Anda di halaman 1dari 23

EP SPO SK Kerangka Acuan Pedoman / Dokumen Lainnya

Panduan
8.1.1  SOP pemeriksaan  SK tentang jenis -  brosur pelayanan
• Petugas laboratorium laboratorium jenis pemeriksaan laboratorium
yang melaksanakan laboratorium  Pola ketenagaan
dipastikan mendapat yang tersedia  Persyaratan
pelatihan secara baik dan kompetensi
adekuat, berpengalaman, analis/petugas
punya keterampilan dan laboratorium
diorientasikan pada  Persyaratan
pekerjaannya. Petugas kompetensi
analis petugas yang
laboratorium/penunjang melakukan
diagnostik diberikan interpretasi hasil
tugas, sesuai dengan pemeriksaan
latihan dan laboratorium
pengalamannya. Jumlah  ketentuan jam
dan jenis petugas untuk buka pelayanan
melaksanakan tes
laboratorium cukup dan
tersedia selama jam
pelayanan dan untuk
gawat darurat. Perlu
ditetapkan jenis
pelayanan
laboratorium/penunjang
diagnostik yang tersedia
di Puskesmas.
8.1.2  SOP permintaan  Kebijakan tentang 
• Agar pelaksanaan pemeriksaan, permintaan
pelayanan laboratorium penerimaan spesimen, pemeriksaan,
dapat menghasilkan hasil pengambilan dan penerimaan
pemeriksaan yang tepat, penyimpanan specimen spesimen,
maka perlu ditetapkan  SOP pemeriksaan pengambilan dan
kebijakan dan prosedur laboratorium penyimpanan
pelayanan laboratorium  SOP pemantauan specimen
mulai dari permintaan, pelaksanaan prosedur  SK pelayanan di
penerimaaan, pemeriksaan luar jam kerja
pengambilan dan laboratorium, hasil
penyimpanan spesimen, pemantauan, tindak
pengelolaan reagen lanjut pemantauan
pelaksanaan  SOP penilaian
pemeriksaan, ketepatan waktu
penyampaian hasil penyerahan hasil, hasil
pemeriksaan kepada evaluasi dan tindak
pihak yang lanjut hasil evaluasi
membutuhkan, serta  SOP pelayanan di luar
pengelolaan limbah jam kerja
medis dan bahan  SOP pemeriksaan
berbahaya dan beracun laboratorium yang
(B3). berisiko tinggi
 SOP kesehatan dan
keselamatan kerja bagi
petugas
 SOP penggunaan alat
pelindung diri, SOP
pemantauan terhadap
penggunaan alat
pelindung diri
 SOP pengelolaan bahan
berbahaya dan
beracun, SOP
pengelolaan limbah
hasil pemeriksaan
laboratorium
 SOP pengelolaan
reagen
 SOP pengelolaan
limbah
8.1.3  SOP pemantauan  SK tentang waktu  Hasil
• Pimpinan Puskesmas waktu penyampaian penyampaian pemantauan.
perlu menetapkan jangka hasil pemeriksaan laporan hasil  Hasil
waktu yang dibutuhkan laboratorium untuk pemeriksaan pemantauan
untuk melaporkan hasil pasien urgen/gawat laboratorium, pelaporan hasil
tes laboratorium. Hasil darurat.  SK tentang waktu pemeriksaan
dilaporkan dalam penyampaian laboratorium
kerangka waktu laporan hasil
berdasarkan kebutuhan pemeriksaan
pasien, pelayanan yang laboratorium
ditawarkan, dan untuk pasien
kebutuhan petugas urgen (cito)
pemberi pelayanan klinis.
Pemeriksaan pada gawat
darurat dan di luar jam
kerja serta pada akhir
minggu termasuk dalam
ketentuan ini. Hasil
pemeriksaan yang urgen,
seperti dari unit gawat
darurat diberikan
perhatian khusus. Sebagai
tambahan, bila pelayanan
laboratorium dilakukan
bekerja sama dengan
pihak luar, laporan hasil
pemeriksaan juga harus
tepat waktu sesuai
dengan kebijakan yang
ditetapkan atau yang
tercantum dalam kontrak
8.1.4  SOP pelaporan hasil 
• Pelaporan dari tes pemeriksaan
diagnostik yang kritis laboratorium yang
adalah bagian dari pokok kritis, rekam medis
persoalan keselamatan  SOP pelaporan hasil
pasien. Hasil tes yang pemeriksaan
secara signifikan di luar laboratorium yang
batas nilai normal dapat kritis: penetapan nilai
memberi indikasi risiko ambang kritis untuk
tinggi atau kondisi yang tiap tes
mengancam kehidupan  SOP monitoring, hasil
pasien. Sangat penting montiroing, tindak
bagi Puskesmas untuk lanjut monitoring,
mengembangkan suatu rapat-rapat mengenai
sistem pelaporan formal monitoring
yang jelas pelaksanaan pelayanan
menggambarkan laboratorium
bagaimana praktisi
kesehatan mewaspadai
hasil kritis dari tes
diagnostik dan bagaimana
staf mendokumentasikan
komunikasi ini.
• Proses ini
dikembangkan untuk
pengelolaan hasil kritis
dari tes diagnostik untuk
menyediakan pedoman
bagi para praktisi untuk
meminta dan menerima
hasil tes pada keadaan
gawat darurat. Prosedur
ini meliputi juga
penetapan tes kritis dan
ambang nilai kritis bagi
setiap tipe tes, oleh siapa
dan kepada siapa hasil tes
kritis harus dilaporkan,
dan menetapkan metode
monitoring yang
memenuhi ketentuan.
8.1.5  SOP penyimpanan dan  SK tentang jenis  Panduan
• Reagensia dan bahan- distribusi reagensia reagensia esensial tertulis
bahan lain yang selalu  SOP pelabelan dan bahan lain untuk
harus ada untuk yang harus evaluasi
pelayanan laboratorium tersedia reagensi,
bagi pasien harus  SK tentang bukti
diidentifikasi dan menyatakan evaluasi
ditetapkan. Suatu proses kapan reagensia dan tindak
yang efektif untuk tidak tersedia lanjut
pemesanan atau (batas buffer
menjamin ketersediaan stock untuk
reagensia esensial dan melakukan order)
bahan lain yang
diperlukan. Semua
reagensia disimpan dan
didistribusikan sesuai
prosedur yang
ditetapkan. Evaluasi
periodik semua reagensia
untuk memastikan
akurasi dan presisi hasil
pemeriksaan. Pedoman
tertulis memastikan
pemberian label yang
lengkap dan akurat untuk
reagensia dan larutan
yang digunakan.
8.1.6  SOP evaluasi terhadap  SK rentang nilai  Form laporan
• Sesuai dengan rentang nilai, hasil yang menjadi hasil
peralatan dan prosedur evaluasi dan tindak rujukan hasil pemeriksaan
yang dilaksanakan di lanjut pemeriksaan laboratorium
laboratorium, perlu laboratorium
ditetapkan nilai/rentang
nilai rujukan normal
untuk setiap tes yang
dilaksanakan. Rentang
nilai harus tercantum
dalam catatan klinis,
sebagai bagian dari
laporan atau dalam
dokumen terpisah
dengan daftar yang baru
dari nilai-nilai yang
ditetapkan kepala
laboratorium. Rentang
nilai harus dilengkapi bila
pemeriksaan
dilaksanakan
laboratorium luar.
Rujukan nilai ini
disesuaikan harus
dievaluasi dan direvisi
apabila metode
pemeriksaan berubah.
8.1.7  SOP pengendalian  SK pengendalian  Bukti-bukti
• Untuk menjamin mutu mutu laboratorium mutu pelaksanaan
pelayanan laboratorium  SOP kalibrasi dan laboratorium kalibrasi atau
maka perlu dilakukan validasi instrument  SK tentang PME, validasi
upaya pengendalian mutu  SOP perbaikan, bukti Hasil PME
internal maupun pelaksanaan perbaikan
eksternal di Puskesmas.  SOP rujukan
Pengendalian mutu laboratorium
dilakukan sesuai dengan  SOP PMI dan PME,
jenis dan ketersediaan bukti pelaksanaan PMI
peralatan laboratorium dan PME
yang digunakan dan
sesuai dengan peraturan
perundangan yang
berlaku.
8.1.8  SOP pelaporan program  SK tentang  Kerangka acuan  Panduan
• Ada program keamanan keselamatan dan penanganan dan program Program
yang aktif di laboratorium pelaporan insiden, bukti pembuangan keselamatan/keamanan Keselamata
dengan tingkatan sesuai laporan. bahan berbahaya laboratorium, bukti n Pasien di
dengan risiko dan  SOP tentang pelaksanaan program Puskesmas
kemungkinan bahaya penanganan dan
dalam laboratorium. pembuangan bahan
Program ini mengatur berbahaya
praktik keamanan dan  SOP penerapan
langkah-langkah manajemen risiko
pencegahan bagi staf laboratorium, bukti
laboratorium, staf lain pelaksanaan
dan pasien apabila berada manajemen risiko:
di laboratorium. Program identifikasi risiko,
laboratorium ini analisis, dan tindak
merupakan program yang lanjut risiko
terintegrasi dengan  SOP orientasi prosedur
program keselamatan di dan praktik
Puskesmas keselamatan/keamanan
• Program keselamatan di kerja, bukti pelaksanaan
laboratorium termasuk : program orientasi
o Kebijakan dan prosedur  SOP pelatihan dan
tertulis yang mendukung pendidikan untuk
pemenuhan standar dan prosedur baru, bahan
peraturan. berbahaya, peralatan
o Kebijakan dan prosedur baru, bukti pelaksanaan
tertulis untuk pendidikan dan
penanganan dan pelatihan
pembuangan bahan
infeksius dan berbahaya.
o Tersedianya peralatan
keamanan sesuai praktik
di laboratorium dan
untuk bahaya yang
dihadapi.
o Orientasi bagi semua
staf laboratorium untuk
prosedur dan praktik
keamanan kerja.
o Pendidikan (in service
education) untuk
prosedur-prosedur baru
dan pengenalan bahan
berbahaya yang baru
dikenali/diperoleh,
maupun peralatan yang
baru.
8.2.1  SOP penilaian,  SK Penanggung  Formularium
• Untuk memenuhi pengendalian, jawab pelayanan obat
kebutuhan pasien, harus penyediaan dan obat
ditetapkan jenis obat penggunaan obat  SK dan SOP
yang harus tersedia untuk  SOP penyediaan dan tentang
diresepkan dan dipesan penggunaan obat penyediaan obat
oleh praktisi pelayanan  SOP evaluasi yang menjamin
kesehatan. Keputusan ini ketersediaan obat ketersediaan obat
didasarkan pada misi terhadap formularium,  SK tentang
Puskesmas, kebutuhan hasil evaluasi dan pelayanan obat 24
pasien, dan jenis tindak lanjut jam
pelayanan yang  SOP evaluasi
disiapkan. Perlu disusun kesesuaian peresepan
suatu daftar dengan formularium,
(formularium) dari semua hasil evaluasi dan
obat yang ada di stok tindak lanjut
atau sudah tersedia, dari
sumber luar. Dalam
beberapa kasus, undang-
undang atau peraturan
bisa menentukan obat
dalam daftar atau sumber
obat tersebut. Pemilihan
obat adalah suatu proses
kerja sama/kolaboratif
yang mempertimbangkan
baik kebutuhan dan
keselamatan pasien
maupun kondisi
ekonomisnya. Kadang-
kadang terjadi kehabisan
obat karena terlambatnya
pengiriman, kurangnya
stok nasional atau sebab
lain yang tidak diantisipasi
dalam pengendalian
inventaris yang normal.
Ada suatu proses untuk
mengingatkan para
dokter/dokter gigi
tentang kekurangan obat
tersebut dan saran untuk
penggantinya.
8.2.2  SOP peresepan,  SK tentang  Bukti
• Pemberian obat untuk pemesanan, dan persyaratan pelaksanaan
mengobati seorang pengelolaan obat petugas yang pengawasan
pasien membutuhkan  SOP menjaga tidak berhak memberi
pengetahuan dan terjadinya pemberian resep
pengalaman yang obat kedaluwarsa,  SK tentang
spesifik. Puskesmas pelaksanaan FIFO dan persyaratan
bertanggung jawab untuk FEFO, Kartu petugas yang
mengidentifikasi petugas stok/kendali berhak
dengan pengetahuan dan  SOP peresepan menyediakan obat
pengalaman sesuai psikotropika dan  SK tentang
persyaratan dan yang narkotika pelatihan bagi
juga diizinkan  SOP penggunaan obat petugas yang
berdasarkan lisensi, yang dibawa sendiri diberi
sertifikasi, undang- oleh pasien/keluarga kewenangan
undang atau peraturan  SOP pengawasan dan menyediakan obat
untuk pemberian obat. pengendalian tetapi belum
Dalam situasi emergensi, penggunaan sesuai persyaratan
perlu diidentifikasi psikotropika dan  SK peresepan,
petugas tambahan yang narkotika pemesanan, dan
diizinkan untuk pengelolaan obat
memberikan obat. Untuk  SK peresepan
menjamin agar obat psikotropika dan
tersedia dengan cukup narkotika
dan dalam kondisi baik,  SK penggunaan
tidak rusak, dan tidak obat yang dibawa
kedaluwarsa, maka perlu sendiri oleh
ditetapkan dan pasien/keluarga
diterapkan kebijakan
pengelolaan obat mulai
dari proses analisis
kebutuhan, pemesanan,
pengadaan,
pendistribusian,
pelayanan peresepan,
pencatatan dan
pelaporan
• Untuk Puskesmas rawat
inap penggunaan obat
oleh pasien/pengobatan
sendiri, baik yang dibawa
ke Puskesmas atau yang
diresepkan atau dipesan
di Puskesmas, diketahui
dan dicatat dalam status
pasien. Harus
dilaksanakan pengawasan
penggunaan obat,
terutama obat-obat
psikotropika sesuai
dengan peraturan
perundangan yang
berlaku
8.2.3  SOP penyimpanan obat  SK penanganan
• Agar obat layak  SOP pemberian obat obat
dikonsumsi oleh pasien, kepada pasien dan kedaluwarsa/rusak
maka kebersihan dan pelabelan
keamanan terhadap obat  SOP pemberian
yang tersedia harus informasi penggunaan
dilakukan mulai dari obat
proses pengadaan,  SOP pemberian
penyimpanan, informasi tentang efek
pendistribusian, dan samping obat atau efek
penyampaian obat yang tidak diharapkan
kepada pasien serta  SOP tentang petunjuk
penatalaksanaan obat penyimpanan obat di
kedaluwarsa/rusak. rumah
Puskesmas menetapkan  SOP penanganan obat
kebijakan dan prosedur kedaluwarsa/rusak
dalam penyampaian obat
kepada pasien agar
pasien memahami
indikasi, dosis, cara
penggunaan obat, dan
efek samping yang
mungkin terjadi
8.2.4  SOP pelaporan efek
• Pasien, dokternya, samping obat
perawat dan petugas  SOP pencatatan,
kesehatan yang lain pemantauan,
bekerja bersama untuk pelaporan efek
memantau pasien yang samping obat, KTD,
mendapat obat. Tujuan  SOP tindak lanjut efek
pemantauan adalah samping obat dan KTD
untuk mengevaluasi efek
pengobatan terhadap
gejala pasien atau
penyakitnya dan untuk
mengevaluasi pasien
terhadap Kejadian yang
Tidak Diharapkan (KTD).
• Berdasarkan
pemantauan, dosis atau
jenis obat bila perlu dapat
disesuaikan. Sudah
seharusnya dilakukan
pemantauan secara ketat
respons pasien terhadap
dosis pertama obat yang
baru diberikan kepada
pasien. Pemantauan
dimaksudkan untuk
mengidentifikasi respons
terapetik yang diantisipasi
maupun reaksi alergik,
interaksi obat yang tidak
diantisipasi, untuk
mencegah risiko bagi
pasien. Memantau efek
obat termasuk
mengobservasi dan
mendokumentasikan
setiap KTD.
• Perlu disusun kebijakan
tentang identifikasi,
pencatatan dan
pelaporan semua KTD
yang terkait dengan
penggunaan obat,
misalnya sindroma
Stephen Johnson, KIPI
dan lainnya. Puskesmas
membangun suatu
mekanisme pelaporan
dari KTD.
8.2.5  SOP identifikasi dan  SK Penanggung  Laporan
• Puskesmas mempunyai pelaporan kesalahan jawab tindak kesalahan
proses untuk pemberian obat dan lanjut pelaporan pemberian obat
mengidentifikasi dan KNC dan KNC
melaporkan kesalahan  Laporan dan
obat dan near miss- bukti perbaikan
Kejadian Nyaris Cedera
(KNC). Proses termasuk
mendefinisikan suatu
kesalahan obat dan KNC,
menggunakan format
pelaporan yang
ditentukan serta
mengedukasi staf tentang
proses dan pentingnya
pelaporan. Definisi-
definisi dan proses-proses
dikembangkan melalui
proses kerjasama yang
mengikutsertakan semua
yang terlibat di berbagai
langkah dalam
manajemen obat. Proses
pelaporan adalah bagian
dari program mutu dan
program keselamatan
pasien di Puskesmas.
Perbaikan dalam proses
pengobatan dan
pelatihan staf digunakan
untuk mencegah
kesalahan di kemudian
hari.
8.2.6  SOP penyediaan obat-  SK penyediaan  Daftar obat
• Bila terjadi obat emergensi di unit obat-obat emergensi di unit
kegawatdaruratan pasien, kerja. emergensi di unit pelayanan
akses cepat terhadap  SOP penyimpanan obat kerja  Hasil monitoring
obat emergensi yang emergensi di unit dan tindak lanjut.
tepat adalah sangat pelayanan
penting. Perlu ditetapkan  SOP monitoring
lokasi penyimpanan obat penyediaan obat
emergensi di tempat emergensi di unit kerja.
pelayanan dan obat-obat
emergensi yang harus
disuplai ke lokasi
tersebut. Untuk
memastikan akses ke
obat emergensi bilamana
diperlukan, perlu tersedia
prosedur untuk
mencegah
penyalahgunaan,
pencurian atau
kehilangan terhadap obat
dimaksud. Prosedur ini
memastikan bahwa obat
diganti bilamana
digunakan, rusak atau
kedaluwarsa.
Keseimbangan antara
akses, kesiapan, dan
keamanan dari tempat
penyimpanan obat
emergensi perlu
dipenuhi.
8.4.1  SK tentang  Standarisasi
• Standarisasi standarisasi kode kode klasifikasi
terminologi, definisi, klasifikasi diagnosis dan
kosakata dan penamaan diagnosis dan terminologi di
memfasilitasi terminologi yang Puskesmas
pembandingan data dan digunakan  Pembakuan
informasi di dalam singkatan yang
maupun di luar digunakan
Puskesmas (fasilitas
kesehatan rujukan).
Keseragaman
penggunaan kode
diagnosa dan kode
prosedur/tindakan
mendukung
pengumpulan dan analisis
data.
• Singkatan dan simbol
juga distandarisasi dan
termasuk daftar “yang
tidak boleh digunakan”.
Standarisasi tersebut
konsisten dengan standar
lokal dan nasional yang
berlaku.
8.4.2  SOP tentang akses  SK tentang akses
• Berkas rekam medis terhadap rekam medis terhadap rekam
pasien adalah suatu medis
sumber informasi utama
mengenai proses asuhan
dan perkembangan
pasien, sehingga
merupakan alat
komunikasi yang penting.
Agar informasi ini
berguna dan mendukung
asuhan pasien
keberlanjutan, maka
perlu tersedia selama
pelaksanaan asuhan
pasien dan setiap saat
dibutuhkan, serta dijaga
selalu diperbaharui (up to
date).
• Catatan medis
keperawatan dan catatan
pelayanan pasien lainnya
tersedia untuk semua
praktisi kesehatan pasien
tersebut. Kebijakan
Puskesmas
mengidentifikasi praktisi
kesehatan mana saja yang
mempunyai akses ke
berkas rekam medis
pasien untuk menjamin
kerahasiaan informasi
pasien.
8.4.3  SOP penyimpanan  SK pelayanan 
• Puskesmas menetapkan rekam medis rekam medis dan
dan melaksanakan suatu metode
kebijakan yang menjadi identifikasi
pedoman retensi berkas  SK tentang sistem
rekam medis pasien dan pengkodean,
data serta informasi penyimpanan,
lainnya. Berkas rekam dokumentasi
medis klinis pasien, serta rekam medis
data dan informasi  SK penyimpanan
lainnya disimpan (retensi) rekam medis
untuk suatu jangka waktu
yang cukup dan
mematuhi peraturan dan
perundang-undangan
yang berlaku guna
mendukung asuhan
pasien, manajemen,
dokumentasi yang sah
secara hukum, riset dan
pendidikan. Kebijakan
tentang penyimpanan
(retensi) konsisten
dengan kerahasiaan dan
keamanan informasi
tersebut. Ketika periode
retensi yang ditetapkan
terpenuhi, maka berkas
rekam medis klinis pasien
dan catatan lain pasien,
data serta informasi
dapat dimusnahkan
dengan semestinya.
8.4.4  SOP penilaian  SK tentang isi
• Kelengkapan isi rekam kelengkapan dan rekam medis
medis diperlukan untuk ketepatan isi rekam
menjamin medis, bukti
kesinambungan pelaksanaan penilaian,
pelayanan, memantau hasil dan tindak lanjut
kemajuan respons pasien penilaian
terhadap asuhan yang  SOP kerahasiaan rekam
diberikan. Puskesmas medis
menetapkan kebijakan
dan prosedur
kelengkapan rekam
medis.
• Privasi dan kerahasiaan
data serta informasi wajib
dijaga, terutama data dan
informasi yang sensitif.
Keseimbangan antara
berbagi (sharing) data
dan kerahasiaan data
perlu diatur. Perlu
ditetapkan tingkat privasi
dan kerahasiaan yang
harus dijaga untuk
kategori beragam
informasi (misalnya:
rekam medis pasien, data
riset dan lainnya).
8.5.1  SOP pemantauan  SK pemantauan,  Dokumentasi
• Untuk menjamin lingkungan fisik pemeliharaan, pelaksanaan
keamanan Puskesmas, jadwal perbaikan sarana pemantauan,
pasien/keluarga yang pelaksanaan, bukti dan peralatan pemeliharaan,
berkunjung ke pelaksanaan dan perbaikan
Puskesmas, perlu  SOP pemeliharaan dan
dilakukan monitoring pemantauan instalasi
secara rutin, listrik, air, ventilasi,
pemeliharaan, dan gas dan sistem lain,
perbaikan bila terjadi bukti pemantauan dan
kerusakan pada fisik tindak lanjut
bangunan Puskesmas  SOP jika terjadi
termasuk di dalamnya kebakaran,
instalasi listrik, air, ketersediaan APAR,
ventilasi, gas, dan sistem pelatihan penggunaan
lain. Pemantauan, APAR, pelatihan jika
pemeliharaan, dan terjadi kebakaran
perbaikan dipandu oleh  SOP pemantauan,
kebijakan dan prosedur, pemeliharaan,
dan dilakukan oleh perbaikan sarana dan
petugas yang kompeten. peralatan
8.5.2  SOP inventarisasi,  SK inventarisasi, 
• Bahan dan limbah pengelolaan, pengelolaan,
berbahaya perlu penyimpanan dan penyimpanan dan
diidentifikasi dan penggunaan bahan penggunaan bahan
dikendalikan secara berbahaya berbahaya
aman, yang meliputi  SOP pengendalian dan  SK pengendalian
bahan kimia, bahan, gas pembuangan limbah dan pembuangan
dan uap berbahaya serta berbahaya limbah berbahaya
limbah medis dan  SOP pemantauan
infeksius lain sesuai pelaksanaan kebijakan
ketentuan. Harus disusun dan prosedur
rencana pengendalian penanganan bahan
bahan dan limbah berbahaya, bukti
berbahaya dan pemantauan, dan tindak
ditetapkan proses untuk: lanjut
o inventarisasi bahan dan  SOP pemantauan
limbah berbahaya; pelaksanaan kebijakan
o penanganan, dan prosedur
penyimpanan dan penanganan limbah
penggunaan bahan berbahaya, bukti
berbahaya; pemantauan, dan tindak
o pelaporan dan lanjut
investigasi dari
tumpahan, paparan
(exposure) dan insiden
lainnya;
o pembuangan limbah
berbahaya yang benar;
o peralatan dan prosedur
perlindungan yang benar
pada saat penggunaan,
ada tumpahan (spill) atau
paparan (exposure);
o pendokumentasian,
meliputi setiap izin dan
perizinan/lisensi atau
ketentuan persyaratan
lainnya;
o pemasangan label yang
benar pada bahan dan
limbah berbahaya.
8.5.3  SK penanggung  Rencana
• Untuk mengelola risiko jawab program
di lingkungan dimana pengelolaan keamanan
pasien dirawat dan staf keamanan lingkungan fisik
bekerja memerlukan lingkungan fisik Puskesmas
perencanaan. Rencana Puskesmas  Rencana
tahunan perlu disusun, program
yang meliputi: keamanan
a) Keselamatan dan lingkungan fisik
Keamanan. Keselamatan Puskesmas
adalah suatu keadaan memuat:
tertentu dimana gedung, perencanaan,
halaman/ground dan pelaksanaan,
peralatan tidak pendidikan dan
menimbulkan bahaya pelatihan
atau risiko bagi pasien, petugas,
staf dan pengunjung. pemantauan,
Keamanan adalah dan evaluasi
proteksi dari kehilangan,  Bukti
pengrusakan dan pelaksanaan
kerusakan, atau akses program,
serta penggunaan oleh evaluasi, dan
mereka yang tidak tindak lanjut
berwenang.
b) Bahan berbahaya, yang
meliputi: penanganan,
penyimpanan dan
penggunaan bahan
berbahaya lainnya harus
dikendalikan dan limbah
bahan berbahaya dibuang
secara aman.
c) Manajemen emergensi,
yaitu tanggapan terhadap
wabah, bencana dan
keadaan emergensi
direncanakan dan efektif.
d) Pengamanan
kebakaran: Puskesmas
wajib melindungi properti
dan penghuninya dari
kebakaran dan asap.
e) Peralatan medis: untuk
mengurangi risiko,
peralatan dipilih,
dipelihara dan digunakan
sesuai dengan ketentuan.
f) Sistem utilitas, meliputi
listrik, air dan sistem
pendukung lainnya
dipelihara untuk
meminimalkan risiko
kegagalan pengoperasian.
• Rencana tersebut
didokumentasikan dan di
up-date yang
merefleksikan keadaan-
keadaan terkini dalam
lingkungan Puskesmas.
Ada proses untuk me-
review dan meng-update
8.6.1  SOP memisahkan alat  SK memisahkan 
• Untuk menjaga agar yang bersih dan alat alat yang bersih
peralatan siap pakai dan yang kotor, alat yang dan alat yang
dalam kondisi baik pada memerlukan sterilisasi, kotor, alat yang
saat dibutuhkan maka alat yang membutuhkan memerlukan
Puskesmas perlu perawatan lebih lanjut sterilisasi, alat yang
menetapkan ketentuan (tidak siap pakai), serta membutuhkan
dan prosedur kebersihan alat-alat yang perawatan lebih
dan sterilisasi alat-alat membutuhkan lanjut (tidak siap
yang perlu disterilkan, persyaratan khusus pakai), serta alat-
dan menempatkan alat untuk peletakannya alat yang
yang siap pakai pada  SOP sterilisasi membutuhkan
tempat yang tepat sesuai  SOP pemantauan persyaratan khusus
persyaratan dan fungsi berkala pelaksanaan untuk
alat. prosedur pemeliharaan peletakannya
dan sterilisasi
instrumen, SK petugas
pemantau, bukti
pelaksanaan
pemantauan, hasil
pemantauan, tindak
lanjut pemantauan
 SOP tentang
penanganan bantuan
peralatan
8.6.2  SOP kontrol peralatan,  SK penanggung  Daftar
• