain yang terkait dengan faktor perilaku dan
keterjangkauan terhadap jaminan pemeliharaan kesehatan
Akses terhadap Air Minum

Statistik Kesejahteraan Rakyat tahun 2006 yang diterbitkan


oleh Badan Pusat Statistik mengategorikan sumber air
minum yang digunakan rumah tangga menjadi dua
kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan
tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri atas
air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur
terlindung, dan air hujan. Sedangkan, sumber air minum tak
terlindung terdiri atas sumur tak terlindung, mata air tak
terlindung, air sungai, dan lainnya.
Jarak Sumber Air Minum dengan Tempat
Penampungan Akhir Kotoran (Tinja)

Sumber air minum sering menjadi sumber pencemar penyakit


yang ditularkan melalui perantara air (water-home disease). Oleh
karena itu, sumber air minum harus memenuhi syarat lokalisasi
dan konstruksi. Syarat lokalisasi menginginkan agar sumber air
minum terhindar dari pengotoran, sehingga perlu diperhatikan
jarak sumber air minum dengan kakus, lubang galian sampah,
lubang galian untuk air limbah, dan sumber-sumber pengotor
lainnya. Jarak tersebut tergantung dan keadaan tanah dan
kemiringannya Pada umumnya, jarak sumber air minum dengan
beberapa sumber pengotor termasuk tempat penampungan
akhir kotoran (tinja) tidak kurang dari 10 meter dan diusahakan
agar letaknya tidak berada di bawah sumber-sumber tersebut.
Fasilitas Tempat Buang Air Besar

Keberadaan fasilitas buang air besar telah menjadi kebutuhan


penting pada kehidupan masyarakat modern. Kepemilikan
dan penggunaan fasilitas tempat buang air besar merupakan
isu penting dalam menentukan kualitas hidup penduduk.
Statistik Kesra tahun 2006 membagi rumah tangga
berdasarkan kepemilikan fasilitas tempat buang air besar
yang terdiri atas fasilitas sendiri (pribadi), bersama, umum,
dan tidak ada.
Luas Lantai

Pertambahan penduduk baik di perkotaan maupun pedesaan


berdampak negatif terhadap perbandingan antara jumlah luas lantai
hunian terhadap penghuni dan berkurangnya ruang terbuka pada area
pemukiman. Hal ini tentu saja memiliki implikasi terhadap status
kesehatan masyarakat penduduk. Jumlah penduduk sangat
berpengaruh terhadap jumlah koloni kuman. Kuman yang pada
umumnya merupakan penyebab penyakit menular saluran pernapasan
akan semakin banyak bila jumlah penghuni semakin besar. Ukuran
rumah yang relatif kecil dan berdesak-desakan diketahui juga dapat
memengaruhi tumbuh kembang mental atau jiwa anak-anak. Anak-
anak memerlukan lingkungan bebas, tempat bermain luas yang luas
yang mampu mendukung daya kreativitasnya. Dengan kata lain, rumah
bila terlampau padat di samping merupakan media yang cocok untuk
terjadinya penularan penyakit khususnya penyakit saluran pernapasan
juga dapat memengaruhi perkembangan anak.
Pengendalian Lingkungan

Program pengendalian lingkungan bertujuan untuk menyediakan air. udara.


din makanan yang bersih dan aman. Hal yang juga tercakup di dalam
pengendalian lingkungan adalah manajemen pengelolaan limbah padat
(tampah kering dan tampah basah), limbah cair (air kotor), dan pengendalian
vektor penyakit (serangga dan binatang pengerat), Untuk mendapatkan
udara yang aman perlu dilakukan pengendalian patogen Infeksius yang
menyebar melalui udara (air borne),
Asap beracun (fume), sinar ultraviolet, serta pencemaran udara dan asap
mesin juga merupakan permasalahan yang ada dl bidang pengendalian
keamanan udara. Persediaan air yang bersih dan aman merupakan faktor
kunci dalam pengendalian penyakit Infeksius, khususnya penyakit bawaan air
(penyakit enterik atau penyakit saluran pembuangan). Dengan demikian,
menjaga agar persediaan air tetap aman merupakan salah satu kegiatan yang
paling pokok dan juga penting dalam program kesehatan saat ini.
Dewasa Ini, manajemen pengelolaan limbah padat merupakan tantangan
terbesar yang harus dihadapi bidang kesehatan masyarakat. Masalah yang
tetap akan menjadi tantangan bagi bidang Ini adalah masalah pembuangan
yang tepat untuk sampah dan limbah padat lain, seperti material berbahaya
(hazardous material) dan material Infeksius yang potential berbahaya
(biohazardous material), yang jumlahnya melimpah. Pengendalian terhadap
masalah bau, lalat, dan serangga yang berasal dari kumpulan sampah dl
rumah, pinggir jalan, dan tempat pembuangan akhir dapat membantu
mencegah penyebaran penyakit menular melalui vektor.
Makanan harus dijaga agar tidak dimasuki benda asing, tidak terkontaminasi,
dan tidak rusak. Makanan juga harus disimpan dan dihidangkan dengan cara
yang tepat. Suhu yang tepat untuk pendinginan, pemasakan, penyimpanan,
don transportasi harus dijaga agar tidak menyimpang. Pengelolaan makanan
yang baik, termasuk mencuci tangan selama persiapan, sangat penting dalam
pengendalian infeksi. Binatang dan serangga juga dapat menjadi sumber
penyakit dan Infeksi Pengendalian terhadap binatang (peliharaan dan
binatang liar) dan serangga di dalam komunitas, baik di desa maupun kota,
sangat penting di dalam program pengendalian penyakit (J.S. Slamet, 2002).
PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT
MENURUT PROGRAM PEMBANGUNAN
NASIONAL
Program Lingkungan Sehat menurut Program Pembangunan Nasional
(Propenas) bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang
sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi
kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan untuk interaksi
sosial, serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal
dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga,
dan masyarakat yang optimal.
Lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya
keadaan sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual. Lingkungan tersebut
mencakup unsur fisik, biologis, dan psikososial. Berbagai aspek
lingkungan yang membutuhkan perhatian adalah tersedianya air bersih,
sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang
sehat, serta lingkungan yang memungkinkan kecukupan ruang gerak
untuk interaksi psikososial yang positif antar-anggota keluarga maupun
anggota masyarakat.
Lingkungan yang kondusif juga diperlukan untuk mendorong
kehidupan keluarga yang saling asih, asah, asuh untuk
menciptakan ketahanan keluarga dari pengaruh negatif
modernisasi. Beberapa masalah lingkungan biologis yang perlu
diantisipasi adalah pembukaan lahan baru, pemukiman
pengungsi, dan urbanisasi yang erat kaitannya dengan
penyebaran penyakit melalui vektor, perubahan kualitas udara
karena polusi, dan paparan terhadap bahan berbahaya lainnya.
Peningkatan mutu lingkungan mensyaratkan kerja sama dan
perencanaan lintas sektor bahkan lintas negara yang
berwawasan kesehatan. Sasaran yang akan dicapai oleh
program ini adalah sebagai berikut.
 Tersusunnya kebijakan dan konsep peningkatan kualitas
lingkungan di tingkat lokal, regional, dan nasional dengan
kesepakatan lintas sektoral tentang tanggung jawab
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
 Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik,
sosial, dan budaya masyarakat dengan memaksimalkan
potensi sumber daya secara mandiri.
 Meningkatnya kesadaran dan tanggungjawab masyarakat
untuk memelihara lingkungan sehat.
 Meningkatnya cakupan keluarga yang mempunyai akses
terhadap air bersih yang memenuhi kualitas bakteriologis
dan sanitasi lingkungan di perkotaan dan pedesaan.
 Tercapainya pemukiman dan lingkungan perumahan yang
memenuhi syarat kesehatan di pedesaan dan perkotaan
termasuk penanganan daerah kumuh.
 Terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat-tempat umum
termasuk sarana dan cara pengelolaannya.
 Terpenuhinya lingkungan sekolah dengan ruang yang memadai
dan kondusif untuk menciptakan .interaksi sosial dan
mendukung perilaku hidup sehat.
 Terpenuhinya persyaratan kesehatan di tempat kerja,
perkantoran, dan industri termasuk bebas radiasi.
 Terpenuhinya persyaratan kesehatan di seluruh rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain termasuk pengelolaan
limbah.
 Terlaksananya pengolahan limbah industri dan polusi udara
oleh industri maupun saran transportasi.
 Menurunnya tingkat paparan pestisida dan insektisida di
lingkungan kerja pertanian dan industri serta pengawasan
terhadap produk-produknya untuk keamanan konsumen.

Kegiatan pokok yang tercakup dalam
program lingkungan sehat adalah sebagai
berikut.

 Meningkatkan promosi higiene dan sanitasi di tingkat


individu, keluarga, dan masyarakat.
 Meningkatkan mutu lingkungan perumahan dan
pemukiman termasuk pengungsian.
 Meningkatkan higiene dan sanitasi tempat-tempat umum
dan pengelolaan makanan.
 Meningkatkan kesehatan keselamatan kerja.
 Meningkatkan wilayah .atau kawasan sehat termasuk-
kawasan bebas rokok

Anda mungkin juga menyukai