Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 7

PERKEMBANGAN
DEMOKRASI DI
NEGARA INDONESIA

(demokrasi termpemimpin)
ANGGOTA:
• Farrel Devino Dwi Putra (15)
• Aslam Afif Bauzir (6)
• Diandra Beryl Verdofa (13)
• Moch Azzam Dhini Eka Musaffa’ (19)
• Moch Rizki Fahriza (20)
PENGERTIAN
Demokrasi Terpimpin atau Orde Lama (1959–1965)
adalah masa ketika Presiden Indonesia Soekarno
berkuasa di bawah naungan Undang-Undang Dasar
1945 yang asli. Demokrasi terpimpin sendiri adalah
sebuah sistem demokrasi yang seluruh keputusan serta
pemikiran berpusat pada pemimpin negara. Demokrasi
terpimpin, juga disebut demokrasi terkelola, adalah
istilah untuk sebuah pemerintahan demokrasi dengan
peningkatan otokrasi dan menjadi bagian dari
perkembangan demokrasi di Indonesia
PENYIMPANGAN

1. Lembaga-lembaga negara mempunyai


inti Nasionalisme Agama Komunis
(Nasakom)
2. Prosedur
pembentukan
MPRS

Karena anggota MPRS diangkat oleh


presiden. Seharusnya dipilih melalui
pemilu.
3. Prosedur
pembentukan DPAS

Karena lembaga ini anggotanya ditunjuk


oleh presiden dan diketuai oleh presiden.
Padahal tugas DPAS adalah memberi
jawaban atas pertanyaan presiden dan
memberi usulan kepada pemerintah.
4. Prosedur
pembentukan
DPRGR

Karena anggota DPRGR ditunjuk oleh presiden dan


DPR hasil pemilu 1955 justru dibubarkan oleh presiden.
Padahal kedudukan DPR dan presiden adalah
seimbang. Presiden tidak dapat membubarkan DPR,
sebaliknya DPR tidak dapat memberhentikan presiden.
5. Penetapan Manifesto Politik
Republik Indonesia sebagai GBHN

Seharusnya GBHN disusun dan


ditetapkan oleh MPR.
6. Pengangkatan
presiden seumur
hidup

Karena tidak ada aturan tentang jabatan presiden seumur


hidup. Menurut pasal 7 UUD 1945 (sebelum diamandemen),
presiden memegang jabatan selama lima tahun dan
sesudahnya boleh dipilih kembali.
7. Pembentukan MPRS

Presiden Soekarno membentuk sendiri MPRS


melalui Penetapan Presiden No. 3 Tahun 1959.
Padahal, seharusnya MPRS dipilih melalui
pemilihan umum (pemilu) yang sudah diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Sejarah demokrasi terpimpin

Masa Demokrasi Terpimpin terjadi ketika Indonesia menerapkan


sistem pemerintahan dengan seluruh keputusan pemerintah berpusat
pada kepala negara. Pada saat itu, jabatan kepala negara dipegang
oleh Soekarno. Masa Demokrasi Terpimpin berlangsung sejak
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sampai 1965. Sejak
berakhirnya pemilu pada 1955, Soekarno sudah menunjukkan gejala
ketidaksenangannya pada partai politik.
Karena partai politik sangat berorientasi pada kepentingan
ideologinya sendiri, dan kurang memperhatikan kepentingan politik
nasional secara menyeluruh. Di samping itu, Soekarno melontarkan
gagasan bahwa demokrasi parlementer tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa Indonesia yang dijiwai semangat kekeluargaan
dan gotong royong. Politik pada masa ini diwarnai oleh tolok ukur
yang sangat kuat antara ketiga kekuatan politik utama waktu itu,
yakni: Presiden Soekarno, Partai Komunis Indonesia, dan Angkatan
Darat.
Peristiwa penting yang terjadi saat
demokrasi terpimpin
1. G 30 S/PKI

peristiwa ini terjadi pada tanggal 30 September 1965.


Berarti masuk dalam peristiwa penting dalam Demokrasi
Terpimpin. Peristiwa G30S/PKI ini menjadi salah satu
latar belakang berakhirnya Demokrasi Terpimpin.
2. Pembubaran DPR
Ternyata dalam sejarah republik ini DPR hasil Pemilu 1955
pernah dibubarkan yakni pada tanggal 5 Maret 1960
berdasarkan Penetapan Presiden No 3 tahun 1960.
Latarbelakang dari pembubaran adalah perselisihan antara
pemerintah dengan DPR mengenai RAPBN tahun 1961.
Sebagai gantinya presiden Soekarno kemudian membentuk
DPR Gotong Royong atau sering disebut DPR-GR. Melihat
tahunnya berarti peristiwa pembubaran DPR hasil pemilu
terjadi pada masa Demokrasi Terpimpin.
3. Pengangkatan Presiden Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup terjadi pada sidang MPRS
tahun 1963. Berarti peristiwa ini masuk dalam
peristiwa penting pada masa Demokrasi Terpimpin.
TUNTUTAN RAKYAT
1. Pendidikan Kewarganegaraan yang Lebih Bermakna

Tuntutan: Masyarakat menginginkan pendidikan kewarganegaraan


yang lebih bermakna dan relevan dengan kondisi sosial, politik, dan
budaya saat ini

Peristiwa: Tuntutan ini muncul ketika kurikulum PPKN dianggap


kurang memadai dalam mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan yang
sesuai dengan perkembangan zaman. Masyarakat menuntut agar
kurikulum diperbarui dan disesuaikan dengan kebutuhan kontemporer
2. Penekanan pada
Pendidikan Nilai dan Etika
Tuntutan: Rakyat menginginkan pendidikan
kewarganegaraan yang menekankan pengembangan
nilai dan etika yang kuat

Peristiwa: Tuntutan ini muncul sebagai respons


terhadap ketidakpuasan terhadap moral dan etika
dalam masyarakat. Pendidikan kewarganegaraan
diharapkan dapat membantu membentuk karakter
generasi muda
3. Penghapusan
Diskriminasi dan
Ketidaksetaraan

Tuntutan: Masyarakat menuntut penghapusan segala bentuk diskriminasi


dan ketidaksetaraan dalam pendidikan dan masyarakat

Peristiwa: Tuntutan ini muncul sebagai respons terhadap ketidaksetaraan


akses pendidikan dan perlakuan diskriminatif terhadap kelompok tertentu
dalam masyarakat
4. Pendidikan Kewarganegaraan
yang Terbuka dan Inklusif

Tuntutan: Rakyat menginginkan pendidikan kewarganegaraan yang


terbuka dan inklusif, memungkinkan semua warga negara untuk
berpartisipasi tanpa terkecuali

Peristiwa: Tuntutan ini muncul ketika ada perasaan bahwa pendidikan


kewarganegaraan terlalu terbatas dan hanya menguntungkan beberapa
kelompok. Masyarakat menuntut kesetaraan dalam akses pendidikan ini
5. Pendidikan
Demokrasi dan
Partisipasi Aktif

Tuntutan: Masyarakat ingin pendidikan kewarganegaraan yang mengajar


nilai-nilai demokrasi dan mendorong partisipasi aktif dalam proses politik

Peristiwa: Tuntutan ini muncul sebagai tanggapan terhadap ketidakpuasan


terhadap tingkat partisipasi politik dan pemahaman yang rendah tentang
prinsip-prinsip demokrasi di kalangan masyarakat
SEKIAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai