Anda di halaman 1dari 67

BAB III

PENYELENGGARAAN KESEHATAN PERORANGAN


(PKP)

Oleh:
TIM KOMPARTEMEN MATERI DAN KURIKULUM
LEMBAGA AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN PRIMER (LAFKESPRI)
Standart 3.13

PELAYANAN
LABORATORIUM
PKP 13
PELAYANAN LAABORATORIUM
• Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pelayanan
laboratorium.

• Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pelayanan


laboratorium. Pelayanan laboratorium dikelola sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

• Klinik menetapkan jenis-jenis pelayanan laboratorium yang


tersedia.

• Pelayanan laboratorium merupakan penunjang untuk


penyelenggaraan pelayanan medik di Klinik dan hanya untuk
kebutuhan pelayanan di Klinik.
PKP 13
PELAYANAN LAABORATORIUM
• Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pelayanan
laboratorium.

• Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pelayanan


laboratorium. Pelayanan laboratorium dikelola sesuai
dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan.

• Klinik menetapkan jenis-jenis pelayanan laboratorium yang


tersedia.

• Pelayanan laboratorium merupakan penunjang untuk


penyelenggaraan pelayanan medik di Klinik dan hanya untuk
kebutuhan pelayanan di Klinik.
Maksud dan Tujuan
• Klinik yang menyelenggarakan pelayanan laboratorium menetapkan jenis-jenis
pelayanan dan pemeriksaan laboratorium yang tersedia. Regulasi pelayanan
laboratorium disusun sebagai acuan yang meliputi kebijakan dan pedoman serta
prosedur-prosedur pelayanan laboratorium.

• Laboratorium di dalam klinik tersebut wajib melakukan Pemantapan Mutu Internal


(PMI) dalam setiap siklus pemeriksaan laboratorium dan mengikuti program
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) secara periodik yang diselenggarakan oleh
institusi yang ditetapkan oleh pemerintah.

• Penanggung jawab klinik perlu menetapkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
melaporkan hasil tes laboratorium.

• Hasil pemeriksaan yang segera (urgent), seperti dari unit gawat darurat
diberikan perhatian khusus.
• Reagensia dan bahan-bahan lain yang harus ada untuk pelayanan laboratorium
bagi pengguna layanan harus diidentifikasi dan ditetapkan.

• Semua reagensia disimpan sesuai pedoman dari produsen atau instruksi


penyimpanan yang ada pada kemasan.

• Sesuai dengan peralatan dan prosedur yang dilaksanakan di laboratorium, perlu


ditetapkan rentang nilai normal dan rentang nilai rujukan untuk setiap
pemeriksaan yang dilaksanakan.

• Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh laboratorium di luar klinik, maka laporan


hasil pemeriksaan harus dilengkapi dengan rentang nilai normal dan rentang
nilai rujukan.

• Ada prosedur rujukan spesimen dan/ atau pengguna layanan, jika pemeriksaan
laboratorium tidak dapat dilakukan oleh klinik.
Elemen Penilain
1. Ada penetapan jenis-jenis pelayanan laboratorium yang disediakan

2. Terdapat Penanggung Jawab Laboratorium

3. Klinik menetapkan rentang nilai normal untuk setiap jenis


pemeriksaan yang disediakan

4. Ada bukti reagensia esensial dan bahan lain tersedia sesuai dengan
jenis pelayanan yang ditetapkan, pelabelan dan penyimpanannya

5. Ada prosedur pelaporan, pencatatan dan tindak lanjut hasil


laboratorium kritis

6. Ada prosedur rujukan spesimen dan/ atau pengguna layanan, jika


pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan oleh klinik

7. Ada bukti pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan


Pemantapan Mutu Eksternal(PME) secara berkala
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

1. Ada penetapan jenis-jenis pelayanan Terdapat SK penetapan jenis-jenis pelayanan laboratorium 10


laboratorium yang disediakan. yang disediakan. 5
0
2. Terdapat Penanggung Jawab Terdapat dokumen SK Penanggung Jawab Laboratorium sesuai 10
Laboratorium sesuai perundang- undangan perundang-undangan yang berlaku. 5
yang berlaku. 0

3.Klinik menetapkan rentang nilai normal untuk Terdapat penetapan rentang nilai normal untuk setiap jenis 10
setiap jenis pemeriksaan yang disediakan. pemeriksaan yang disediakan. 5
0
4. Ada bukti reagensia esensial dan bahan lain tersedia Tersedia reagensia esensial dan bahan lain sesuai dengan jenis 10
sesuai dengan jenis pelayanan yang ditetapkan, pelayanan yang ditetapkan, pelabelan dan penyimpanannya 5
pelabelan dan penyimpanannya. 0
Jenis-jenis pelayanan Laboratorium
ditetapkan oleh PJ Klinik
Syarat Penanggung Jawab
Laboratorium di Klinik
RENTANG NILAI NORMAL UNTUK SETIAP
JENIS PEMERIKSAAN
REAGENSIA ESENSIAL DISIMPAN DAN DI
BERI LABEL, TERMASUK TANGGAL
KADALUARSA, KONDISI FISIK
REAGENSIA

PMK 37 TAHUN 2012 TTG PENYELENGGARAAN


LABORATORIUM PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

5. Ada prosedur pelaporan, pencatatan dan 1. Terdapat penetapan nilai kritis hasil laboratorium 10
tindak lanjut hasil laboratorium kritis. 5
2. Terdapat SPO pelaporan, pencatatan dan tindak lanjut 0
hasil laboratorium kritis.

3.Terdapat dokumen bukti pelaksanaan pelaporan, pencatatan


dan tindak lanjut hasil laboratorium kritis.

4.Melaksanakan wawancara dengan petugas laboratorium terkait


pelaksanaan prosedur pelaporan, pencatatan dan tindak lanjut hasil
laboratorium kritis.
6. Ada prosedur rujukan spesimen dan/atau pengguna Terdapat SPO rujukan spesimen dan/ atau pengguna layanan, 10
layanan, jika pemeriksaan laboratorium tidak dapat jika pemeriksaan laboratorium tidak dapat dilakukan oleh klinik. 5
dilakukan oleh klinik. 0

7. Ada bukti pelaksanaan Pemantapan Mutu 1.Terdapat dokumen bukti pelaksanaan Pemantapan Mutu 10
Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) secara 5
(PME) secara berkala. berkala 0

2.Melaksanakan wawancara dengan petugas tentang pelaksanaan


Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal
(PME) secara berkala di klinik
pelaporan, pencatatan dan tindak lanjut hasil
laboratorium kritis
PROSEDUR RUJUKAN SPESIMEN

 Petugas memberitahukan kepada keluarga


pasien tentang adanya pemeriksaan
laboratorium yang tidak bisa dilakukan di
Klinik

 Petugas meminta persetujuan keluarga pasien


setelah menjelaskan besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk pemeriksaan tersebut

 Petugas menjelaskan biaya yang dikeluarkan


untuk pemeriksaan tidak ditanggung oleh
pihak Klinik
PROSEDUR RUJUKAN SPESIMEN ……

 Bilapasien setuju maka petugas laboratorium mengambil


sampel specimen sesuai dengan permintaan dokter

 Spesimen dapat diantar langsung oleh keluarga pasien ke


laboratorium terdekat yang menyediakan sarana pemeriksaan
tersebut

 Pengambilan hasil pemeriksaan juga bisa dilakukan oleh


keluarga pasien

 Hasil diserahkan oleh keluarga pasien ke petugas Klinik untuk


disampaikan kedokter yang mengirim dalam amplop tertutup

 Perawat menyerahkan hasil pemeriksaan kepada dokter


pengirim.
Pemantapan Mutu Laboratorium
kegiatan pencegahan dan pengawasan
yang dilaksanakan oleh
setiap laboratorium secara terus menerus
agar tidak terjadi atau mengurangi
kejadian kesalahan atau penyimpangan
sehingga diperoleh hasil pemeriksaan
yang tepat.

kegiatan yang diselenggarakan secara


periodik oleh pihak lain
diluar laboratorium yang bersangkutan untuk
memantau dan menilai penampilan
suatu laboratorium dalam pemeriksaan
tertentu.
PEMANTAPAN MUTU

 Pada saat sekarang/real time


 Segera mengidentifikasi masalah
PMI  Tindakan perbaikan segera dilakukan
 Dimonitor dan deteksi

 Membandingkan dg Lab lain


PME  Merupakan validasi eksternal
 Uji profisiensi
MI
IL P
AS
O HH
NT
CO

ME
IL P
AS
O HH
NT
CO
CONTOH SERTIFIKAT PME
Pelayanan radiologi disediakan untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Pelayanan
radiologi dikelola sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan.

