Anda di halaman 1dari 7

Waktu:

Modul2.1 : Asesmen 135’

A. Rasional
Kondisi Peserta Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK) sangat beragam, baik secara
akademik maupun kekhususannya. Oleh karena itu Kurikulum 2013 Pendidikan
Khusus merupakan acuan rerata yang diharapkan dapat diadaptasi oleh guru
dengan menambah atau mengurangi keluasan dan kedalaman materi, atau
menggantinya dengan materi yang lebih tepat bagi PDBK. Proses menambah atau
mengurangi atau adaptasi tersebut dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan
mengases peserta didik berkebutuhan khusus sehingga perencanaan atau tindakan
yang dilakukan tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kata “berkebutuhan khusus” menjadi dasar dalam melihat apa yang menjadi
masalah dan kebutuhan peserta didik dan bukan pada “label” yang menyertainya.
Oleh karena itu guru hendaknya memandang setiap PDBK memiliki karakteristik
unik karena karakteristik ini berkaitan dengan bagaimana cara terbaik dalam
memenuhi kebutuhan khususnya. Pandangan ini akan menuntun guru dalam
menyusun diversifikasi program untuk mengatasi hambatan dan mengoptimalkan
potensi peserta didik pada empat area fungsi yaitu : area fungsi belajar (learning),
Sosial emosi (socio-emotional), komunikasi (communication), dan neuromotor.

Upaya-upaya pemberian layanan pendidikan terhadap PDBK hendaknya berfokus


pada potensi-potensi peserta didik yang dikembangkan berdasarkan hasil
pengamatan guru secara berkesinambungan dan sistematik dalam proses
identifikasi dan asesmen. Proses inilah yang membedakan guru pada umumnya
dengan guru Sekolah Luar Biasa (SLB) karena melalui identifikasi dan asesmen
diharapkan guru dapat memberikan layanan pendidikan yang baik dan sesuai
dengan kondisi dan karakteristik PDBK.

B. Tujuan

Melalui praktik identifikasi dan asesmen, diharapkan peserta pelatihan dapat lebih
mengenal karakteristik peserta didik sehingga membuat perencanaan program
pembelajaran sesuai dengan profil atau baseline peserta didik.

C. Kompetensi

1. Memahami konsep identifikasi dan asesmen;


2. Memahami prosedur identifikasi dan asesmen;
3. Memiliki keterampilan dalam menyusun instrumen identifikasi dan asesmen
informal.
4. Melaksanakan asesmen informal akademik dan non akademik
5. Mendeskripsikan hasil asesmen
6. Memiliki keterampilan dalam pengolahan hasil asesmen untuk dijadikan dasar
penyusunan perencanaan program pembelajaran.

D. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Mendeskripsikan ranah identifikasi dan asesmen


2. Mendeskripsikan prosedur identifikasi dan asesmen
3. Menyusun instrumen identifikasi dan asesmen informal
4. Melakukan identifikasi dan asesmen dengan berbagai teknik
5. Mendeskripsikan hasil identifikasi dan asesmen
6. Menyusun rekomendasi hasil identifikasi dan asesmen
7. Mengolah hasil asesmen sebagai dasar penyusunan perencanaan program
pembelajaran

E. Deskripsi Materi Pelatihan

1. Identifikasi

Identifikasi merupakan suatu proses di dalam menemukan dan mengenali


keberagaman peserta didik. Prinsip identifikasi dibatasi untuk menentukan
individu yang diduga mengalami hambatan sehingga belum dapat menjawab
pertanyaan potensi apa yang dimiliki peserta didik. Proses identifikasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara seperti; observasi, wawancara, tes dan
pemeriksaan dokumen sebagai alat untuk menggali data.

Ada dua tahap dalam pelaksanaan identifikasi yang harus ditempuh oleh guru
SLB. Tahap pertama, adalah mengidentifikasi peserta didik yang mengalami
hambatan penglihatan (tunanetra), pendengaran (tunarungu), hambatan
intelektual (tunagrahita), hambatan perkembangan motorik (tunadaksa), Autis,
atau hambatan dalam perhatian/konsentrasi (ADHD). Tidak menutup
kemungkinan terjadi penggabungan pada hambatan-hambatan tersebut.
Misalnya, PDBK tunanetra disertai hambatan intelektual atau PDBK tunarungu
disertai hambatan perhatian/konsentrasi. Pada umumnya PDBK di SLB sudah
teridentifikasi hambatan/kekhususannya, oleh karena itu guru dapat langsung
melakukan identifikasi tahap kedua, yaitu menggali hambatanyang berkaitan
dengan fungsi belajar, sosial emosi, komunikasi, dan neuromotor. Setelah itu,
melakukan asesmen untuk melihat potensi yang dimiliki dan esensi masalah
yang dihadapi peserta didik baik pada aspek perkembangan maupun pada aspek
akademik.

Tahap pelaksanaan identifikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Tahap 1 Tahap2

Tunanetra
Non Akademik
Tunarungu Belajar

Tunagrahita SosialEmosi
Identifikasi Asesmen
Tunadaksa Komunikasi

Autis Neuromotor
Akademik
ADHD

Wilayah
Wilayah Identifikasi Asesmen

Gb. 2.1Skema Prosedur Identifikasi PDBK

2. Asesmen

Asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan komprehensif di dalam


menggali permasalahan lebih lanjut untuk mengetahui apa yang menjadi
masalah, hambatan, keunggulan dan kebutuhan peserta didik.Hasilnya
digunakan untuk memberikan layanan pendidikan yang dibutuhkan dengan
berdasarkan modalitas (potensi) yang dimiliki peserta didik yang diperlukan
dalam menyusun program pembelajaran sehingga guru dapat
memberikanintervensi pembelajaran secara tepat. Aspek yang diases, meliputi
keempat area fungsi yaitu: belajar (learning), Sosial emosi(socio-emotional),
komunikasi (communication), dan neuromotor.

Pada umumnya area belajar menjadi garapan asesmen akademik, dimana guru
dapat menyusun instrumen asesmen dengan mengacu pada KD yang tersedia
sesuai kelas. KD tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator dan untuk
mengukurindikator tersebut disediakan sejumlah pertanyaan/pernyataan yang
dapat menjaring kondisi (profil) PDBK yang sesungguhnya. Area fungsisosial
emosi, komunikasi, dan neuromotor menjadi wilayah garapan asesmen non
akademik/perkembangan. Asesmen ini dilakukan oleh guru program kebutuhan
khusus untuk mengurangi hambatan yang diakibatkan oleh kekhususan/
kelainannya.

Langkah-langkah dalam melakukan asesmen sebagai berikut:

a. Peserta didik diidentifikasi melalui observasi dan wawancara. Orangtua dan


orang lain yang terdekat peserta didik dapat dilibatkan dalam proses ini.
b. Peserta didik yang secara signifikan menunjukkan adanya permasalahan
dirujuk kepada ahli yang relevan sesuai dengan kebutuhan.
c. Asesmen dilakukan kepada peserta didik yang telah dirujuk sesuai
kebutuhan. Asesmen dapat diberikan dalam bentuk tes dan non tes dengan
prosedur formal dan informal. Asesmen formal dilakukan oleh profesional
dan asesmen informal oleh guru. Hasilnya digunakan untuk menetapkan
program pembelajaran individual (PPI).
d. Tim ahli memutuskan tentang pelayanan yang akan diberikan kepada
peserta didik sesuai dengan hasil asesmen. Program pendidikan yang
diindividualkan meliputi: tujuan tahunan, sasaran jangka pendek, kegiatan
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuantersebut, serta tanggung jawab
masing-masing yang terlibat.
e. Rancangan program disusun berdasarkan keputusan yang telah ditetapkan.
Rancangan program ini dapat berupa program untuk meningkatkan
kemampuan akademik maupun program kebutuhan khusus untuk
mereduksi hambatan yang diakibatkan oleh kekhususan PDBK.
f. Pelaksanaan program dilakukankan sesuai dengan PPI yang dihasilkan/
ditetapkan oleh tim ahli atau oleh guru. PPI yang menjadi dasar dalam
penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sehingga
memungkinkan RPP yang dibuat oleh guru mengisyaratkan adanya
kelompok kemampuan PDBK yang berbeda.
g. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan belajar peserta didik. Ada
garis balikan dan hasil evaluasi, untuk melihat kembali rancangan program
yang disusun dan dilaksanakan. Siklus ini akan terus berjalan sehingga
dicapai rancangan program yang benar-benar tepat dan sesuai dengan
kebutuhan khusus peserta didik.
h. Peninjauan atas hasil yang dicapai dari program yang telah dilaksanakan
penting dilakukan. Apapun hasil yang dicapai harus dikembalikan pada
asesmen awal. Jika diperlukan dapat dilakukan asesmen ulang, merancang
ulang program dan implementasi ulang.
Prosedur identifikasi dan asesmen dapat divisualkan sebagai berikut:

Identifikasi

Rujukan

Asesmen
Formal

Informal
Keputusan
Formal

Informal
Rancangan Program

Pelaksanaan Program

Evaluasi

HasilTelaahan

Gb. 2.1 Struktur Asesmen

F. Skenario Pelatihan

Praktik identifikasi,
Brainstorming asesmen dan penyusunan
Konsep identifikasi dan
(10’) perencanaan program
asesmen (35’)
pembelajaran berdasarkan
hasil asesmen (50’)

Presentasi Hasil Diskusi


Refleksi (10’)
Kelompok (30’)

1. Brainstorming (10’)
a. Tegur sapa antara instruktur/fasilitator dengan peserta pelatihan.
b. Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk mengungkapkan hal-hal yang
diketahuinya tentang identifikasi dan asesmen.
c. Peserta menuliskan hal-hal yang diketahuinya tentang identifikasi dan
asesmen pada kertas yang telah disediakan (warna kuning untuk
identifikasi, warna biru untuk asesmen) dan mengumpulkannya di meja
fasilitator.
d. Ice breaking.

2. Konsep Identifikasi dan Asesmen


a. Fasilitator memberikan pengantar tentang tujuan pada sessi identifikasi
dan asesmen.
b. Fasilitator memberikan pengantar tentang konsep identifikasi dan asesmen
serta memberikan contoh cara melakukannya.
c. Fasilitator meminta peserta pelatihan untuk menuliskan hal-hal yang sudah
dilakukan dalam proses identifikasi dan asesmen pada kertas yang telah
disediakan (warna hijau untuk identifikasi, warna merah muda untuk
asesmen).
d. Peserta pelatihan menempelkan hal-hal yang sudah dilakukan dalam
proses identifikasi dan asesmen tersebut pada lembar kertas plano yang
telah disediakan

3. Praktik penyusunan instrumen identifikasi, asesmen, pelaksanaan asesmen,


dan penyusunan perencaan program pembelajaran berdasarkan hasil asesmen
a. Peserta diminta untuk membuat kelompok kerja (setiap kelompok terdiri
atas 5 orang).
b. Fasilitator menjelaskan tugas kelompok yang harus dilakukan, yaitu
menyusun instrumen identifikasi dan asesmen, melaksanakan asesmen,
dan menyusun perencanaan program berdasarkan hasil asesmen.
c. Fasilitator mengingatkan bahwa hasil asesmen ini akan menjadi dasar bagi
penyusunan perencanaan perangkat pembelajaran (program tahunan,
program semester, silabus, dan RPP).
d. Setiap kelompok diberikan kertas plano dan spidol untuk menuliskan hasil
diskusi kelompok. (Selain menuliskan pada kertas plano, kelompok
membuat power point untuk dipresentasikan).
e. Diskusi kelompok
Catatan: disela-sela materi diberikan ice breaking.

4. Presentasi hasil diskusi kelompok.


a. Kesempatan presentasi hasil diskusi diberikan hanya untuk dua kelompok.
b. Fasilitator meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusi kelompok.
c. Fasilitator meminta tanggapan kelompok lain atas presentasi yang
disajikan.

5. Refleksi
a. Fasilitator meminta komentar peserta pelatihan setelah mendapat materi
tentang identifikasi dan asesmen.
o Apakah materi identifikasi dan asesmen merupakan hal yang baru bagi
peserta pelatihan?
o Apakah materi identifikasi dan asesmen memberikan pencerahan bagi
peserta pelatihan?
o Apakah identifikasi dan asesmen sudah dilakukan dan menjadi rutinitas
dalam merencanakan program pembelajaran?
b. Fasilitator meminta komentar peserta pelatihan tentang paparan yang
disampaikan oleh fasilitator.
o Apakah materi disampaikan secara terburu-buru?
o Apakah materi yang disampaikan cukup jelas dan dimengerti?

Anda mungkin juga menyukai