Anda di halaman 1dari 79

Analisis Proses Produksi dan

Lingkungan Kerja

PT Indostar Building Material


KELOMPOK A1
ANGGOTA

● dr. Adni Kautsari Ismini ● dr. Ehwanul Handika


● dr. Alivia Devina ● dr. Emmy Umairoh Rodhotul Surotol
● dr. Aliyyudestrina Windya ● dr. Evi Rizki Saraswati
Nerdenaesti ● dr. Fihkri Baroq Kholillah
● dr. Bella Adelia ● dr. Firhan Ikhyana Zukruf
● dr. Boban Bayu Aji ● dr. Gita Ayu Kusuma Wardani
● dr. Cendra Mulya ● dr. Irma Aulia
● dr. Cindy Rizky Annisa ● dr. Kamelissha Faadhilah Amani
● dr. Desva Arianti Manurung ● dr. Yusrotun Kharimah
PT Indostar Building Material industri swasta nasional
dibidang produksi pembuatan cement board (papan
semen) diaplikasikan untuk bangunan interior dan
eksterior, dan papan semen gelombang (asbes gelombang)
untuk bangunan atap rumah.

Jl. Rogonoto Timur No.


57B Desa Tamanharjo
Kecamatan Singosari
Malang, Jawa Timur
Visi Misi
Menjadi produsen bahan bangunan yang (1) Produksi produk dengan mutu prima dan
berkualitas prima, kompetitif dan inovatif berkualitas
yang berorientasi kepada kepuasan (2) Meningkatkan efisiensi dan produktivitas,
konsumen perbaikan, yang berkesinambungan untuk
menghasilkan produk yang berkualitas dan
bersaing
(3) Kerjasama dengan rekan usaha, distributor, dan
pemasok dengan prinsip saling menguntungkan
(4) Peningkatan kesejahteraan karyawan dan
masyarakat seiring dengan pertumbuhan
perusahaan.
DESKRIPSI PROSES PRODUKSI
QC Proses Incoming Material
Pasir silika, bubur kertas 🡺 kadar air dan kotoran

Penggilingan
Bahan baku pasir silika
QC uji sampel RMP
Menguji konsentrasi bubur kertas, silika hasil gilingan, dan density
basah
Printing Label
Dilakukan pada produk 🡺 oven dengan autoclave
QC barang jadi
Dilanjutkan dengan uji bending strength dan uji rembesan 🡺
menilai kualitas produk
Daur ulang bahan tidak lolos uji
Digunakan untuk proses pembuatan produk kembali
Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik PT. Indostar Building Material meliputi area
kantor dan pabrik, dimana penampilan Gedung pabrik tampak
sudah cukup baik dengan ketinggian Gedung ±10 meter

Pabrik dibangun di area yang memiliki iklim yang cenderung panas


namun sudah memiliki ventilasi yang cukup. Beberapa tempat memiliki
tempat yang beresiko untuk bocor sehingga dapat menyebabkan
genangan air jika tidak segera dibersihkan.

Pencahayaan pada pabrik cukup baik pada unit produksi. Pencahayaan merupakan faktor yang sangat
penting karena cahaya yang kurang akan membuat pekerja mudah lelah serta jika dibiarkan berkepanjangan dapat
menimbulkan penyakit seperti gangguan penglihatan
Lingkungan Kimia
Pada proses produksi terutama pada bagian, pekerja dapat
terpapar oleh bahan produksi, sisa, uji coba, dan hasil akhir,
yang dapat mengakibatkan berbagai macam masalah
Kesehatan baik mengenai permasalahan kulit ataupun
pernafasan, bahkan dapat mengenai mata

Perusahaan telah membuat peraturan bahwa semua karyawan wajib mengenakan APD untuk
mencegah terjadinya permasalahan tersebut dan apabila ada permasalahan Kesehatan lain maka
perlu adanya rekomendasi untuk menambah penggunaan APD tertentu selama proses produksi
dilakukan oleh pekerja
Lingkungan Biologi
Lingkungan pekerja di semua bidang cukup bersih dan
terawat, juga pada proses produksi tampak karyawan
tidak berdekatan, dimana tiap bagian dilakukan oleh
pekerja ahli dalam bidangnya.
Maka dari itu risiko penularan penyakit seperti
bakteri/virus diharapkan dapat diminimalisir, terutama
masalah Kesehatan berkaitan dengan bahan produksi yang
dapat mengakibatkan permasalahan Kesehatan yang perlu
dijaga kebersihan baik partikel yang ada di udara atau yang
menempel pada peralatan di pabrik
Lingkungan Ergonomi

Di PT. Indostar Building Material, proses produksi dilakukan


dengan kemampuan skill pekerja yang dibantu oleh mesin
besar yang telah dikontrol dan selalu dievaluasi

Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Indostar Building


Material sedikit menggunakan area dengan tempat duduk
sehingga pekerja diharuskan Sebagian besar waktu kerjanya
ialah untuk berdiri dan berjalan, kemudian dalam akhir
produksi, saat dilakukan pemindahan barang jadi, masih
dilakukan semi manual sehingga menimbulkan resiko PAK
karena posisi kurang ergonomis
Lingkungan Sosial Budaya
Untuk posisi kerja antar karyawan dinilai cukup
dekat namun tidak sampai menimbulkan
kerumunan sehingga dapat memberikan
keuntungan untuk psikologis pekerja karena dapat
saling berinteraksi.
Deskripsi Tenaga Kerja
Shift Pagi
Tenaga kerja di PT. Indostar Building Material
07.00 - 14.00
terdiri dari karyawan ahli di berbagai bidang proses
produksi :

- QC proses kedatangan material, penggilingan,

Shi 00-07
- QC proses pengambilan sampel parameter produk,

00- re
00
2 1.
- Uji parameter RMP, printing label oleh mesin,

ft M .00

14. ft So
21.
- QC evaluasi barang jadi,

ala

Shi
- QC proses uji bending strength, penyimpanan dan

m
evaluasi proses produksi.
- karyawan pengawas K3 yang bertugas menilai dan
mengevaluasi mengenai keamanan karyawan pada
saat bekerja.
waktu istirahat tiap shift 1 jam dan hari Minggu libur
02
Analisis
2.1 Keselamatan Kerja

Lingkungan
Lingkungan Kerja
Kerja

02
Proses
Proses Produksi
Produksi Tenaga Kerja

01 03
1. Proses Produksi
No. Bagian Proses Resiko Kecelakaan Faktor Resiko Penyebab Kecelakaan Kerja
Produksi Kerja yang mungkin Faktor Internal Faktor Eksternal
timbul

1. Penerimaan Bahan Nyeri punggung 1. Pekerja tidak 1. Berat barang


baku menerapkan sikap
mengangkat beban
yang benar
2. Pekerja tidak fokus
3. Pekerja kelelahan

2. Proses penggilingan Jari Terpotong alat 1. Pekerja tidak fokus 1. Kondisi alat
saat bekerja penggiling
2. Pekerja kelelahan
3. Pekerja bekerja tanpa
menggunakan sarung
tangan pelindung
1. Proses Produksi
3. Pengambilan Terpapar bahan 1. Pekerja tidak fokus saat 1. Bahan kimia SiO2
sampel kimia bekerja
produk 2. Pekerja kelelahan
3. Pekerja bekerja tanpa
RMP (Raw menggunakan alat
Material pelindung diri
Process)

4. Pelabelan Jari terkena suhu 1. Pekerja tidak fokus saat 1. Mesin oven
panas mesin oven bekerja 2. Bahan kimia SiO2
2. Pekerja kelelahan 3. Suhu panas mesin
3. Pekerja bekerja tanpa oven
menggunakan sarung
tangan pelindung
1. Proses Produksi
5 Uji bending Jari terkena mesin 1. Pekerja tidak fokus saat 1. Mesin bending
strength bekerja
2. Pekerja kelelahan
3. Pekerja bekerja tanpa
menggunakan alat
pelindung diri

6 Material Nyeri Punggung 1. Berat barang


1. Pekerja tidak
Transports / 2. Waktu / Borongan
Loading menerapkan sikap
mengangkat beban berat
yang benar
2. Pekerja tidak fokus saat
bekerja
3. Pekerja kelelahan
2. Lingkungan Kerja
No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. SosBud Ling. Ergonomi
1. Penerimaan - - Pekerja tidak - Cara pengambilan
Bahan Baku menggunakan barang yang tidak
APD lengkap benar sehingga
seperti sarung berisiko mengalami
tangan, dan HNP
masker,
Pekerja
kelelahan

No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. SosBud Ling. Ergonomi
2. Bagian Tempat kerja yang Debu yang - Pekerja tidak - Pekerja
penggilingan panas terhirup terus menggunakan cenderung
Penggunaan sarung menerus bisa APD lengkap mempertahanakan
tangan bisa mengakibatan seperti sarung posisi yang sama saat
mengakibatkan silikosis tangan, dan melakukan pekerjaan
dermatitis kontak masker, dan dalam waktu
yang lama (duduk
serta menunduk)
2. Lingkungan Kerja
3. Bagian Ruangan di isi -pekerja rentan Pekerja rentan Pekerja tidak Pekerja cenderung
pengambilan beberapa pekerja, tertular penyakit terpapar bahan menggunakan mempertahanakan
sampel produk yang didapatkan silika APD lengkap posisi yang sama saat
· Jarak antara dari pekerja lain seperti sarung melakukan pekerjaan
kursi tempat duduk (penyakit yang tangan, dan dan dalam waktu
pekerja dengan pekerja disebabkan masker yang lama (duduk
lainnya terlalu dekat karena droplet) serta menunduk)
· Satu ruangan
diisi oleh lebih dari 20
pekerja
2. Lingkungan Kerja
No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. SosBud Ling. Ergonomi

4.. Bagian pelabelan -Ada mesin oven yang - Terdapat bahan Pekerja tidak -
menimbukan suara kimia SiO2 dan menggunakan
bising yang jika terus pekerja rentan APD lengkap
menerus bisa terpapar seperti sarung
menimbulkan tangan, dan
kehilangan masker, dan ear
penderngaran dan keras muff
serta terdapat hawa
panas yang bisa
mengakibatkan trauma
thermal maupun heat
exhaustion pada peker
2. Lingkungan Kerja
No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. SosBud Ling. Ergonomi

5.. UjiBending Pengambilan sampel - \ Pekerja tidak -


Strenght dilakukan dengan menggunakan
manual dan berdiri APD lengkap
dengan posisi secara seperti sarung
terus menerus, sehingga tangan, dan
berisiko Low Back Pain masker, dan ear
(LBP). muff

- Suara mesin proses


produksi dalam jangka
waktu yang lama dapat
menyebabkan
terjadinya NIHL.
2. Lingkungan Kerja
No Unit Kerja Ling. Fisik Ling. Biologi Ling. Kimia Ling. SosBud Ling. Ergonomi

6.. Material transport Pekerja dapat tertimbun - \ -Pekerja dapat


dan loading tertimbun tumpukan
tumpukan paflon yang paflon yang tidak
tidak ditata tidak rapi. ditata tidak rapi.
3. Tenaga Kerja
No. Unit Kerja Jumlah Populasi Rata-rata Lama Kerja Risiko Kecelakaan Kerja Fasilitas Perusahaan
1. Pekerja pabrik bagian 100 orang 1. Senin – Jumat 1. Pekerja mengalami Secara garis besar pekerja
produksi pukul 08.00 – iritasi akibat paparan sudah mengguakan APD
dengan semestinya sehingga
16.00 bahan baku risiko kecelakaan kerja
(Penggilingan, 2. Sabtu pukul 08.00 2. Pekerja mengalami berkurang, namun APD yang
Pengambilan sampel – 13.00 gangguan ada masih belum lengkap
produk, Pelebelan) 3. Jadwal libur pendengaran akibat digunakan pada tiap unit kerja
disesuaikan bising Sebagian besar proses
4. Jam Istirahat 1 jam 3. Pekerja mengalami pengolahan menggunakan
trauma termal akibat mesin, dimana membutuhkan
kehati-hatian ekstra dan juga
suhu panas
konsentrasi
4. Resiko tangan
pekerja terluka oleh Namun ada beberapa fasilitas
karena alat yang masih kurang seperti tidak
adanya fasilitas tempat duduk
penggilingan
yang dapat digunakan di area
kerja, oleh karena itu jika
pekerja mengalami kelelahan
pekerja tidak bisa beristirahat
sejenak untuk mengembalikan
konsentrasinya.

Jam Kerja, Pembagian shift dan


waktu istirahat telah sesuai
dengan ketentuan.
4. Manajemen
No. Potensi Masalah Masalah Fasilitas Perusahaan

1. Regulasi beban kerja dan jam kerja lembur Belum adanya regulasi beban kerja dan Belum ada regulasi terkait hal
batasan jam kerja lembur tersebut, diharapkan
perusahaan dapat menetapkan
regulasi mengenai hal ini

2. Pemberian extra food bagi pekerja Belum adanya program pemenuhan gizi pekerja Belum adanya kebijakan ini,
perusahaan dapat memulai
Tidak adanya kebijakan pemberian extra food dengan memberikan atau
menyediakan air minum atau
makanan ringan

3. Penyediaan makanan di tempat kerja Pekerja membawa sendiri makanan dari rumah Perusahaan dapat
(bekal) mempertimbangkan adanya
supervisor ahli gizi
2.2 Kesehatan Kerja

Infeksi

TB Paru Konjungtivitis

01 02
01 TB Paru

Usia

• PT. Indostar Building Material memperkerjakan


pekerja yang berusia -+ 40 tahun. Kementrian
Kesehatan (Kemenkes) mengatakan bahwa
mayoritas penderita TBC pada usia 35-54 tahun
sebesar 42% pada tahun 2020. Terjadinya proses
degeneratif akan mengakibatkan seseorang rentan
terhadap suatu penyakit (WHO, 2019)
Jenis Kelamin
• Sebagian besar pekerja di pabrik ini adalah laki-laki
yang mempunyai risiko lebih besar dibandingkan
dengan perempuan. Dikatakan pula seseorang
dengan jenis kelamin laki-laki yang merokok
memiliki faktor resiko lebih besar rentan terhadap
suatu penyakit karena adanya pajanan asap rokok
yang mengakibatkan adanya penimbunan mukus dan
penurunan pergerakan silia sehingga pertumbuhan
bakteri dapat terjadi (Ilham, 2020)
Epidemiologi

• Menurut laporan WHO, Indonesia


menempati peringkat ketiga di dunia
terkait angka kejadian tuberculosis.
Insidensi tuberculosis di Indonesia adalah
316 per 100.000 penduduk (Kemenkes,
2020).
02 Konjungtivitis
Konjungtivitis

Paparan Debu
• Pada kunjungan pabrik tersebut, terlihat
beberapa tempat dan kegiatan produksi
terdapar debu dan polutan yang bisa
meningkatkan kejadian konjungtivitis
alergi . Debu merupakan mikroorganisme
yang sangat mudah untuk terbawa angin dan
terbang sehingga sangat muda menempel ke
mata pekerja
Penggunaan APD
• Pada kunjungan terlihat beberapa karyawan tidak disiplin
dalam menggunakan APD . Hal ini dapat menyebabkabkan
kemungkinkan pekerja mengalami konjungtivitis.
• Hand Hygine yang kurang baik, saat melakukan kujunhan
perusahaan saya jarang kelihat tempat pencuci tangan. Hal
tersebut dapat menjadi faktor risiko terjadinya penularan
konjungtivitis karena mereka memakai atau memegang alat
yang sama sehingga ada kemungkinan alat tersebut
terkontaminasi virus dan akan menjadi salah satu jalan
penularan.
2.2 Kesehatan Kerja

Non-Infeksi

DRY
DRY EYE
EYE DERMATITIS
DERMATITIS LOW
LOW BACK
BACK PAIN
PAIN
SYNDROME
SYNDROME KONTAK
KONTAK IRITAN
IRITAN (LBP)
(LBP)
(DES)
(DES)
01 Dry Eye Syndrome (DES)

Faktor Resiko
• Faktor lingkungan
Kondisi lingkungan (kelembaban udara, suhu, debu) yang mempengaruhi permukaan
okuler, seperti pada proses pengamatan bahan produksi dan mesin dalam durasi yang panjang
dapat menyebabkan ketidakstabilan lapisan air mata.

• Penggunaan APD
Tanpa penggunaan APD berupa google atau kacamata khusus pada pekerja dapat
menyebabkan peningkatan resiko terjadinya penyakit DES karena paparan debu, polusi serta gas
residu dari sisa produksi bahan silica.
02 Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Faktor Resiko
• Intensitas dan Durasi Paparan Bahan Iritan
Salah satu bahan penting produksi PT. Indostar Building Material adalah silica, resiko
terjadinya DKI dapat meningkat pada paparan silica dengan intensitas yang tinggi serta durasi
lama pada pekerja khususnya bagian proses produksi, uji parameter, dan quality control.

• Penggunaan APD
Penggunaan APD pada pekerja bagian penggilingan bahan, uji parameter dan incoming
material beberapa belum menggunakan APD sesuai standar. Penggunaan APD berupa gloves
dapat menjadi upaya pencegahan terjadinya DKI terhadap paparan kronis bahan iritan.
03 Low Back Pain (LBP)

Faktor Resiko
• Posisi Pekerja Tidak Ergonomis
Para pekerja sering kali membungkuk pada proses produksi penggilingan, uji bending
strength, pencatatan pada saat quality control dan proses pengambilan sampel uji parameter, serta
saat mengangkat dan memindahkan board dari satu sisi ke sisi lainnya.

• Beban Berat
Pada proses penggilingan bahan baku silica, pekerja memindahkan hasil produksi ke dalam
kotak secara manual dengan beban pikul yang cukup berat.
03
Pembahasan
3.1 KESELAMATAN KERJA

Proses Lingkungan
Lingkungan Kerja
Kerja
Proses Produksi
Produksi Tenaga
Tenaga Kerja
Kerja
Proses Produksi
Penerimaan Bahan Penggilingan Raw Material Process
Baku

11 22 33

44 55 Now
Now
Pelabelan Uji Bending stenght Produk siap dipasarkan
Lingkungan Kerja

L.
L. Fisik
Fisik 01 Ruangan luas dan semi
terbuka 🡪 angin
Proses pengujian dan
pengambilan sampel 🡪 kontak
silika dan bahan kimia
02 L.
L. Kimia
Kimia

L.
L. Biologi
Biologi 03 Bersih, pencahayaan dan
ventilasi baik

Posisi berdiri yang terlalu lama


04 L.
L. Ergonomi
Ergonomi
Tenaga Kerja
Pekerja PT. Indostar tampak masih belum memahami penuh
pentingnya penggunaan APD pada saat bekerja, terlihat pada
saat pekerja melakukan pekerjaannya di bagian proses
pengujian, masih banyak yang tidak menggunakan masker,
sarung tangan dan tidak memperhatikan faktor ergonomi.
3.2 Kesehatan Kerja
Infeksi

TB Paru Konjungtivitis

01 02
01 TB Paru

• Pekerja terkadang melepas masker 🡪 dapat tertular dari pekerja


lain yang sakit
• Faktor lain 🡪 usia, jenis kelamin, paparan, durasi kerja
• Bahan bangunan (debu silika) meningkatkan risiko TB Paru

Perusahaan harus memerhatikan:


1. Pengendalian debu
2. Skrining rutin pada pekerja
02 Kongjungtivitis

• Proses produksi incoming material dan


proses penggilingan 🡪 pekerja tidak
menggunakan APD untuk mata
• Faktor risiko penularan 🡪 paparan debu,
personal hygiene

Perusahaan harus menerapkan:


1. Engineering control
2. Penilaian risiko bahaya
3.2 Kesehatan Kerja
Non-Infeksi

DRY
DRY EYE
EYE DERMATITIS
DERMATITIS LOW
LOW BACK
BACK PAIN
PAIN
SYNDROME
SYNDROME KONTAK
KONTAK IRITAN
IRITAN (LBP)
(LBP)
(DES)
(DES)
01 Dry Eyes Syndrome

•Proses produksi durasi pajanan dan tanpa APD Mata -> tinggi paparan debu
silica -> perubahan permukaan okuler
•Preventif dengan penggunaan APD mata
•Lama pajanan
02 Dermatitis Kontak Iritan Kerja

● 50-60% dari seluruh kasus dan banyak mengenai lengan, tangan, dan jari pekerja → tidak
nyaman → produktivitas menurun
● Faktor yang berpengaruh → paparan bahan iritan, lama masa kerja, serta penggunaan APD
yang tidak maksimal
● Intervensi preventif →
03 Low Back Pain

● Proses pemilihan barang jadi -> keregangan otot atau posisi tubuh yang tidak tepat dalam
waktu yang relatif lama dan karena minimnya waktu yang disediakan, mengangkat dan
mengangkut beban dengan sikap yang tidak ergonomis
● Postur kerja yang selalu berdiri, membungkuk, mengangkut dan mengangkat (dalam
pengemasan sebelum di packing)
● Preventif dengan penggunaan mesin / menggunakan alat bantu penyangga punggung
● Durasi pengelompokkan barang (Administrative)
3.3
REKOMENDASI
K3
3.3.1 Keselamatan
Kerja
Proses Produksi
Masalah Solusi
● Proses pengujian pasir silika 🡪 mengetahui ● Kegiatan promotif penggunaan APD yang lengkap
kadar air dan kotoran menggunakan mesin dan edukasi bahaya trauma inhalasi dan trauma
tabung dengan suhu tinggi thermal. Pemberlakuan sanksi pelanggaran displin
○ Pekerja tidak menggunakan APD (sarung mengenai pemakaian APD dan standar prosedur
operasi.
tangan dan masker). ● Menyediakan dan mewajibkan masker bagi setiap
● proses uji parameter, pekerja meraih tuas dan karyawan terutama pada karyawan yang berada pada
menuangkan bahan cairan pada mesin yang lokasi penyimpanan bahan baku ataupun yang
ketinggiannya tidak proporsional. mengandung debu silika.
● Proses distribusi🡪 tidak ada rambu untuk jalur ● Perusahaan disarankan melakukan evaluasi
kendaraan, dan jalur pejalan kaki (batas jalur, batas mesin dan modifikasi menggunakan alat bantu
kecepatan kendaraan, rambu navigasi). untuk membantu dan menunjang para pekerja
● Area warehouse🡪 tidak ada rambu untuk pejalan melakukan kegiatan secara ergonomis untuk
mengurangi resiko cedera.
kaki dan rambu untuk forklift truc, rambu ● Peninjauan kembali pada area-area yang
keterangan maksimal tumpukan barang 🡪 resiko memerlukan rambu atau petunjuk seperti
tumpukan barang rubuh dan menimpa pekerja. pemasangan rambu jalur kendaraan (mobil, truck,
forklift truck), jalur pejalan kaki, batas kecepatan
maksimal, petunjuk arah, serta tumpukan barang
maksimal.
Lingkungan Kerja
Masalah Solusi
● Tidak didapatkan termometer rangan ● Menyediakan alat pengukur suhu ruangan di
● Suhu yang ada di dalam ruangan tergolong panas, setiap bagian ruangan dan pengecekan secara berkala
serta getaran dan bising yang timbul dari penggunaan suhu pada ruangan tersebut. Dan disediakan sistem
alat transportasi dan mesin. ventilasi yang sesuai dengan standar ketentuan
● Beberapa area terutama penyimpanan sementara bahan agar udara panas dapat bertukar dengan udara segar
baku banyak mengandung debu silika. di luar, bila perlu menyediakan pendingin ruangan
seperti ac atau kipas angin.
● Penggunaan masker khusus respiratoar untuk
pekerja dengan paparan debu silika yang tinggi.
● Identifikasi dan analisis sumber bising pada
lingkungan dengan alat sound level meter (SLM)
atau Noise dosimeter pada pekerja. Menyediakan
APD berupa ear plug atau ear muff serta
pengurangan waktu paparan pada getaran dan
kebisingan dengan memberlakukan sistem shift
Kondisi Karyawan

Masalah Solusi
● Pekerja masih sering mengabaikan kesehatan ● Mengadakan kegiatan refreshing untuk
dan keselamatan ketika bekerja. meredakan stress para pekerja
● Lingkungan kerja yang panas dan penuh ● Menyediakan sarana konsultasi dengan
bahan material bisa meningkatkan stress para paramedis ataupun psikolog
pekerja.
Kebijakan Manajemen

Masalah Solusi
● Regulasi mengenai jam kerja dan batasan ● Membuat regulasi mengenai batasan jam
waktu untuk lembur bagi pekerja. kerja terutama jam lembur bagi pekerja
sesuai dengan beban kerjanya.
3.3.2 Kesehatan Kerja - Infeksi

TB Paru
Konjungtivitis

01 03
01 TB Paru

• Pekerja tidak memakai masker 🡪


dapat tertular dari pekerja lain
yang sakit
• Faktor lain 🡪 usia, paparan,
durasi kerja
• Bahan bangunan (debu silika)
meningkatkan risiko TB Paru

Perusahaan harus memerhatikan:


1. Pengendalian debu
2. Skrining rutin pada pekerja
03
02 Konjungtivitis
Konjungtivitis
• Proses produksi incoming
material dan proses
penggilingan 🡪 pekerja tidak
menggunakan APD untuk mata
• Faktor risiko penularan 🡪 paparan
debu, personal hygiene

Perusahaan harus menerapkan:


1. Engineering control
2. Penilaian risiko bahaya
Kesehatan Kerja Non- Infeksi

DKI

02
LBP DES

01 03
LOW BACK PAIN
keregangan otot atau posisi tubuh yang tidak tepat dalam waktu yang relatif
lama, mengangkat dan mengangkut beban dengan sikap yang tidak
ergonomis

postur kerja yang selalu berdiri, jongkok, membungkuk,


mengangkut dan mengangkat

- Pencegahan yang bisa dilakukan


- Enginering Control
- Administrative
Dermatitis kontak iritan

paparan bahan kimia iritan, memakai APD sesuai


lama masa kerja, serta standar secara tepat, selalu
penggunaan alat pelindung menjaga kebersihan diri
diri (APD) yang tidak sebelum dan sesudah
maksimal bekerja,
Dry eye syndrome
• Proses produksi dursai panjanga
dan tanpa APD Mata 🡪 tinggi
paparan debu silica 🡪 perubahan
permukaan okuler
• Preventif dengan penggunaan
APD mata
• Lama pajanan
3.3.2 Kesehatan Kerja
1. TB Paru

Masalah Solusi
● Risiko penularan TB paru bagi para 1. Mengadakan edukasi dan promosi kesehatan
karyawan karena paling banyak karyawan tentang cara penularan dan pencegahan TB paru
adalah jenis kelamin laki-laki. terhadap karyawan pabrik
● Ventilasi dan sanitasi pabrik kurang 2. Mengedukasi karyawan untuk senantiasa
memadai mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang, menjauhi rokok, dan menjaga
sanitasi di area lingkungan pabrik
2. Konjungtivitis

Masalah Solusi
● Karyawan berpotensi untuk terkena ● Mengedukasi para pekerja agar selalu
konjungtivitis karena tidak menggunakan menggunakan APD pelindung mata
APD (kaca mata pelingdung) saat berkerja. ● Mengedukasi pekerja agar selalu mencuci
● Pekerja tidak menggunakan sarung tangan saat sebelum dan sesudah memegang alat-
tangan APD alat pabrik
● Pekerja tidak mencuci tangan sebelum dan ● Menyediakan APD sarung tangan bila perlu
sesudah menyentuh alat-alat disposable agar terhindar dari penularan
konjungtivitis antar pekerja
3. Low Back Pain

Masalah Solusi
● Pekerja berisiko terkena Low Back Pain ● Menyediakan alat dan mesin yang sesuai
karena pekerja sering membungkuk dan juga dengan tinggi badan para pekerja
posisi yang tidak ergonomis yang ● Memberikan waktu istirahat dan
dipertahankan dalam jangka waktu lama. stretching atau senam ringan di sela-sela
● Pekerja sering mengangkat beban berat bekerja.
dengan sikap tidak ergonomis
4. Dermatitis Kontak Iritan

Masalah Solusi
● Pekerja terpapar dengan zat-zat kimia yang ● Penggunaan APD berupa sarung tangan
dapat mengiritasi kulit bila terapapar secara dan apron kepada para pekerja agar
kronis atau terus menerus. terhindar dari paparan bahan iritan
5. Dry Eye Syndrome

Masalah Solusi
● Pekerja tidak menggunakan APD pelindung ● 1. Penggunaan APD pelindung mata untuk
mata yang berpotensi mengalami Dry Eye para pekerja agar terlindung dari paparan
Syndrome akibat proses evaporasi debu polutan, serta gas residu sisa dari
berlebihan yang dipengaruhi oleh kondisi produksi bahan silika.
lingkungan seperti kelembaban udara, suhu, ● 2. Menambah ventilasi udara lingkungan
dan debu. pabrik untuk mengatur suhu dan mengatur
kelembaban ruangan di area pabrik
3.3 Rekomendasi (Strategi
Pengendalian Komprehensif)
Keselamatan Kerja
1. Proses Produksi
No. Masalah Solusi
1. Pekerja masih terpantau tidak 1. Melakukan promotif mengenai pentingnya penggunaan APD
menggunakan APD yang sesuai serta bahaya tidak menggunakan APD yang dapat beresiko
dengan seharusnya, penggunaan bagi diri sendiri, rekan kerja, dan keluarga.
masker yang belum sesuai 2. Melakukan pengadaan APD yang lengkap sesuai dengan
dengan paparan debu silika bidang produksi dan SOP
yang sangat tinggi, beberapa 3. Menerapkan sistem reward and punishment
tidak menggunakan sarung 4. Sebelum bekerja tiap bagian dilakukan pengecekan untuk
tangan, dan beberapa didapati APD
tidak menggunakan ear plug 5. Melibatkan semua pekerja untuk saling mengingatkan dan
pada area produksi yang bising. waspada terhadap diri sendiri dan pekerja lain apabila
mendapati rekan pekerja lain tidak mematuhi APD sesuai
SOP.
2. Lingkungan Kerja
1. Suhu 1. Melakukan promotif mengenai resiko lingkungan kerja panas dan edukasi meliputi
yang faktor-faktor resiko yang dapat mempengaruhinya seperti status gizi, status
panas hidrasi, jenis dan model pakaian yang digunakan para pekerja, juga pelatihan cara
pengendaliannya, seperti cara penggunaan APD dan anjuran minum supaya tubuh
tetap terhidrasi dengan baik.
2. Dilakukan pemeriksaan dan pengontrolan suhu lingkungan kerja agar tidak
melebihi nilai ambang batas
3. Pembatasan waktu paparan panas dengan cara pembatasan waktu bekerja dan
pengaturan waktu istirahat disesuaikan dengan beban kerja
4. Aklimatisasi dapat dilakukan pada pekerja baru
5. Pihak perusahaan menyediakan tempat beristirahat dengan suhu dingin dan air
minum dan menekankan pekerja untuk minum secara teratur.
2. Lingkungan Kerja
2 Area 1. Melakukan analisis sumber bising pada lingkungan dengan alat sound level
. bising meter (SLM) atau Noise dosimeter pada pekerja.
2. Regulasi jam bekerja sesuai dengan NAB (nilai ambang batas) kebisingan
dengan memberlakukan sistem shift.
3 Tingginya 1. Melakukan promotif akan bahaya debu silika.
. paparan 2. Pengontrolan debu pada lingkungan bisa dengan mengoptimalkan ventilasi
debu yang ada, membersihkan ventilasi, selalu membukanya rutin, dan bisa juga
silika dilakukan penambahan ventilasi seperti turbin ventilator sebagai ventilasi dan
penghisap udara.
3. Penggunaan masker khusus respiratoar untuk pekerja dengan paparan debu
silika yang tinggi.
3. Kondisi Karyawan
No. Masalah Solusi
1. Pekerja tidak 1. Menyediakan waktu istirahat dan senam ringan
menerapkan (stretching) di sela-sela bekerja
prinsip ergonomis 2. Memfasilitasi alat atau mesin yang sesuai dengan
ketinggian pekerja
3. Melakukan promotif pada pekerjaan pekerjaan
yang membutuhkan prinsip ergonomis.
4. Kebijakan Manajemen
No. Masalah Solusi

1. Regulasi 1. Melakukan kontrol pekerja, dengan memberikan batas


jam kerja maksimal kerja sesuai dengan batas ambang maksimal
paparan yang terjadi pada masing-masing area bekerja.
2. Pekerjaan yang memiliki faktor risiko tinggi dapat
diberikan regulasi yang lebih cepat, contohnya pada
pekerja di ruangan bising.
3.3 Rekomendasi (Strategi
Pengendalian Komprehensif)

Kesehatan Kerja
NON INFEKSI
Nama Masalah Solusi
Penyakit
LBP 1.Pekerja berisiko 1. Menyediakan alat dan mesin yang sesuai
terkena LBP karena dengan tinggi badan para pekerja
pekerja sering 2. Memberikan waktu untuk stretching atau
membungkuk dan juga senam ringan di sela-sela bekerja.
posisi yang tidak 3. Melakukan promotif pada pekerjaan
ergonomis yang pekerjaan yang membutuhkan prinsip
dipertahankan dalam ergonomis.
jangka waktu lama.
2.Pekerja sering
mengangkat beban
berat dengan sikap
tidak ergonomis
Dermatitis 1. Pekerja terpapar dengan 1. Penggunaan APD berupa sarung tangan
Kontak zat-zat kimia yang dapat dan apron kepada para pekerja agar
Iritan mengiritasi kulit bila terhindar dari paparan bahan iritan
terapapar secara kronis.
Dry Eye 1. Pekerja tidak 1. Penggunaan APD pelindung mata untuk
Syndroms menggunakan APD para pekerja agar terlindung dari
(DES) pelindung mata yang paparan debu polutan, serta gas residu
berpotensi mengalami sisa dari produksi bahan silika.
DES 2. Menambah ventilasi udara lingkungan
pabrik untuk mengatur suhu dan
mengatur kelembaban ruangan di area
pabrik
INFEKSI
Nama Masalah Solusi
Penyakit
Konjungt 1. Karyawan berpotensi untuk terkena 1. Mengedukasi para pekerja agar selalu
ivitis konjungtivitis dikarenakan paparan debu menggunakan helm APD full face atau
polutan, mikroorganisme maupun kacamata pelindung
mikropartikel yang berterbangan 2. Mengedukasi pekerja agar selalu mencuci
mengenai mata karena tidak tangan saat sebelum dan sesudah memegang
menggunakan APD (kaca mata alat-alat pabrik
pelingdung) saat berkerja.
2. Pekerja tidak mencuci tangan sebelum
dan sesudah menyentuh alat-alat
Tubercul 1. Risiko penularan TB paru pada karyawan 1. Mengadakan edukasi dan promosi kesehatan
osis (TB) karena paling banyak karyawannya tentang penyakit TB Paru
adalah laki-laki. 2. Melakukan pendataan kepada pekerja pabrik
terkait gejala gejala penyakit TB paru yang
dirasakan para pekerja
04
Penutup
Kesimpulan
Risiko kerja pada PT Indostar Building Material:
• Risiko terpapar bahan produksi yaitu debu silika

• Risiko infeksi bakteri maupun virus Kesimpulan


• Ergonomi pada beberapa bagian perusahaan

• Kedisiplin karyawan dalam penggunaan APD.

• Kecelakaan kerja

→ Tingginya resiko pada tempat kerja diminimalisir dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan
& Kesehatan Kerja (SMK3) yang sudah dijalankan oleh manajemen.
Saran
• Menggiatkan Penyuluhan dan edukasi • Pengusaha industry mengaplikasikan
terhadap Risiko Penyakit akibat kerja penggunaan alat pengukur di tempat kerja
maupun kecelakaan kerja kepada seluruh untuk mengoptimalkan lingkungan kerja
pekerja. bagi para Saran
pekerja (misalnya thermometer
• Menerapkan sistem reward and punishment ruangan, SLM, noise dosimeter).
seperti bagi setiap pekerja terutama dalam • Pembuatan kebijakan manajemen tentang
penggunaan APD. peningkatan standarisasi APD kepada
seluruh pekerja.
Daftar Pustaka
Barr KP, Concannon LG, Harrast MA. Low back pain. In: Braddom’s physical medicine & rehabilitation. 7th ed. Elsevier; 2018. p. 711–45.
Borenstein D, W. Wiesel S. Low back and neck pain comprehensive diagnosis and management. Philadelphia: Saunders; 2019
Chandra Kashyap G, Sharma SK, Singh SK, 2020, Prevalence and predictors of asthma, tuberculosis and chronic bronchitis among male
tannery workers: A study of Kanpur City, India. Clinical Epidemiology and Global Health [Internet]. 2021;9(May):71–7. Available
from: https://doi.org/10.1016/j.cegh.2020.07.002
Dang Sh (2021). Prevent Workplace Eye Injuries During COVID-19. American Academy of Ophthalmology (aao.org). Available from:
https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/injuries-work
Ehrlich R, Akugizibwe P, Siegfried N, et al., 2021 The association between silica exposure, silicosis and tuberculosis: a systematic review and
meta-analysis. BMC Public Health 21, 953 (2021). https://doi.org/10.1186/s12889-021-10711-1
Ehrlich R, Spiegel JM, Adu P, Yassi A, 2020, Current guidelines for protecting health workers from occupational tuberculosis are necessary,
but not sufficient: Towards a comprehensive occupational health approach. International Journal of Environmental Research and Public
Health. 2020;17(11):1–11.
Houle MC, Holness DL, DeKoven J. Occupational Contact Dermatitis: An Individualized Approach to the Worker with Dermatitis. Curr
Dermatol Rep. 2021;10(4):182-191. doi: 10.1007/s13671-021-00339-0. Epub 2021 Sep 14. PMID: 34540358; PMCID: PMC8439371.
International Labour Organization, 2022, Diagnostic and exposure criteria for occupational diseases; Guidance notes for diagnosis and
prevention of the diseases in the ILO List of Occupational Diseases (revised 2010), [Internet]. [cited 2022 Jul 15]. Available from:
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---lab_admin/documents/publication/wcms_836362.pdf
Khorshed, EAE, El-Naggar, SA, El-Gohary, SS. et al., 2022, Occupational ocular health problems among marble workers at Shaq El Tho’ban
industrial area in Egypt. Environ Sci Pollut Res 29, 37445–37457 (2022). https://doi.org/10.1007/s11356-021-18410-5
Pristianto, A., Wijianto, W., Susilo, T. E., Naufal, A. F., Rahman, F., & Addiningsih, Y. (2021). Edukasi program aquatic exercise dalam
mengurangi keluhan serta meningkatkan kemampuan fungsional pasien nyeri pinggang kronik. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Multidisiplin, 4(3), 190-193
Kemenkes. 2020. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Barr KP, Concannon LG, Harrast MA. Low back pain. In: Braddom’s physical medicine & rehabilitation. 7th ed. Elsevier; 2018. p.
711–45.
Borenstein D, W. Wiesel S. Low back and neck pain comprehensive diagnosis and management. Philadelphia: Saunders; 2019
Chandra Kashyap G, Sharma SK, Singh SK, 2020, Prevalence and predictors of asthma, tuberculosis and chronic bronchitis among
male tannery workers: A study of Kanpur City, India. Clinical Epidemiology and Global Health [Internet]. 2021;9(May):71–7.
Available from: https://doi.org/10.1016/j.cegh.2020.07.002
Dang Sh (2021). Prevent Workplace Eye Injuries During COVID-19. American Academy of Ophthalmology (aao.org). Available from:
https://www.aao.org/eye-health/tips-prevention/injuries-work
Ehrlich R, Akugizibwe P, Siegfried N, et al., 2021 The association between silica exposure, silicosis and tuberculosis: a systematic
review and meta-analysis. BMC Public Health 21, 953 (2021). https://doi.org/10.1186/s12889-021-10711-1
Ehrlich R, Spiegel JM, Adu P, Yassi A, 2020, Current guidelines for protecting health workers from occupational tuberculosis are
necessary, but not sufficient: Towards a comprehensive occupational health approach. International Journal of Environmental
Research and Public Health. 2020;17(11):1–11.
Houle MC, Holness DL, DeKoven J. Occupational Contact Dermatitis: An Individualized Approach to the Worker with Dermatitis. Curr
Dermatol Rep. 2021;10(4):182-191. doi: 10.1007/s13671-021-00339-0. Epub 2021 Sep 14. PMID: 34540358; PMCID:
PMC8439371.
International Labour Organization, 2022, Diagnostic and exposure criteria for occupational diseases; Guidance notes for diagnosis and
prevention of the diseases in the ILO List of Occupational Diseases (revised 2010), [Internet]. [cited 2022 Jul 15]. Available from:
https://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_dialogue/---lab_admin/documents/publication/wcms_836362.pdf
Khorshed, EAE, El-Naggar, SA, El-Gohary, SS. et al., 2022, Occupational ocular health problems among marble workers at Shaq El
Tho’ban industrial area in Egypt. Environ Sci Pollut Res 29, 37445–37457 (2022). https://doi.org/10.1007/s11356-021-18410-5
Pristianto, A., Wijianto, W., Susilo, T. E., Naufal, A. F., Rahman, F., & Addiningsih, Y. (2021). Edukasi program aquatic exercise dalam
mengurangi keluhan serta meningkatkan kemampuan fungsional pasien nyeri pinggang kronik. Jurnal Pengabdian Masyarakat
Multidisiplin, 4(3), 190-193
Kemenkes. 2020. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai