Anda di halaman 1dari 15

Jalan

Kebudayaan
untuk
Pembangunan
Berkelanjutan
MENGAPA NORMAL LAMA TIDAK BISA TAHAN
LAMA?
PANGAN PAPAN SANDANG
• Sejak tahun 1900-an, sekitar 75% • Pada tahun 2018, terdapat 1,033 • Untuk memproduksi sehelai jeans,
keanekaragaman hayati tanaman telah miliar penduduk yang tinggal di dibutuhkan 10.000 liter air bersih.
hilang karena ditinggalkannya praktik kawasan kumuh di seluruh dunia. • Menurut survei yang dilakukan oleh
pertanian vernakular demi industri • Ada 1.934 kota metropolitan di Barnardo's pada tahun 2015, 33% dari
monokultur . dunia yang dihuni oleh sepertiga 1500 responden menganggap sebuah
• 75% pangan dunia saat ini dihasilkan dari total penduduk dunia. pakaian 'tua' jika telah dipakai tiga kali.
hanya dari 12 spesies tumbuhan dan 5 • Bahkan para perencana kota di • Setiap orang per tahun membuang sekitar
spesies hewan. awal abad ini telah menyuarakan 30 kg pakaian; 85% dikirim ke tempat
• Dari 250.000–300.000 spesies tanaman keresahan yang sama: “Kita tidak pembuangan sampah, sangat sedikit yang
pangan yang diakui, hanya 150–200 bisa merencanakan kota lagi, kita didaur ulang.
spesies yang digunakan; hanya tiga hanya bisa mengelolanya.”
(beras, jagung, dan gandum) yang
menyumbang 60% kalori dan protein
yang diperoleh manusia dari tumbuhan.
Komorbiditas…
COVID-19 sendiri mesti dilihat sebagai
komorbiditas, yakni gangguan penyerta yang
timbul dari gaya hidup modern:
… dan Ilusi Normalitas
• Land grabbing menghancurkan ruang hidup satwa liar
dan mendorong pembauran ke dalam ruang hidup Covid-19 merupakan cermin untuk melihat bahwa Normal
manusia, pemicu lahirnya aneka penyakit zoonotik. Lama adalah suatu abnormalitas.
• Pencemaran tanah, air dan udara, akibat pembangunan
yang mengabaikan kelestarian alam berpengaruh besar Masalah-masalah yang ditimbulkan oleh pandemi adalah
pada sistem kekebalan tubuh. akibat langsung dari gaya hidup Normal Lama, yakni gaya
• Para ahli melihat hubungan erat antara meningkatnya hidup yang membebankan ongkos kebahagiaan pada
penyakit autoimum dengan pola kehidupan modern. alam sekitar.

Covid-19 adalah komorbiditas yang menyertai Existential risk: bukan lagi soal kemiskinan, ketimpangan,
penyakit utama kita: tata hidup modern yang ketidakadilan, tetapi tentang keselamatan manusia
sebagai spesies.
mengorbankan keselamatan publik dan kelestarian
lingkungan demi pertumbuhan ekonomi
THE GREAT
RESET
World Economic Forum sekarang berbicara
tentang urgensi “The Great Reset” (Davos
Meeting 2021).

Bahkan “reformasi ekonomi” yang selama


ini dijadikan obat mujarab untuk setiap
krisis sudah dipandang tidak cukup lagi.

World Economic Forum bahkan


menyerukan aksi global untuk perubahan
sosial yang mendorong agenda
keberlanjutan sosial-ekologis.
Kenapa
Pembangunan
Bisa Tidak
Berkelanjutan?

PROBLEM EKSTERNALITAS:
Invisible costs dari pertumbuhan ekonomi
Bagaimana Eksternalitas Bekerja
KENAPA BISA
TIDAK MELIHAT?
1. Ketersediaan sumber daya alam
diasumsikan konstan dalam Kedua asumsi ini bermuara pada
jangka panjang satu ilusi: bahwa ekuilibrium selalu
2. Relasi produksi sosial diasumsikan terwujud dalam jangka panjang
otonom dari relasi reproduksi
sosial
Tantangan
Pembangunan
Berkelanjutan

INTERNALISASI EKSTERNALITAS:

Tinggalkan asumsi ekuilibrium jangka


panjang, ganti dengan pengandaian
bahwa sumber daya alam dapat habis
dan produksi sosial bertumpu pada
reproduksi sosial

Gunakan model pembangunan yang


berbasis wawasan tradisional yang telah
terbukti selama berabad-abad dapat
menunjang pembangunan berkelanjutan
Akibat Mempraktikkan
“Teori Pembangunan”
Implikasi dari kegagalan menginternalisasi eksternalitas adalah
hancurnya sifat inklusif pembangunan. Banyak masalah dunia hari ini
berakar pada kegagalan inklusi:

• Ketidakmerataaan pembangunan menyebabkan diskrepansi antara Pusat dan


Daerah
• Model pembangunan yang mengutamakan akumulasi laba memperlebar jurang
antarkelas sosial
• Penghancuran lingkungan menimbulkan penurunan integrasi manusia dengan
alam yang mendorong urbanisasi besar-besaran
• Berbagai aksi intoleran mendorong tumbuhnya perasaan eksklusif dari tiap-tiap
kelompok sosial
Landasan Sains Keberlanjutan
Sains keberlanjutan (sustainability science) perlu dibangun dengan
kesadaran bahwa seluruh masalah sosial, ekonomi dan ekologi hari ini
merupakan ekspresi yang berbeda dari gejala tunggal yang sama.
Karena itu, penanganan atas masalah sosial, ekonomi dan ekologi
hanya mungkin dijalankan secara terpadu.

Caranya adalah dengan berangkat dari konteks, dari sejarah praktik


sosial. Pembangunan hanya akan berkelanjutan kalau itu muncul
secara endogen.
SAINS KEBERLANJUTAN, atau
Bagaimana Menteorikan Praktik?
Kuncinya ada pada revitalisasi kekayaan pengetahuan tradisional:

• Memberdayakan wawasan pengolahan alam berbasis tradisi yang


terbukti berkelanjutan
• Mengintegrasikan tradisi gotong royong ke dalam bagian integral
dari aktivitas perekonomian
• Mendorong interaksi antarbudaya yang berbeda sebagai penghela
perekonomian nasional
Sains Keberlanjutan untuk Pembangunan Berkelanjutan
CULTURAL
RESOURCES
=
ENERGI
TERBARUKA
N

Start-up asal Kolombia, E-Dina, mengembangkan lampu nirkabel yang mengubah air asin
menjadi listrik lewat pelat magnesium. WaterLight hanya perlu diisi dengan 500 mililiter air
laut – atau urin dalam situasi darurat – untuk memancarkan cahaya hingga 45 hari.
Diproduksi secara kolektif lewat para pengrajin lokal.
CULTURAL
RESOURCES
=
CONVIVIAL
TOOLS

Aneka ekspresi budaya tradisi telah menghasilkan perkakas yang bersifat konvivial, yakni alat-alat yang
penggunaannya bisa diakses oleh semua orang tanpa hierarki kepakaran atau diskriminasi gender. Ani-
ani adalah contoh perkakas konvivial. Sejak Revolusi Hijau, alat ini digantikan dengan sabit besar dan
akhirnya mesin pemanen, alat-alat yang tidak konvivial karena meminggirkan perempuan dari
agrikultur.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai