Anda di halaman 1dari 16

REFLEKSI KASUS

ASTHMA

Oleh:

Tri Ananda Adipranoto (202020401011148)

Pembimbing :

dr. Bayu Kurniawan Sp.A.

SMF PEDIATRI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-

Nya, penulisan laporan kasus stase Ilmu Kesehatan Anak ini dapat diselesaikan dengan baik.

Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga, para

sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.

Refleksi kasus yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai “ASTMA”.

Penulisan laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas individu stase Ilmu Kesehatan

Anak.

Dengan terselesaikannya laporan kasus ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada dr. Bayu Kurniawan Sp.A selaku pembimbing kami, yang telah

membimbing dan menuntun kami dalam pembuatan refleksi kasus ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami

tetap membuka diri untuk kritik dan saran yang membangun. Akhirnya, semoga laporan

kasus ini dapat bermanfaat.

Lamongan, September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

BAB II LAPORAN KASUS .........................................................................................2

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................14

BAB IV PENUTUP.......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

Asma merupakan sebagai penyakit kronik saluran nafas yang berhubungan dengan

hiperresponsif saluran napas. Asma merupakan kondisi yang membebani anak-anak yang

terkena dan kel. Asma bermacam-macam tergantung pada kriteria mana yang dianut.

Pedoman Nasional Asma Anak menyepakatinya sebagai diduga asma apabila anak

menunjukkan gejala batuk dan/atau mengi yang timbul secara episodik, cenderung pada

malam hari/dini hari (nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta adanya riwayat asma

dan atopi pada pasien atau keluarganya.

Asma merupakan penyakit yang sering dijumpai pada anak. Prevalensi asma telah

meningkat dalam beberapa dekade terakhir baik pada negera berkembang maupun pada

negara maju. Penelitian International Study of Asthma dan Allergies in Childhood (ISAAC)

menunjukkan bahwa prevalensi gejala asma berkisar dari 1.6-27.2% pada anak usia 6-7

tahun, dan 1.9-35.5% pada anak usia 13-14 tahun. Sedangkan prevalensi asma anak di

Indonesia sekitar 10% pada anak usia 6-7 tahun dan sekitar 6,5% pada anak usia <14 tahun.

Penyakit asma dibagi menjadi dua menurut berat ringannya, yaitu klasifikasi derajat

penyakit asma dan klasifikasi derajat serangan asma. Klasifikasi derajat penyakit asma

menurut konsensus internasional penanggulangan asma anak, asma dibagi berdasarkan

keadaan klinis dan keperluan obat menjadi 3 golongan, yaitu asma episodik jarang, persisten

sering, dan persisten berat. Sedangkan derajat serangan asma dibagi menjadi 3 juga yaitu

serangan ringan, serangan sedang, dan serangan berat.


BAB II

LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien

Nama : An. M. Raffa Firdayansyah

Usia : 8 tahun 7 bulan

Alamat : Blajo, Kalitengah, Lamongan

Tanggal periksa : 14 September 2021

Nama ibu : Ny. Ajeng

Pendidikan : S1

Pekerjaan ibu : Wiraswasta

Nama ayah : Tn. Firdayansyah

Pendidikan : S1

Pekerjaan ayah : Wiraswasta dan Mahasiswa

B. Anamnesis

Keluhan utama: Bapilnas

RPS:

An. M datang diantar bapak ibunya dengan keluhan batuk pilek dan panas. batuk

dirasakan Sejak 1 hari yang lalu. batuk disertai disertai sesak dan dahak sulit keluar

dan tenggorokan terasa gatal. pilek anak sudah dirasakan 1 hari yang lalu, ingus

berwana bening. dan panas dirasakan sejak semalam. anak menjadi sudah tidur karena

sesak. orang tua tidak mengetahui alergi apa yang spesifik pada anak, tetapi sesak

sering kambuh saat anak makan ikan dan telur. anak juga sesak saat anak kelelahan

bermain, mual-muntah disangkal. Asma terakhir kali kambuh 5 bulan yang lalu. Ibu

teringat anaknya terakhir kali makan bakso ikan diberikan neneknya.


RPD:

Riwayat kejang disangkal pada pasien, Ibu mengatakan bahwa anaknya memiliki

ashma dari dulu dan kambuh 5 bulan yang lalu. Ibu mengatakan bahwa anak memiliki

alergi ikan dan telur dan anak sesak saat alergi.

RPK:

Pada keluarga tidak adanya yang memiliki riwayat penyakit serupa seperti anak raffa.

Riwayat asma pada keluarga di sangkal, tetapi Ayah memiliki alergi gatal gatal saat

makan ikan dan telur

Riwayat Sosial:

An. M sehari-hari diasuh oleh kedua orang tuanya. Rumah pasien jauh dari jalan raya

utama dan sering dibersikan setiap hari (di sapu dan pel). Kasur anak menggunakan

Kasur busa bukan kapuk. Pasien tinggal ber 5 bersama ayah, ibu, kakek dan

neneknya. Aktifitas keseharian pasien bisa bermain dengan normal karena asma

jarang kambuh jika asma, asma kambuh jika bermain terlalu berat

Riwayat imunisasi :

Ibu mengatakan An. M selalu mendapat imunisasi lengkap. Namun lupa detail

mengenai nama imunisasi & waktunya dan buku KIA anak tidak dibawa

Riwayat nutrisi :

Pada usia 0-12 bulan An. M mendapatkan ASI eksklusif. Untuk sekarang nutrisi

pasien berupa makan makanan keluarga 3x sehari dan minum susu formula.

C. Pemeriksaan fisik

D. Hasil dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik. Pemeriksaan


kepala leher tidak didapatkan anemis, ikterik, cyanosis, dan didapatkan dispnea,
pernafasan cuping hidung, mata cowong dan pharyng hiperemi. Pemeriksaan regio
thorax didapatkan simetris retrasi, rhonki tidak didapatkan, adanya suara wheezing,
tidak ada suara murmur dan suara jantung s1/s2 tunggal. Pemeriksaan abdomen supel
dan tidak ditemukan meteorismus, dan bising usus dalam batas normal dan pada
pemeriksaan ekstremitas akral hangat kering merah, CRT < 2 detik, tidak nampak
edema, tidak tampak ptekiae.
E. Diagnosis

Asthma

F. Terapi

Intrizin Drop (10mg/1ml)/15ml  1 dd 0,3 ml

Velutine (2.5ml/4ml pz) NEB/10  prn

- Epexol 30mg tab/100 15.00mg,

- Tremenza 60mg/2,5mg tab/100 20mg,

- Salbutamol 4mg tab/100 1.5mg

- pulv 1 XX 3 dd 1
BAB III

REFLEKSI KASUS

1. Deskripsi

- Pasien datang diantar orang tuanya dengan keluhan batuk pilek dan panas, An. M

datang diantar bapak ibunya dengan keluhan batuk pilek dan panas. batuk

dirasakan Sejak 1 hari yang lalu. batuk disertai disertai sesak dan dahak sulit

keluar dan tenggorokan terasa gatal. pilek anak sudah dirasakan 1 hari yang lalu,

ingus berwana bening. dan panas dirasakan sejak semalam. anak menjadi sudah

tidur karena sesak, mual-muntah disangkal. Terakhir kali makan diberikan bakso

ikan oleh neneknya

- Riwayat dahulu pasien: pasien memiliki penyakit asma, dan kabuh jika makan

ikan dan telur, pasien terakhir kali asma 5 bulan yang lalu dan orang tua pasien

langsung membawa pasien kerumah sakit

- Ibu pasien mengeluhkan walaupun sudah tau pasien mempunyai asma dan tau

bagaimana cara menguap anaknya, ibu pasien merasa tidak tenang jika tidak

dibawa ke dokter. Dan pada saat pandemic ini ibu pasien takut anaknya terkena

covid karena anak sesak dan semakin tidak tenang jika tidak dibawa ke dokter,

walau sudah tau anak mempunyai asma.

- pada Riwayat keluarga pasien: tidak ada dikeluarga yang mempunya nafas mengi

dan asma, tetapi ayah memiliki alergi gatal gatal sehabis makan ikan dan telur

- Dalam aktifitas keseharain, pasien bisa bermain dengan normal dan aktif. Asma

pasien jarang kambuh jika pasien kelelahan.


- Saat dirumah sakit ibu pasien terlihat sangat takut dan menanyakan apakah

masker yang dipakai untuk anaknya steril dan apakah tidak apa apa dan aman

tidak memakai masker di luar ruang karena nebul dilakukan diluar ruang dokter

- Pasien merupakan pasien umum bukan bpjs dikarenakan orang tua pasien belum

sempat mengurus bpjsnya

- Pasien tinggal berlima dirumah Bersama ayah, ibu, kakek, nenek. Rumah pasien

sering dibersihkan dan jauh dari jalan raya.

2. Emosi pribadi

- Empati terhadap ibu pasien karena merasa cemas anaknya sesak nafas.

Kekhawatiran ibunya merupakan bentuk perhatian sehingga ingin anaknya

mendapat perawatan yang lebih baik meskipun ibunya dapat meringankan

gejalanya

3. Evaluasi pengalaman

- Pengalaman yang menyenangkan :

Ibu dan ayah pasien sangat informatif sehingga membantu kami dalam melakukan

anamnesis yang lengkap. Pasien kooperatif dan mudah diperiksa, keluarga pasien

juga ramah dan terbuka, sehingga informasi dapat mudah digali

- Pengalaman yang buruk : Minimnya waktu untuk menganamnesis pasien

dikarenakan hanya bisa menganamnesis di tempat dan 1x saja

4. Analisis

- An. M datang diantar bapak ibunya dengan keluhan batuk pilek dan panas. batuk

dirasakan Sejak 1 hari yang lalu. batuk disertai disertai sesak dan dahak sulit

keluar dan tenggorokan terasa gatal. pilek anak sudah dirasakan 1 hari yang lalu,

ingus berwana bening. dan panas dirasakan sejak semalam. anak menjadi sudah

tidur karena sesak. orang tua tidak mengetahui alergi apa yang spesifik pada anak,
tetapi sesak sering kambuh saat anak makan ikan dan telur. anak juga sesak saat

anak kelelahan bermain, mual-muntah disangkal. Asma terakhir kali kambuh 5

bulan yang lalu.

Alur diagnosis Asthma anak


Penilaian derajat asma

Derajat asma Uraian kekerapan gejala asma

Intermiten Episode gejala asma <6x/tahun atau jarak antar gejalan lebih

dari sama dengan 6 minggu

Persisten ringan Episode gejala asma >1x/bulan, <1x/minggu

Persisten sedang Episode gejala asma >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten berat Gejala asma hampir terjadi setiap hari

Penilaian keparahan asma

Derajat ringan-sedang Derajat berat Serangan asma dengan


ancaman henti nafas
1. Bicara dalam kalimat 1. Bicara dalam kata 1. Mengatuk
2. Lebih senang duduk 2. Duduk bertopang 2. Letargi
daripada berbaring lengan 3. Suara nafas tak
3. Tidak gelisah 3. Gelisah terdengan
4. Frekuensi nafas 4. Frekuensi nafas
meningkat meningkat
5. Retraksi minimal 5. Frekuensi nadi
6. Sp02(udara kamar): meningkat
90-95% 6. Sp02(udara kamar):
PEF >50% prediksi <90%
atau terbaik 7. PEF<50% prediksi
atau terbaik

 Pada pasien didapatkan gambaran adanya whezzing, batuk, sesak nafas, adanya

dahak dan adanya pencetus dan diberikan nebul 1 kali pasien mengalami respon +

maka pasien dapat di diagnosis asma

 Pada pasien didapatkan gambaran adanya whezzing, batuk, sesak nafas, adanya

dahak dan adanya pencetus. Kejadian asma pasien dengan asma yang sebelumnya

kurang lebih 5 bulan yang lalu, tidak menunjukan duduk bertopang lengan,

gelisah, mengantuk, letargi. Maka anak ini merupakan asma intermittent ringan-

sedang.
 Pada pasien diberikan Terapi sebagai berikut: Intrizin Drop (10mg/1ml)/15ml

1 dd 0,3 ml, Cefspan dry syrup (100mg/5ml)/30ml 2 dd 3 ml, Velutine

(2.5ml/4ml pz) NEB/10 prn, (Epexol 30mg tab/100 15.00mg, Tremenza

60mg/2,5mg tab/100 20mg, Salbutamol 4mg tab/100 1.5mg) pulv 1 XX 3 dd 1

yang sesuai dengan terapi pada asma.

Alur terapi asma


Serangan asma ringan sedang

Pada pasien yang memenuhi kriteria gejala klinis untuk serangan asma ringan

sedang, sebagai Tindakan awal pasien diberikan agonis beta-2 kerja pendek lewat

nebulasi atau MDI dengan spacer, yang dapat diulang hingga 2 kali dalam 1 jam,

dengan pertimbangan untuk menambahkan ipratropium bromide pada nebulasi

ketiga. Pasien diobservasi, jika tetap baik pasien dapat dipulangkan.


Obat-obatan untuk serangan asma

- Agonis Beta 2 kerja pendek.: pada gejala asma ringan sedang memberikan respon

yang cepat terhadap inhalasi agonis beta 2 kerja pendek tungga sehingga oat ini

menjadi pilihan utama bagi serangan asma ringan sedang yang terjadi di rumah

maupun di fasilitas layanan Kesehatan. Pemberian dapat diulang 2 kali dengan

interval 20 menit. Contoh agonis beta 2 kerja pendek adalah, salbutamol,

terbutaline dan procaterol

- Ipratropium bromide: kombinasi agonis beta 2 kerja pendek dan ipratropium

bromida (antikolinergic) pada serangan asma ringan sedan menurunkan risiko

rawat inap dan memperbaiki PEF dan FEV dibandikan dengan pemberian beta 2

agonis saja.

- Kortikostreroid: Pemberian steroid inhalasi dapat membantu untuk mencegah

serangan asma, meningkatkan nilai PEF dan spirometry, mengurangi

hiperresponsif di saluran nafas, mengurangi kebutuhan kortikosteroid sistemik.

- Antihistamin: sebaiknya jangan diberikan jika tidak adanya indikasi karena tidak

memberikan efek yang bermakna dan dapat memperburuk keadaan saat serangan.

Antihistamin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada anak asthma yang

mempunyai atopic

5. Kesimpulan

 Berdasarkan anamnesis didapatkan gambaran Pada pasien didapatkan gambaran

adanya whezzing, batuk, sesak nafas, adanya dahak dan adanya pencetus.

Kejadian asma pasien dengan asma yang sebelumnya kurang lebih 5 bulan yang

lalu, tidak menunjukan duduk bertopang lengan, gelisah, mengantuk, letargi. dan
diberikan nebul 1 kali pasien mengalami respon + maka pasien dapat di diagnosis

asma. Maka anak ini merupakan asma intermittent ringan-sedang.

 Terapi yang diberikan pada pasien sudah sesuai dengan WHO dan IDAI, yaitu

diberikan b agonis, intropropium bromide, kortikosteroid inhaler, dan antihistamin

dengan indikasi alergi.

6. Tindak lanjut

Jika menemui kasus serupa seperti kasus ini, yang akan saya lakukan:

1) Memperdalam anamnesis yang mengarah, seperti menanyakan gejala khas yang

mungkin terjadi pada anak. Melakukan pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan

head to toe.

2) Me-KIE keluarga pasien bahwa asma ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat di

kendalikan dan menjelaskan penyabab apa saja yang dapat menimbulkan asma

tersebut.

2) Sebagai seorang dokter, kita harus mampu memberikan tatalaksana secara holistik

komprehensif, dimana tidak hanya berfokus pada terapi pasien saja namun juga

harus membangun komunikasi yang baik kepada pasien maupun keluarga pasien.

Hal tersebut harus memuat dokter bisa menepatkan rasa empati dan simpati

dibalik profesionalitas profesi.


DAFTAR PUSTAKA

IDAI. 2016. Pedoman Nasional Asma Anak edisi ke 2.

GINA, 2020. Global Strategy for Asthma Management and Prevention

Gupta R., et al., 2021, muolytic medications, statpearl

Patel SJ. & Teach JS, 2019, Asthma, AAP

WHO, 2020, Asthma.

Anda mungkin juga menyukai