Anda di halaman 1dari 43

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MODUL B3


DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH DAN PENDIDIKAN KHUSUS
TAHUN 2021

TRAINING OF TRAINER (TOT)


PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM
MENGEMBANGKAN KURIKULUM,
PEMBELAJARAN, DAN PENILAIAN YANG
MENGAKOMODASI PESERTA DIDIK
BERKEBUTUHAN KHUSUS APADA SATUAN
PENDIDIKAN KHUSUS ATAU SEKOLAH
LUAR BIASASA( SLB)

MATERI:
IDENTIFIKASI, ASESMEN,
DAN INTERVENSI

Disampaikan Oleh:
TIM LINTANG SAMUDRA EDUKASI
YAYASAN MDP INDONESIA
TUJUAN PEMBELAJARAN
Peserta memahami pengertian identifikasi

Peserta Menjelaskan tujuan identifikasi

Peserta memahami petugas yang melaksanakan identifikasi

Peserta memahami fungsi identifikasi

Peserta memahami cara melakukan identifikasi.

Peserta Menjelaskan prosedur pelaksanaan identifikasi

Peserta memahami cara menyusun instrument identifikasi


SKENARIO PEMBELAJARAN

Dialog
Visualisasi Penyampaian
Interaktif Hal- Presentasi
Menontotn Materi Penyimpulan
hal yang Latihan/ /Laporan
Video tentang Keseluruhan/ Materi dan
Menarik dari Penugasan 30’ Hasil Latihan/
Pendidikan Tayangan PPT Penutup 10’
Tayangan Penugasan 10’
Inklusif 10’ 50’
Video 10’
IDENTIFIKASI
IDENTIFIKASI Identifikasi adalah proses menemukan dan
mengenali peserta didik yang diindikasikan atau
diduga membutuhkan pendidikan khusus sesuai
dengan hambatan atau disabilitasnya.
PENGERTIAN IDENTIFIKASI

TUJUAN IDENTIFIKASI
▪ Tujuan identifikasi adalah untuk menemukan
dan mengenali (menemukenali) anak yang
PETUGAS/PELAKSANA
diindikasikan atau diduga memiliki hambatan
fisik, intelektual, sosial, emosi, dan/atau sensori
FUNGSI IDENTIFIKASI neurologis.
▪ Tujuan berikutnya adalah mengklasifikasikan
CARA MELAKUKAN atau mengkategorikan hambatan atau disabilitas
IDENTIFIKASI
peserta didik ditinjau dari keragamannya.
PROSEDUR PELAKSANAAN
IDENTIFIKASI
▪ Dengan dilakukan identifikasi akan membantu
memecahkan permasalahan yang dihadapi
INSTRUMEN IDENTIFIKASI peserta didik berkebutuhan khusus supaya
perkembangan yang dicapai sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.
▪ Identifikasi dapat dilakukan oleh orang tua atau
IDENTIFIKASI saudara peserta didik, guru, guru bimbingan dan
konseling, guru pendidikan khusus, dan guru
pembimbing khusus. Identifikasi juga bisa dilakukan
PENGERTIAN IDENTIFIKASI oleh dokter, psikolog, petugas sosial sesuai dengan
bidang yang menjadi tanggung jawabnya.
TUJUAN IDENTIFIKASI ▪ Identifikasi yang bertujuan untuk menandai gejala-
gejala berkaitan dengan kelainan, gangguan, atau
PETUGAS/PELAKSANA penyimpangan perilaku yang mengakibatkan
kesulitan/hambatan peserta didik dalam belajar di
FUNGSI IDENTIFIKASI SPPPI dapat dilakukan oleh guru misalnya dengan
menggunakan daftar cek disesuaikan dengan
CARA MELAKUKAN kebutuhan.
IDENTIFIKASI

PROSEDUR PELAKSANAAN
IDENTIFIKASI
▪ Penjaringan
INSTRUMEN IDENTIFIKASI ▪ Klasifikasi
▪ Pengalihtanganan
▪ Perencanaan Pembelajaran
▪ Pemantauan Kemajuan Belajar
IDENTIFIKASI ▪ Observasi
▪ Inventori
▪ Catatan Guru
PENGERTIAN IDENTIFIKASI ▪ Tes Baku
▪ Tes Buatan Guru
TUJUAN IDENTIFIKASI
▪ Menghimpun data peserta didik
PETUGAS/PELAKSANA
▪ Menganalisis data dan mengklasifikasikann peserta
didik
▪ Menginformasikan hasil analisis dan klasifikasi
FUNGSI IDENTIFIKASI
▪ Menyelenggarakan pembahasan kasus
▪ Menyusun laporan hasil pembahasan kasus
▪ Membuat rujukan
CARA MELAKUKAN
IDENTIFIKASI

PROSEDUR PELAKSANAAN
IDENTIFIKASI Tabel Peserta Didik Berkebutuhan Khusus yang Memerlukan Layanan PK

No Nama Peserta Tempat Tgl Jesnis Deskripsi/ Keteranga


INSTRUMEN IDENTIFIKASI Didik Lahir Kelamin (L/P) Kasus n
Masalah
INSTRUMEN ▪ Dalam melaksanakan identifikasi tentunya harus didukung dengan
instrumen yang memadai. Untuk itulah maka guru harus memahami
IDENTIFIKASI dan terampil menyusun dan menggunakan instrumen identifikasi.
Instrumen identifikasi disusun dan disesuaikan dengan tujuan
identifikasi yang akan dilaksanakan.
PENGERTIAN IDENTIFIKASI ▪ Guru dapat menyusun instrumen identifikasi yang khas buatannya
sendiri atau dapat menggunakan instrumen yang sudah ada. Pada
prinsipnya instrumen identifikasi berkenaan dengan
TUJUAN IDENTIFIKASI hambatan/kekhususan atau disabilitas peserta didik. Contoh
instrumen identifikasi dapat dilihat pada paparan materi instrument.
PETUGAS/PELAKSANA

FUNGSI IDENTIFIKASI

CARA MELAKUKAN
IDENTIFIKASI

PROSEDUR PELAKSANAAN
IDENTIFIKASI

INSTRUMEN IDENTIFIKASI

Sumber:spa.pabk.kemenpppa.go.id.
PEDOMAN OBSERVASI KEBIASAAN MENULIS
Peserta Didik : ……………………………………………
Tempat Tgl. Lahir/Umur : ……………………………………………
Waktu Pelaksanaan Observasi : …………………………………………….

No Aspek yang Diamati Hasil


Ya Tidak
Penampilan
1 Apakah peserta didik memegang pensil dengan benar?
2 Apakah posisi posisi kertas/buku sudah benar?
3 Apakah posisi duduk peserta didik sudah benar, termasuk jarak antara mata dan kertas?
4 Apakah peserta didik tampak tegang, frustasi, atau emosional pada waktu menulis?
5 Apakah peserta didik menunjukkan sikap negative, bosan, atau terganggu pada waktu
menulis?
Kinerja
1 Apakah peserta didik dapat menguasai dasar-dasar menulis secara benar, seperti
membuat garus lurus, garis tegak, garis miring, dan garis lengkung?
2 Apakah peserta didik dapat menulis bentuk huruf dengan benar?
3 Apakah cara penulisan bentuk huruf besar dan penulisan huruf kecil sudah tepat dan
konsisten?
4 Apakah peserta didik dapat mengatur jarak suku kata secara konsisten?
5 Apakah peserta didik dapat menulis dan menempelkan tanda baca secara konsisten?
CONTOH INVENTORI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK
Nama Peserta Didik : …………………………………………………………
Nama Sekolah : …………………………………………………………
Kelas/Semester : ………/……………………………………………….
Tahun Pelajaran . :………………………………………………………….
Kriteria
No Pertanyaan Keterangan
Sering Kadang- Jarang
kadang
FORMAT CATATAN KEMAJUAN BELAJAR
PESERTA DIDIK

No Tanggal Nama Peserta Catatan Kemajuan Tindak Lanjut


Didik Belajar
INSTRUMEN IDENTIFIKASI
No Klasifikasi Gejala/Karakteristik Ya Tidak
1 Anak yang 1.1. Tidak mampu melihat
mengalami 1.2. Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter
gangguan 1.3. Kerusakan pada kedua bola mata
penglihatan 1.4. Kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya
(tunanetra) 1.5. Sering meraba-raba waktu berjalan
1.6. Sering tersandung atau terbentur atau menginjak benda waktu berjalan tanpa disengaja
1.7. Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik /kering
1.8. Adanya peradangan yang hebat pada kedua bola mata
1.9. Bola mata bergoyang terus
1.10 Selalu mencoba mengadakan fixation atau melihat suatu benda dengan memfokuskan pada titik- titik benda.
1.11 Menanggapi rangsang cahaya yang datang padanya, terutama pada benda yang terkena sinar (visually function)
1.12 Merespon warna
1.13 Dapat menghindari rintangan- rintangan yang berbentuk besar dari sisa penglihatannya
1.14 Memiringkan kepala jika akan memulai dan melakukan suatu pekerjaan
1.15 Mampu mengikuti gerak benda dengan sisa penglihatannya
1.16 Tertarik pada benda bergerak dan berusaha mencari benda yang jatuh dengan menggunakan sisa penglihatannya
1.17 Berjalan dengan menyeretkan atau menggeserkan kaki atau salah langkah
1.18 Kesulitan dalam menunjuk benda atau mencari benda kecuali warnanya kontras
1.19 Kesulitan melakukan gerakan- gerakan yang halus dan lembut
1.20 Koordinasi atau kerjasama antara mata dan anggota badan lemah
1.21 Masih mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak
1.22 Tidak mengenal tangan yang digerakkan
1.23 Tidak memiliki persepsi cahaya (no light perception)
1.24 Mampu membaca cetakan standar
1.25 Mampu membaca cetakan standar dengan menggunakan kaca pembesar
1.26 Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf No. 18)
1.27 Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar
1.28 Membaca cetakan besar dengan mengggunakan kaca pembesar
1.29 Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya
1.30 Menggunakan Braille dan tidak punya persepsi cahaya
2 Anak yang 2.1. Tidak mampu mendengar
mengalami 2.2. Terlambat perkembangan bahasa atau bicara
gangguan 2.3. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara
pendengaran 2.4. Ucapan kata tidak jelas
2.5. Kualitas suara aneh/monoton
2.6. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
2.7. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
2.8. Banyak perhatian terhadap getaran
9. Kegagalan merespon jika diajak bicara
2.10 Keluar cairan “nanah” dari kedua telinga
2.11 Melakukan kesalahan artikulasi
2.12 Menggunakan alat Bantu dengar
2.13 Ketidak mampuan memusatkan perhatian yang sifatnya kronis

3 Anak yang 3.1. Penampilan fisik tidak seimbang (missal: bentuk kepala terlalu besar/kecil)
mengalami 3.2. Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia
gangguan 3.3. Perkembangan bicara/bahasa terlambat/ komunikasi tidak lancar
intelektual 3.4. Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong)
subnormal di 3.5. Memiliki hambatan dalam perilaku
bawah rata- 3.6. Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali)
rata normal 3.7. Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler)
(tunagrahita) 3.8. Memiliki IQ 50-70
3.9. Memiliki IQ 30-50
3.10Memiliki IQ kurang dari 30
4 Anak yang 4.1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh
mengalami 4.2. Memiliki kesulitan dalam gerakan yaitu tidak sempurna, tidak lentur atau tidak terkendali
kelainan 4.3. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) sebelah tangan
anggota 4.4. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) kedua belah tangan
tubuh/geraka
4.5. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) sebelah kaki
n (Tunadaksa)
4.6. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) kedua belah kaki
4.7. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) sebelah tangan dan sebelah kaki kanan
atau kiri)
4.8. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) sebelah tangan (kanan/kiri) dan kedua belah
kaki
4.9. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) sebelah kaki (kanan/kiri) dan kedua
belah tangan
4.10. Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna (amputi) kedua belah tangan dan kedua belah kaki.
4.11 Bagian anggota tubuh lebih kecil dari biasa
4.12 Terdapat cacat pada alat gerak
4.13 Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
4.14 Kesulitan pada saat berdiri/berjalan duduk dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
4.15 Berjalan/beraktifitas menggunakan kursi roda
4.17 Berjalan/beraktifitas menggunakan kruk (alat penyangga tubuh)
4.18 Berjalan/beraktifitas menggunakan alat bantu khusus lainnya
4.19 Mengalami gangguan bicara yang disebabkan oleh kelainan motorik otot-otot bicara, kurang dan tidak terjadinya proses
interaksi dengan lingkungan, tidak mampu menirukan bicara orang lain, serta kerusakan pada area tertentu di dalam
otak
yang berfungsi sebagai pusat bicara sehingga mempengaruhi proses bicara anak.
4.20 Mengalami kelainan emosi dan penyesuaian sosial yang disebabkan kecacatan anak itu sendiri, respon orang tua serta
masyarakat.
5 Anak yang mengalami 5.1. Tingkah laku anak menyimpang dari standar
gangguan emosi dan yang diterima umum
perilaku (tunalaras) 5.2. Cenderung membangkang/melawan
5.3. Mudah terangsang emosinya/ emosional
/mudah marah
5.4. Sering melakukan tindakan agresif, merusak,
atau mengganggu
5.5. Sering bertindak melanggar norma sosial
5.6. Sering bertindak melanggar norma susila
5.7. Sering bertindak melanggar norma hukum
5.8. Sering berkelahi
6 Anak yang memiliki 6.1. Membaca pada usia lebih muda
potensi kecedasan dan 6.2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak
bakat istimewa 6.3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas
(Intellectualy Superior) 6.4. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar/kuat
atau disebut pula 6.5. Mempunyai minat yang luas termasuk masalah orang dewasa
Gifted dan Talented 6.6. mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri
6.7. Mampu menghasilkan ide-ide orsinil, atau menunjukkan keaslian (originalitas) dalam ungkapan verbal
6.8. Memberi jawaban-jawaban yang baik
6.9. Dapat memberikan banyak gagasan
6.10 Luwes dalam berpikir
6.11 Mempunyai pengamatan yang tajam
6.12 Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang lama terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
6.13 Berfikir kritis juga terhadap diri sendiri
6.14 Terbuka terhadap rangsangan- rangsangan dari lingkungan
6.15 Senang mencoba hal-hal baru
6.16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi dan sintesis yang tinggi
6.17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah
6.18 Cepat menangkap hubungan sebab akibat
6.19 Berperilaku terarah pada tujuan
6.20 Mempunyai daya imajinasi yang kuat
6.21 Mempunyai banyak kegemaran (hobi) dan keahlian yang sedemikian rupa unggul/menonjol (Potensi Bakat Istimewa)
6.22 Mempunyai daya ingat yang kuat
6.23 Tidak cepat puas dengan prestasinya
6.24 Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi)
6.25 Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan
6.26. Cenderung merespon atau bereaksi dengan cara yang tidak dapat diduga- duga
6.27. Menunjukkan minat yang luas
6.28 Berambisi untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi
6.29 Melibatkan diri sepenuhnya dan ulet menghadapi tugas yang diminatinya
6.30 Memiliki IQ 135 ke atas dengan pengukuran menggunakan skala Wechsler (Bagi anak yang memiliki potensi kecerdasan
istimewa)
7 Lamban Belajar (Slow 7.1. Rata-rata prestasi belajarnya selalu rendah
Learner) (kurang dari KKM yang ditentukan)
7.2. Dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik sering terlambat dibandingkan dengan teman
teman seusianya
7.3. Daya tangkap terhadap pelajaran lambat

8 Anak yang Berkesulitan 8.1.1. Perkembangan kemampuan membaca terlambat


Belajar Specifik 8.1.2. Kemampuan memahami isi bacaan rendah
8.1 Anak yang mengalami 8.1.3. Kalau membaca sering banyak kesalahan
kesulitan membaca
(disleksia)
8.2. Anak yang mengalami 8.2.1. Kalau menyalin tulisan sering terlambat selesai
keslitan menulis (disgrafia) 8.2.2. Sering salah menulis huruf atau angka, misalnya b ditulis p, p ditulis q, v dengan u, 2
dengan 5, 6 dengan 9 dsb.
8.2.3. Hasil tulisannya jelek dan tidak tercbaca
8.2.4. Tulisannya banyak salah/terbalik/huruf hilang
8.2.5. Sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris
8.3. Anak yang 8.3.1. Sulit membedakan tanda-tanda: +, -, X, >, <, =
mengalami 8.3.2. Sulit mengoperasikan hitungan/bilangan
kesulitan berhitung 8.3.3. Sering salah membilang dengaan urut
(diskalkulia) 8.3.4. Sering salah membedakan angka 9 dan 6, 17 dengan 71, 2 dengan 5, 3 dan 8 dan
sebagainya
8.3.5. Sulit membedakan bangun- bangun geometri
9 Anak yang 9.1.1. Adanya gangguan suara (voice disorder)
mengalami 9.1.1.1.Suaranya parau atau kecil atau terdengar aneh
gangguan 9.1.1.2 Organ bicaranya tidak normal (Misalnya bibirnya sumbing, lidahnya pendek, adanya celah
komunikasi pada langit- langit keras atau pada langit-langit lunak, dan pita suara) sehingga
(tunawicara) mengakibatkan gangguan suara
9.1. Tunawi- 9.1.2. Adanya gangguan artikulasi (articulation disorder) (Misalnya buku diucapkan butu,
cara cokelat diucapkan colkat, tidak bisa mengucapkan huruf r)
(Speech 9.1.3. Adanya gangguan kelancaran bicara (fluency disorder) (Tidak lancar dalam berbicara/
disorder) mengemukakan ide)

9.2. Ganggu 9.2.1. Adanya gangguan kemampuan berfikir dalam berkomunikasi (sulit menangkap isi
an pembicaraan orang lain)
bahasa
(language 9.2.2. Adanya gangguan bernalar masalah-masalah sosial-emosional (psikis) (Kalau
disorder) bicara sering gagap atau gugup)
9.2.3 Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
10 Autistik/Autis 10.1. Adanya gangguan interaksi social
10.1.1. Tidak ada kontak mata atau sedikit sekali
10.1.2. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya
10.1.3. Tidak ada interaksi sosial
10.1.4. Tidak bisa mengendalikan emosi
10.1.5. Tidak peduli terhadap orang lain
10.2. Adanya gangguan komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi)
10.2.1. Mengalami keterlambatan bicara
10.2.2. Tidak ada usaha berkomunikasi dengan orang lain
10.2.3. Sering mengeluarkan kata-kata yang tidak bermakna
10.2.4. Bahasa aneh (tidak lazim) yang diulang- ulang
10.2.5. Tidak dapat bermain dalam kelompok
10.3. Adanya gangguan perilaku
10.3.1. Mempertahankan satu minat atau lebih secara sangat khas dan berlebih-lebihan
10.3.2. Senang pada rutinitas dan ritualistik yang tidak berguna
10.3.3. Gerakan motorik yang diulang- ulang dan stereotip, misalnya memainkan tangan/jari
10.3.4. Sangat tertarik pada bagian-bagian benda tertentu (baunya, getarannya, permukaannya) yang
tidak lazim
10.3.5. Mudah tantrum (histeris) hanya karena hal-hal yang sepele
10.3.5. Suka menyakiti diri sendiri
10.4. Adanya gangguan sensoris
10.4.1. Sensitif terhadap sentuhan
10.4.2. Sensitif terhadap suara
10.4.3. Tidak sensitif terhadap rasa sakit
10.5. Adanya gangguan pola bermain
10.5.1. Cara bermain kurang variatif
10.5.2. Pola bermain cenderung individu
PROGRAM KEBUTUHAN KHUSUS/LAYANAN KOMPENSATORIS

No Jenis Kekhususan Program Kebutuhan Khusus/Kompensatoris


/Disabilitas
1 Tunanetra/Netra Pengembangan Orientasi, Mobilitas, Sosial, dan
Komunikasi
2 Tunarungu/Rungu Pengembangan Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama
3 Tunagrahita Pengembangan Diri
4 Tunadaksa/Fisik Pengembangan Diri dan Gerak
5 Tunalaras Pengembangan Pribadi dan Sosial
(Gangguan Emosi
dan Perilaku)
6 Autis Pengembangan Komunikasi, Interaksi Sosial, dan
Perilaku
ASESMEN
PENGERTIAN ASESMEN Dalam Lampiran Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman
PENGERTIAN ASESMEN Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan
dalam Kondisi Khusus dijelaskan pengertian
asesmen dan asesmen diagnostik. “Asesmen adalah
TUJUAN ASESMEN proses sistematis dalam pengumpulan, pengolahan,
dan penggunaan data aspek kognitif dan non-
PENGGOLONGAN DAN kognitif untuk meningkatkan kualitas belajar
JENIS ASESMEN peserta didik.”
“Asesmen diagnostik adalah asesmen yang
dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi
BENTUK ASESMEN kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik,
sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai
PETUGAS/PELAKSANA dengan kompetensi dan kondisi peserta didik.”
ASESMEN • Asesmen adalah suatu proses pengumpulan informasi
tentang perkembangan peserta didik dengan
PROSEDUR PELAKSANAAN mempergunakan alat dan teknik yang sesuai untuk
membuat keputusan pendidikan berkenaan dengan
ASESMEN penempatan dan program bagi peserta didik tersebut.
• Melalui asesmen dapat diketahui kemampuan apa yang
INSTRUMEN ASESMEN sudah dimiliki, apa yang belum atau kelemahannya, dan
apa yang menjadi kebutuhan peserta didik, sehingga
dapat dirancang program pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan peserta didik.”
TUJUAN ASESMEN Tujuan utama asesmen adalah untuk
memperoleh informasi yang dapat
PENGERTIAN ASESMEN digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam merencanakan program
TUJUAN ASESMEN pembelajaran bagi peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK). Asesmen
dilakukan untuk lima keperluan, yaitu :
PENGGOLONGAN DAN JENIS
ASESMEN ▪ penyaringan (screening)
▪ pengalihtanganan (referral)
▪ klasifikasi (classification)
BENTUK ASESMEN
▪ perencanaan pembelajaran
(instructional planning), dan
PETUGAS/PELAKSANA ASESMEN ▪ pemantauan kemajuan belajar anak,
(monitoring pupil progress).
PROSEDUR PELAKSANAAN
ASESMEN

INSTRUMEN ASESMEN
PENGGOLONGAN DAN JENIS ASESMEN

PENGERTIAN ASESMEN Penggolongan Asesmen:


1. Asesmen yang bersifat formal
TUJUAN ASESMEN 2. Asesmen yang bersifat informal

PENGGOLONGAN DAN
JENIS ASESMEN

BENTUK ASESMEN Jenis Asesmen:


1. Asesmen perkembangan
PETUGAS/PELAKSANA 2. Asesmen akademik (Pembelajaran)
ASESMEN

PROSEDUR PELAKSANAAN
ASESMEN Asesmen perkembangan merupakan Asesmen akademik adalah asesmen yang
seperangkat asesmen yang dipakai untuk dilakukan untuk mengungkap
mengungkap kondisi perkembangan kemampuan atau kompetensi peserta
INSTRUMEN ASESMEN
anak. Proses pengumpulan informasi didik dalam bidang akademik atau
tentang aspek-aspek perkembangan anak pembelajaran
dianggap penting, karena hasilnya
diduga memiliki pengaruh yang cukup
bermakna terhadap prestasi akademik
anak.
BENTUK ASESMEN
Assessmen For Learning (AfL), yaitu asesmen
PENGERTIAN ASESMEN yang digunakan untuk kepentingan proses
belajar. Asesmen ini bersifat asesmen yang
TUJUAN ASESMEN berorientasi pada kurikulum

PENGGOLONGAN DAN
JENIS ASESMEN Assessmen As Learning (AaL), yaitu asesmen
yang dilakukan dalam proses belajar
BENTUK ASESMEN berlangsung untuk melihat respon atau
perilaku yang terjadi pada saat pembelajaran
PETUGAS/PELAKSANA berlangsung
ASESMEN

PROSEDUR PELAKSANAAN
ASESMEN Assessmen Of Learning (AoL), yaitu asesmen
yang dilakukan diakhir pelajaran untuk melihat
INSTRUMEN ASESMEN tingkat penguasaan setelah intervensi
dilakukan.
PETUGAS DAN PROSEDUR PELAKSANAAN ASESMEN
Setiap guru pada satuan pendidikan selayaknya dapat
melaksanakan asesmen perkembangan yang sifatnya informal
PENGERTIAN ASESMEN dan melaksanakan asesmen akademik dan nonakademik
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Asesmen dapat
TUJUAN ASESMEN dilakukan oleh tim asesmen yang dibentuk oleh satuan
pendidikan, dengan melibatkan guru pendidikan khusus atau
PENGGOLONGAN DAN guru pembimbing khusus, guru, orangtua, dan/atau tenaga ahli
JENIS ASESMEN
lain sesuai dengan kebutuhan.
BENTUK ASESMEN
1) Merencanakan/menyusun instrumen asesmen
PETUGAS/PELAKSANA 2) Melaksanakan asesmen (pengumpulan data)
ASESMEN
3) Analisis hasil asesmen, pemetaan hambatan dan
PROSEDUR PELAKSANAAN potensi, dan analisis skala prioritas
ASESMEN
4) Menggambarkan profil; sebagai kesimpulan yang
INSTRUMEN ASESMEN menggambarkan hambatan, potensi, dan kebutuhan
5) Laporan hasil asesmen
6) Tindak lanjut hasil asesmen (rekomendasi)
PROSEDUR PELAKSANAAN ASESMEN

MENGGAMBARKAN
MERENCANAKAN/ PROFIL PESERTA
MENYUSUN MELAKSANAKAN ANALISIS HASIL DIDIK LAPORAN HASIL TINDAK LANJUT
INSTRUMEN ASESMEN ASESMEN ASESMEN HASIL ASESMEN
AESESMEN (PROFIL BELAJAR
SISWA)
INSTRUMEN ASESMEN
INSTRUMEN ASESMEN PERKEMBANGAN
Model atau contoh instrumen asesmen perkembangan
PENGERTIAN ASESMEN bagi peserta didik berkebutuhan khusus sudah banyak
disusun oleh para ahli atau praktisi. Guru bisa
menggunakannya dan menyesuaikannya dengan
TUJUAN ASESMEN kebutuhan dari setiap aspek perkembangan yang akan
diasesmen. Guru juga bisa menyusun instrumen
PENGGOLONGAN DAN
JENIS ASESMEN asesmen sesuai dengan kebutuhan.

BENTUK ASESMEN

PETUGAS/PELAKSANA
ASESMEN INSTRUMEN ASESMEN AKADEMIK
PROSEDUR PELAKSANAAN Guru menyusun instrumen asesmen akademik
ASESMEN (pembelajaran) sesuai dengan kebutuhan/tujuan/
capaian pembelajaran
INSTRUMEN ASESMEN
Aspek Kompetensi Indikator Mampu Tidak
Mampu
1. Memiliki perilaku yang ∙ Duduk dengan tenang selama 5-10 menit
kooperatif ∙ Dapat memperhatikan/fokus pada kegiatan belajar di kelas
Perilaku ∙ Dapat mengikuti/melakukan kegiatan sederhana; pasang puzzle, mewarnai bebas dsb.
2. Mampu menirukan ∙ Dapat menirukan gerakan motorik kasar; angkat tangan, tepuk tangan, lompat dsb.
gerakan/ aktivitas ∙ Dapat menirukan gerakan dengan benda (kibarkan bendera, memainkan mobil, pukul kendang,
bunyikan lonceng dsb)
3. Mampu bersosialisasi di ∙ Dapat menunggu giliran/ antrian
lingkungan sekitar ∙ Mematuhi aturan sederhana (boleh/ tidak boleh di lakukan)
Interaksi 4. Mampu mengikuti ∙ Memilih kegiatan sendiri
Sosial permainan dengan baik ∙ Dapat bermain dengan teman sebaya
∙ Melakukan permainan terstruktur
5. Melakukan komunikasi ∙ Melakukan kontak mata pada saat berkomunikasi
awal dengan benar ∙ Menirukan verbal vokal
∙ Menjawab” iya” setiap kali namanya di panggil
∙ Menjawab kabar sesuai dengan kondisi pada saat itu
∙ Memberi salam pada saat bertemu orang lain
Komunikasi 6. Mampu mengungkapkan ∙ Memanggil orang di sekitarnya/ temannya
dan Bahasa perasaan dan pikiran ∙ Menyatakan keinginan secara lisan: mau ke toilet, makan dan minum
∙ menjawab pertanyaan sederhana mengenai apa
7. Mengidentifikasi orang ∙ Mengidentifikasi diri sendiri
-orang atau tempat- ∙ Mengidentifikasi keluarga inti
tempat Mengidentifikasi teman sekelas

yang ada di sekitar
∙ Mengidentifikasi guru-gurunya
8. Memahami objek/benda ∙ Dapat menunjukkan alat makan; sendok dan piring
yang ada di sekitar ∙ Dapat menunjukkan alat minum; gelas
∙ Dapat menunjukkan binatang; ayam, bebek, kucing dsb.
∙ Dapat menunjukkan alat transportasi; mobil, motor, pesawat
9. Memahami kata perintah ∙ Dapat melakukan perintah satu tahap duduk, berdiri, ke sini dan ambil
10. Dapat melakukan ∙ Berdiri dengan satu kaki
kegiatan (merespon) ∙ Melakukan kegiatan melompat
dengan baik terkait Melakukan gerakan menggantung/ bergelayut

dengan
∙ Meniti di atas papan titian
keseimbangan
∙ Berdiri di atas papan keseimbangan
∙ Main ayunan
∙ Bermain prosotan
∙ Bermain jungkat-jungkit
Sensori

11. Dapat melakukan ∙ Bermain pasir


kegiatan ∙ Melem
(merespon) dengan ∙ Bermain lilin
baik terkait dengan ∙ Bermain dengan media tanah liat
sentuhan
12.Mampu melakukan ∙ Memasang puzzle 1 keping
latihan motorik ∙ Memasukkan benda ke dalam botol
halus ∙ Memegang alat tulis
∙ Meronce manik-manik dengan tepat
Motorik ∙ Meremas kertas, plastisin atau kain dengan menggerakkan seluruh jari
∙ Menyobek
∙ Melem dan menempel
13. Mampu ∙ Melempar dan menangkap bola dengan benar
14.melakukan
Mampu merawat
latihan ∙ Dapat melakukan kegiatan buang air kecil
dirimotorik
sendiri kasar ∙ Menarik suatu benda
∙∙ Melakukandengan
Melompat kegiatan buang
dua air besar
kaki dari (BAB)
lingkaran satu ke lingkaran lainnya
∙ Dapat berguling di atas matras
Pengem- 15. Kemandirian Membuka makanan
beban kemasan
∙∙ Mengangkat
bangan terkait dengan ∙ Mengambil nasi dan lauk sendiri
diri diri sendiri ∙ Makan menggunakan tangan/sendok dan garpu
∙ Minum menggunakan gelas atau cangkir
CONTOH FORMAT INSTRUMEN ASESMEN AKADEMIK

No Aspek Sub-Aspek Indikator Catatan/Keterangan


1
2
3
4
CONTOH FORMAT INSTRUMEN
ASESMEN AKADEMIK/PEMBELAJARAN

No Kompetensi Indikator Pertanyaan Hasil Asemen Ket


Dasar/ / Mampu Mampu Tidak
Capaian Pernyataan dengan Mampu
Pembelajara Bimbingan
n

1
2
3
4
CONTOH KESIMPULAN HASIL ASESMEN PERKEMBANGAN

No Aspek Perkembangan Deskripsi Catatan/Keterangan


1 Motorik

2 Kognitif

3 Bahasa

4 Sosial Emosi
CONTOH KESIMPULAN HASIL ASESMEN AKADEMIK (MATA PELAJARAN)

Mata Pelajaran, KI- Catatan/


No KD, dan Deskripsi Keterangan
Indikator/Capaian
Pembelajaran
1
2
3
4
CONTOH FORMAT PEMETAAN HAMBATAN DAN POTENSI ASPEK
PERKEMBANGAN

No Aspek*) Yang Telah Yang Belum Yang Dibutuhkan


Dikuasai Dikuasai
1
2
3
4
*) Diisi sesuai kebutuhan (misal aspek koginitf, aspek sosial, aspek emosi, aspek sensorik, aspek motorik,
aspek kemandirian, aspek perilaku adaptif, dll).
CONTOH FORMAT PEMETAAN HAMBATAN DAN POTENSI ASPEK
AKADEMIK (MATA PELAJARAN)

Mata Pelajaran, KI- Yang Telah Yang Belum Yang


No KD, dan Indikator/ Dikuasai Dikuasai Dibutuhkan
Capaian Pembelajaran
CONTOH FORMAT PEMETAAN HAMBATAN DAN POTENSI ASPEK
AKADEMIK (MATA PELAJARAN)

KI-KD/
No Capaian Indiktor Tidak Dibutuhkan Prioritas
Pembelajaran Dibutuhkan
1
2
3
4
5
Dst
INTERVENSI
INTERVENSI
PENGERTIAN
INTERVENSI Intervensi secara harfiah diartikan sebagai “ikut
campur atau keterlibatan”. Jadi Intervensi dapat
dipandang sebagai keterlibatan seseorang
TUJUAN
INTERVENSI (someone's involvement) di dalam memberikan
bantuan. Stimulasi diartikan sebagai
“rangsangan”. yaitu keterlibatan seseorang di
FASE-FASE
PELAKSANAAN dalam memberikan ransangan-ransangan.”
INTERVENSI

Intervensi bertujuan untuk meminimalisir atau


PRINSIP meredakan masalah, bahkan jika mungkin dapat
LAYANAN
INTERVENSI menghilangkannya. Stimulasi bertujuan untuk
mengantisifasi atau mencegah agar terhindar dari
RUANG masalah yang tidak diharapkan. Akan tetapi
LINGKUP
LAYANAN keduanya memiliki ujung yang sama yaitu sebagai
INTERVENSI
upaya untuk menghilangkan atau meredakan
INTERVENSI
PENGERTIAN 1. fase pertama; pada fase ini, seorang intervensionis (guru ahli intervensi) melakukan
INTERVENSI intervensinya secara khusus dan langsung kepada anak (child-focused intervenstion)
tanpa melibatkan pihak manapun. Treatment atau di-remedial langsung agar
kelemaham dan hambatan itu dapat diatasi (Dunst, 2005).
2. Fase kedua; ahli intervensi mulai melibatkan pihak lain, yaitu orang tua (familily base
TUJUAN early intervenstion). Ahli intervensi pada fase ini, mulai memberikan intervensinya
INTERVENSI
dengan melibatkan orang tua untuk melakukan tindakan tertentu atas rekomendasi-
rekomendai yang diberikan oleh intervionis. Fase kedua ini dipandang sebagai
kemajuan luar biasa dalam melakukan intervensi dimana orang tua mulai terlibat,
FASE-FASE namun asumsi yang digunakan masih sama seperti pada fase pertama. Pada fase dua
PELAKSANAAN ini dipandang belum membangun kompetensi pihak yang dilibatkan, tetapi masih
INTERVENSI sebatas berpartisifasi aktif untuk ikut melakukan tindakan berdasarkan rekomendasi
yang diberikan oleh ahli intervensi.
3. Fase ketiga; Seorang intervionis (ahli intervensi) tidak lagi melakukan intervensi
PRINSIP langsung kepada anak, melainkan adanya pengalihtanganan kepada keluarga agar
LAYANAN memilki kompetensi. Ahli intervensi bersama keluarga melakukan intervensi kepada
INTERVENSI
anak (family base intervenstion). Intervensi pada fase ketiga ini melihat bahwa faktor
utama dalam perkembangan anak adalah penciptaan lingkungan keluarga
(microsystem). Tugas intervensionis pada fase ini adalah membangun kompetensi
RUANG
LINGKUP keluarga (orang tua) untuk dapat melakukan intervensi pada anaknya. Jadi sasaran
LAYANAN intervensionis adalah keluarga. Urie Brofenbrenner (Dunt, 2005).
INTERVENSI
INTERVENSI
1. Spesifik; yang dimaksud prinsip spesifik dalam dalam intervensi adalah apa yang
PENGERTIAN akan diselesaikan benar-benar fokus pada satu perilaku tertentu. Apakah terkait
INTERVENSI dengan soal perkembangan yang menjadi inti masalah dan menimbulkan
terjadinya hambatan belajar pada individu itu atau focus dalam pengertian pada
prilaku negative tertentu yang menimbulkan terjadinya hambatan dalam belajar.
TUJUAN
Misalnya; perilaku hiperaktif dengan menunjukkan perilaku meninggalkan tempat
INTERVENSI duduk (focus perilaku) pada saat individu belajar dengan frekuensi yang tinggi.
Jika perilaku ini muncul, maka harus dicari cara secara spesifik untuk meredakan
tingkah laku tersebut agar individu itu dapat menyelesaikan tugas-tugasnya
FASE-FASE
dengan tenang.
PELAKSANAAN 2. Cermat; yang dimaksud cermat dalam intervensi adalah tindakan-tindakan
INTERVENSI intervensi yang dilakukan didasarkan atas pertimbangan yang tepat dan matang.
Ketepatan dan kematangan dalam tindakan intervensi didasarkan atas data-data
perilaku yang ditunjukkan.
PRINSIP
LAYANAN
3. Inten dan berkelanjutan; yang dimaksud inten dan berkelanjutan adalah tindakan-
INTERVENSI tindakan intervensi dilakukan secara konsisten, terjadwal dan terstruktur
berdasarkan tahapa-tahapan dan berkesinambungan.
4. Keterlibatan pihak lain; melibatkan pihak lain yang dimaksud adalah pihak-pihak
RUANG
LINGKUP
yang dekat dengan individu, misalnya keterlibatan orang tua (keluarga).
LAYANAN Keterlibatan keluarga menjadi dasar dalam melakukan tindakan-tindakan dalam
INTERVENSI intervensi agar setiap tindakan yang diharapkan sejalan dengan tindakan-tindakan
yang dilakukan guru (sekolah).
INTERVENSI
PENGERTIAN
INTERVENSI

Pemberian intervensi pada anak berkebutuhan khusus akan terjadi dalam banyak hal,
baik intervensi yang berkaitan dengan masalah akademik, perkembangan atau perilaku
TUJUAN spesifik. Intervensionis (guru) yang menangani anak berkebutuhan khusu dalam memberikan
INTERVENSI intervensinya tidak hanya satu aspek secara terpisah, melainkan seringkali harus menghadapi
pada aspek yang berbeda tetapi dilakukan tindakan-tindakannya dalam waktu bersamaan atau
paling tidak jarak antara masalah yang diintervensi yang satu memiliki rentang yang pendek
pada masalah lainnya. Misalnya; pada saat yang hampir bersamaan guru menyelesaikan
FASE-FASE
PELAKSANAAN
masalah membaca, tapi pada saat itu pula guru meredakan perilaku meludah, atau mengepak-
INTERVENSI ngepak tangan (streotif).
Secara umum aspek-aspek intervensi yang sangan mendasar dan paling awal dilakukan
dalam masalah akademik terkait dengan ketemapilan dasar Tree-Art yaitu kemampuan
akademik dalam bahasa; mendengar (listening), bicara (speak) membaca (reading), menulis
PRINSIP
LAYANAN (pre-writing dan writing) dan berhitung (arithmatic) ; komputasi, bilangan, oprasi hitung,
INTERVENSI geometri, waktu dan uang).
Dalam aspek perkembangan mencakup; Kognitif (klasifikasi, seriasi, korespondensi dan
konservasi. Dalam Aspek Motorik (gross motor, fine motor, balance, locomosi dan koordinasi),
RUANG Dalam aspek persepsi visual (diskriminasi, spasial, figure and ground, memory), persepsi
LINGKUP auditori (keadaran fonem, morfem, semantic dan sintaksis)
LAYANAN
INTERVENSI Perilaku-peilaku spesifik seperti; stereotif fisik (memukul-mukul bagian anggoota badan)
stereotif verbal (membunyikan kata-kata terentu tanpa arti), echolalia (mengikuti ucapan orang
lai), hipoaktif (tidak mau merespon), Hiperaktif (tidak maudiam tanpa arah), memukul tanpa
LEMBAR KERJA: LIHAT
MODUL B3

SELAMAT BERTUGAS

Anda mungkin juga menyukai