A. Rasional
Kondisi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) sangat beragam, baik secara
akademik maupun kekhususannya. Oleh karena itu Kurikulum 2013 Pendidikan
Khusus merupakan acuan rerata yang diharapkan dapat diadaptasi oleh guru
dengan menambah atau mengurangi keluasan dan kedalaman materi, atau
menggantinya dengan materi yang lebih tepat bagi PDBK. Proses menambah atau
mengurangi atau adaptasi tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan
mengases peserta didik berkebutuhan khusus sehingga perencanaan atau tindakan
yang dilakukan tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kata “berkebutuhan khusus” menjadi dasar dalam melihat apa yang menjadi
masalah dan kebutuhan peserta didik dan bukan pada “label” yang menyertainya.
Oleh karena itu guru hendaknya memandang setiap PDBK memiliki karakteristik
unik karena karakteristik ini berkaitan dengan bagaimana cara terbaik dalam
memenuhi kebutuhan khususnya. Pandangan ini akan menuntun guru dalam
menyusun diversifikasi program untuk mengatasi hambatan dan mengoptimalkan
potensi peserta didik pada empat area fungsi yaitu : area fungsi belajar (learning),
Sosial emosi (socio-emotional), komunikasi (communication), dan neuromotor.
B. Tujuan
Melalui praktik identifikasi dan asesmen, diharapkan peserta pelatihan dapat lebih
mengenal karakteristik peserta didik sehingga membuat perencanaan program
pembelajaran sesuai dengan profil atau baseline peserta didik.
C. Kompetensi
1. Identifikasi
Ada dua tahap dalam pelaksanaan identifikasi yang harus ditempuh oleh guru
SLB. Tahap pertama, adalah mengidentifikasi peserta didik yang mengalami
hambatan penglihatan (tunanetra), pendengaran (tunarungu), hambatan
intelektual (tunagrahita), hambatan perkembangan motorik (tunadaksa), Autis,
atau hambatan dalam perhatian/konsentrasi (ADHD). Tidak menutup
kemungkinan terjadi penggabungan pada hambatan-hambatan tersebut.
Misalnya, PDBK tunanetra disertai hambatan intelektual atau PDBK tunarungu
disertai hambatan perhatian/konsentrasi. Pada umumnya PDBK di SLB sudah
teridentifikasi hambatan/kekhususannya, oleh karena itu guru dapat langsung
melakukan identifikasi tahap kedua, yaitu menggali hambatanyang berkaitan
dengan fungsi belajar, sosial emosi, komunikasi, dan neuromotor. Setelah itu,
melakukan asesmen untuk melihat potensi yang dimiliki dan esensi masalah
yang dihadapi peserta didik baik pada aspek perkembangan maupun pada aspek
akademik.
Tahap 1 Tahap2
Tunanetra
Non Akademik
Tunarungu Belajar
Tunagrahita SosialEmosi
Identifikasi Asesmen
Tunadaksa Komunikasi
Autis Neuromotor
Akademik
ADHD
Wilayah
Wilayah Identifikasi Asesmen
2. Asesmen
Pada umumnya area belajar menjadi garapan asesmen akademik, dimana guru
dapat menyusun instrumen asesmen dengan mengacu pada KD yang tersedia
sesuai kelas. KD tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator dan untuk
mengukurindikator tersebut disediakan sejumlah pertanyaan/pernyataan yang
dapat menjaring kondisi (profil) PDBK yang sesungguhnya. Area fungsisosial
emosi, komunikasi, dan neuromotor menjadi wilayah garapan asesmen non
akademik/perkembangan. Asesmen ini dilakukan oleh guru program kebutuhan
khusus untuk mengurangi hambatan yang diakibatkan oleh kekhususan/
kelainannya.
Identifikasi
Rujukan
Asesmen
Formal
Informal
Keputusan
Formal
Informal
Rancangan Program
Pelaksanaan Program
Evaluasi
HasilTelaahan
F. Skenario Pelatihan
Praktik identifikasi,
Brainstorming asesmen dan penyusunan
Konsep identifikasi dan
(10’) perencanaan program
asesmen (35’)
pembelajaran berdasarkan
hasil asesmen (50’)
1. Brainstorming (10’)
a. Tegur sapa antara instruktur/fasilitator dengan peserta pelatihan.
b. Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk mengungkapkan hal-hal yang
diketahuinya tentang identifikasi dan asesmen.
c. Peserta menuliskan hal-hal yang diketahuinya tentang identifikasi dan
asesmen pada kertas yang telah disediakan (warna kuning untuk
identifikasi, warna biru untuk asesmen) dan mengumpulkannya di meja
fasilitator.
d. Ice breaking.
5. Refleksi
a. Fasilitator meminta komentar peserta pelatihan setelah mendapat materi
tentang identifikasi dan asesmen.
o Apakah materi identifikasi dan asesmen merupakan hal yang baru bagi
peserta pelatihan?
o Apakah materi identifikasi dan asesmen memberikan pencerahan bagi
peserta pelatihan?
o Apakah identifikasi dan asesmen sudah dilakukan dan menjadi rutinitas
dalam merencanakan program pembelajaran?
b. Fasilitator meminta komentar peserta pelatihan tentang paparan yang
disampaikan oleh fasilitator.
o Apakah materi disampaikan secara terburu-buru?
o Apakah materi yang disampaikan cukup jelas dan dimengerti?