Standar 3.13

PELAYANAN RADIOLOGI
PELAYANAN RADIOLOGI
• Pelayanan radiologi disediakan
untuk memenuhi kebutuhan
pasien.

• Pelayanan radiologi dikelola


sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan.
PKP 14
PELAYANAN RADIOLOGI DIAGNOSTIK
Maksud dan Tujuan
• Pelayanan radiologi diagnostik di klinik disesuaikan dengan kebutuhan
dan sesuai keamanan radiasi.
• Klinik yang memiliki pelayanan radiodiagnostik dipastikan
memiliki manajemen keamanan radiasi yang meliputi:
1. Kepatuhan terhadap standar yang berlaku dan
peraturan perundang-undangan
2. Kepatuhan terhadap standar dari manajemen fasilitas,
radiasi dan program pencegahan dan pengendalian
infeksi.
3. Tersedia APD sesuai pekerjaan dan bahaya yang
dihadapi.
4. Orientasi bagi semua staf pelayanan radiologi tentang
praktik dan prosedur keselamatan.
Elemen Penilain
1). Klinik menerapkan prosedur
pelayanan radiologi.

2). Ada bukti pelayanan radiologi


sesuai dengan prosedur yang ada
termasuk kepatuhan terhadap
manajemen keamanan radiasi.
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING
1. Klinik menerapkan prosedur pelayanan 1. Terdapat SPO pelayanan radiologi di klinik 10
5
radiologi 0
2.Terdapat SK penanggung jawab pelayanan
radiologi
2. Ada bukti pelayanan radiologi 1.Terdapat dokumen bukti pelayanan radiologi 10
5
sesuai dengan prosedur yang ada sesuai dengan prosedur yang ada termasuk 0
termasuk kepatuhan terhadap kepatuhan terhadap manajemen keamanan radiasi.
manajemen keamanan radiasi.
2.Melaksanakan wawancara dengan petugas
tentang pelaksanaan pelayanan radiologi yang
sesuai dengan prosedur yang ada termasuk
kepatuhan terhadap manajemen keamanan radiasi.
REGULASI
REGULASI PELAYANAN RADIOLOGI
CONTOH FORM PERMINTAAN RADIOLOGI
DAN HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI
PELAKSANAAN KALIBRASI &
SERTIFIKAT KALIBRASI
STANDAR 3.15

PELAYANAN KEFARMASIAN
PKP 15
PELAYANAN
KEFARMASIAN
Maksud dan Tujuan

• Klinik melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi dan


alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinik sesuai
standar pelayanan kefarmasian.

• Klinik secara berkala minimal satu kali dalam setahun


menetapkan formularium yang mengacu pada
Formularium Nasional.

• Pengkajian resep dilakukan oleh tenaga kefarmasian,


meliputi pengkajian administrative, farmasetik dan
klinis.

• Peresepan hanya dilakukan oleh tenaga medis yaitu


dokter, dokter gigi dan dokter spesialis.
Elemen Penilaian
1. Tersedia bukti pengelolaan dan pelayanan sediaan farmasi
8. Tersedia bukti penyimpanan dan pelaporan obat narkotika
BMHP dan alat kesehatan oleh tenaga kefarmasian sesuai
serta psikotropika sesuai dengan regulasi.
dengan peraturan perundang- undangan.
9. Tersedia bukti penyimpanan obat termasuk obat high alert
2. Tersedia daftar formularium obat klinik.
yang baik, benar dan aman sesuai regulasi.
3. Ada kebijakan dan atau prosedur pengadaan obat sesuai dengan
10. Tersedia kebijakan dan atau prosedur penanganan obat
regulasi
kadaluarsa/rusak.
4. Tersedia bukti dilakukan pengkajian resep dan pemberian obat
11. Terdapat pencatatan dan pelaporan MESO/Monitoring Efek
dengan benar pada setiap pelayanan pemberian obat
Samping Obat.
5. Tersedia bukti pemberian informasi obat dan konseling oleh
12. Ada kebijakan dan atau prosedur pemantauan dan pelaporan
Apoteker.
medication error.
6. Tersedia bukti rekonsiliasi obat pada pelayanan rawat inap
13. Dalam hal klinik tidak memiliki apoteker, sebagai
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
penanggung jawab pelayanan kefarmasian, ada bukti bahwa
klinik hanya mengelola obat darurat medis sesuai dengan
7. Tersedia obat emergensi pada unit-unit dimana diperlukan, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
emergensi, dipantau, dan diganti tepat waktu setelah digunakan
atau bila kadaluarsa.
Regulasi
 PMK No 14 Tahun 2021 bagian Standar Usaha Klinik,
 Permenkes Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik
 Permenkes No 34 Tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Klinik

Klinik Rawat Jalan

• Klinik yang menyelenggarakan rawat jalan dapat melaksanakan Pelayanan


Kefarmasian.

• Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, wajib memiliki


apoteker sebagai penanggung jawab Pelayanan Kefarmasian dan wajib
memiliki instalasi farmasi.

Klinik Rawat Inap dan Rehabilitasi NAPZA

• Wajib melaksanakan pelayanan kefarmasian, wajib memiliki apoteker


sebagai penanggung jawab Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi
Klinik yang tidak menyelenggarakan pelayanan kefarmasian dapat bekerjasama
dengan klinik lain atau apotek untuk memberikan pelayanan kefarmasian.

Pelayanan Resep pada Klinik rawat jalan yang tidak memiliki Apoteker
dilakukan di apotek atau Klinik lain yang menyelenggarakan Pelayanan
Kefarmasian.

Klinik yang tidak menyelenggarakan pelayanan kefarmasian harus memiliki


lemari khusus penyimpanan obat darurat dan bahan medis habis pakai (PMK
no 14/2021)

Daftar Obat Keadaan Darurat Medis pada klinik yang tidak


menyelenggarakan pelayanan kefarmasian mengacu pada KMK Nomor
HK.01.07/MENKES/4799/2021
ELEMEN PENILAIAN 1-3 KELENGKAPAN BUKTI SKORING

1. Tersedia bukti pengelolaan dan pelayanan sediaan farmasi 1.Terdapat SK penanggung jawab pelayanan kefarmasian 10
BMHP dan alat kesehatan oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan 5
peraturan perundang- undangan 2.Terdapat dokumen bukti pengelolaan dan pelayanan sediaan farmasi BMHP 0
dan alat kesehatan oleh tenaga kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-
undangan

3.Melaksanakan observasi dan wawancara terhadap pengelolaan dan


pelayanan sediaan farmasi BMHP dan alat kesehatan oleh tenaga
kefarmasian di klinik
2. Tersedia daftar formularium obat klinik Terdapat daftar formularium obat 10
5
0
3. Ada kebijakan dan atau prosedur pengadaan obat sesuai dengan Terdapat prosedur pengadaan obat sesuai dengan regulasi
regulasi
SK PJ FARMASI

PELAYANAN
Tersedia daftar formularium obat klinik
KRITERIA OBAT YANG MASUK DI FORMULARIUM
KLINIK, YAITU:

 Obat yang memiliki NIE dari BPOM

 Pemilihan Obat untuk Klinik yang bekerja sama dengan BPJS


mengacu pada Fornas;
 Mengutamakan Obat generik

 Memiliki benefit-risk ratio yang paling menguntungkan pasien

 Mudah penggunaannya sehingga meningkatkan kepatuhan dan


penerimaan oleh pasien
 Memiliki benefit-cost ratio yang tertinggi berdasarkan biaya
langsung dan tidak langsung

 Terbukti evidence based medicine, aman dan banyak


dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
CONTOH FORMULARIUM OBAT KLINIK

Formularium Klinik disusun oleh tim penyusun


Formularium Klinik yang terdiri dari tenaga medis
dan Apoteker.

Formularium Klinik merupakan daftar Obat


yang ditetapkan oleh penanggung jawab
Klinik.
KEBIJAKAN DAN ATAU PROSEDUR PENGADAAN OBAT

Pengadaan dilaksanakan dengan pembelian menggunakan


surat pesanan yang ditandatangani Apoteker.
 Sediaan Farmasi diperoleh dari Industri Farmasi atau
PBF yang memiliki izin.
 Alat Kesehatan dan BMHP diperoleh dari Penyalur Alat
Kesehatan (PAK) atau toko Alat Kesehatan yang
memiliki izin.
 Terjaminnya keaslian, legalitas, dan kualitas produk
yang dibeli.
 Pr duk dipesan tepat waktu, mudah ditelusuri, lengkap
sesuai dengan perencanaan.
 Pengadaan Obat darurat medispada Klinik yang tidak
melakukan Pelayanan Kefarmasian berasal dari apotek
melalui Surat Pesanan Kebutuhan Obat Darurat Medis
yang ditandatangani oleh penanggung jawab Klinik
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

4. Tersedia bukti dilakukan pengkajian resep dan pemberian 1.Terdapat dokumen bukti dilakukan pengkajian resep dan pemberian obat 10
obat dengan benar pada setiap pelayanan pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan pemberian obat 5
0
2.Melaksanakan observasi dan wawancara pelaksanaan pengkajian resep dan
pemberian obat dengan benar pada setiap pelayanan pemberian obat
5.Tersedia bukti pemberian informasi obat dan konseling oleh 1.Terdapat dokumen bukti pemberian informasi obat dan konseling oleh Apoteker 10
Apoteker 5
2.Melaksanakan observasi dan wawancara pelaksanaan pemberian informasi obat 0
dan konseling oleh Apoteker

6.Tersedia bukti rekonsiliasi obat pada pelayanan 1.Terdapat dokumen bukti rekonsiliasi obat pada pelayanan rawat 10
rawat inap sesuai dengan peraturan perundang- inap sesuai dengan peraturan perundang-undangan 5
undangan 0
2.Melaksanakan observasi dan wawancara petugas terhadap pelaksanaan
rekonsiliasi obat pada pelayanan rawat inap
Bukti dilakukan Pengkajian Resep dan Pemberian Obat dengan Benar Pada Setiap Pelayanan
Pemberian Obat

E P A T
R ES OB
AN I AN
J I ER
G KA M B
N PE
PE O H
T OH NT
O N CO
C
bukti pemberian informasi obat dan konseling
oleh Apoteker
bukti rekonsiliasi obat pada pelayanan rawat inap
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

7. Tersedia obat emergensi pada unit-unit dimana diperlukan, dan 1. Terdapat daftar obat emergensi yang diperbaharui secara berkala 10
dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat 5
emergensi, dipantau, dan diganti tepat waktu setelah digunakan 2.Terdapat dokumen bukti ketersediaan obat emergensi pada unit-unit dimana 0
atau bila kadaluarsa. diperlukan, dan dapat diakses untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat emergensi,
dipantau, dan diganti tepat waktu setelah digunakan atau bila kadaluarsa.

3.Melaksanakan observasi dan wawancara terhadap ketersediaan obat


emergensi pada unit-unit dimana diperlukan

8. Tersedia bukti penyimpanan dan pelaporan obat narkotika 1. Terdapat SPO penyimpanan dan pelaporan obat narkotika serta psikotropika 10
serta psikotropika sesuai dengan regulasi sesuai dengan regulasi 5
0
2.Terdapat daftar obat narkotika serta psikotropika yang tersedia

3.Melaksanakan observasi wawancara terhadap penyimpanan dan


pelaporan obat narkotika serta psikotropika

Emergency kit
Daftar obat Emergency
Emergency kit

KUNCI
DISPOSIBLE
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun
2015 tentang Peredaran, Penyimpanan dan
pelaporan Narkotika, psikotropika dan
Prekursor Farmasi
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

9. Tersedia bukti penyimpanan obat termasuk 1.Terdapat SPO penyimpanan obat termasuk obat high alert yang 10
obat high alert yang baik, benar dan aman baik, benar dan aman sesuai regulasi 5
sesuai regulasi 0
2.Terdapat dokumen bukti penyimpanan obat termasuk obat
high alert yang baik, benar dan aman sesuai regulasi

3.Melaksanakan observasi dan wawancara petugas tentang


penyimpanan obat termasuk obat high alert yang baik, benar dan aman
sesuai regulasi
10. Tersedia kebijakan dan atau prosedur 1. Terdapat SPO penanganan obat kadaluarsa/rusak 10
penanganan obat kadaluarsa/ rusak 5
2.Terdapat dokumen bukti penanganan obat kadaluarsa/ 0
rusak sesuai prosedur

3. Melaksanakan wawancara dengan petugas terkait


penanganan obat kadaluarsa/ rusak
Prinsip Umum Penyimpanan High-Alert Medication

 High alert medication disimpan di laci atau lemari di area yang terkunci dan
terpisah dari produk lain.

 Setiap high alert medication diberikan label “High-Alert” yang berwarna merah
pada sisi depan kemasan tanpa menutupi informasi yang ada pada kemasan

 Setiap elektrolit konsentrat disimpan di farmasi, kecuali NaHCO3 8.4% di simpan


juga di ICU/ ICCU, dan UGD. MgSO4 ≥ 20% disimpan di farmasi, emergency
kit di UGD dan ruang bersalin.

 Narkotika disimpan dalam lemari yang kokoh, tidak mudah dipindahkan dan
memiliki dua kunci yang berbeda.

 Obat anestesi disimpan di tempat yang hanya bisa diakses oleh dokter, perawat
dan staf farmasi

 Obat sitostatika, Insulin dan heparin hanya disimpan di farmasi atau di area yang
terkunci di mana obat diresepkan.

 Dextrose ≥ 20% hanya disimpan di Farmasi, UGD, ICU dan troli emergensi

 Penyimpanan obat NORUM dipisahkan, tidak diletakkan bersebelahan, dan harus


diberikan label “LASA”
kebijakan dan atau prosedur penanganan obat
kadaluarsa/ rusak
ELEMEN PENILAIAN KELENGKAPAN BUKTI SKORING

11. Terdapat pencatatan dan pelaporan 1. Terdapat dokumen bukti pencatatan dan pelaporan 10
MESO/Monitoring Efek Samping Obat MESO/Monitoring Efek Samping Obat 5
0
2.Melaksanakan wawancara dengan petugas tentang pencatatan dan
pelaporan MESO/Monitoring Efek Samping Obat di klinik

12. Ada kebijakan dan atau prosedur pemantauan dan 1.Terdapat SPO pemantauan dan pelaporan medication error 10
pelaporan medication error 5
2.Terdapat dokumen bukti pelaksanaan pemantauan dan pelaporan 0
medication error

3.Melaksanakan wawancara dengan petugas terkait pelaksanaan


pemantauan dan pelaporan medication error di klinik
13. Dalam hal klinik tidak memiliki apoteker, sebagai 1.Terdapat dokumen bukti bahwa klinik hanya mengelola obat darurat 10
penanggung jawab pelayanan kefarmasian, ada bukti medis sesuai peraturan perundang- undangan 5
bahwa klinik hanya mengelola obat darurat medis 0
sesuai peraturan perundang-undangan 2. Melaksanakan observasi dan wawancara tentang
pengelolaan obat darurat medis di klinik
pencatatan dan pelaporan
MESO/Monitoring Efek Samping
Obat.
Monitoring Efek Samping Obat
kegiatan pemantauan setiap respon Kegiatan:
terhadap Obat yang merugikan atau  Mengidentifikasi Obat dan pasien
yang mempunyai risiko tinggi
tidak diharapkan yang terjadi pada
mengalami efek samping Obat.
dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan profilaksis,  Mengisi Laporan Monitoring Efek
diagnosis dan terapi atau memodifikasi Samping Obat (MESO).
fungsi fisiologis
 Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek
Samping Obat Nasional.

94
1/26/22
Kebijakan dan atau prosedur pemantauan dan
pelaporan medication error
Dalam hal klinik tidak memiliki apoteker, sebagai
penanggung jawab pelayanan kefarmasian, klinik hanya
mengelola obat darurat medis sesuai peraturan
perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai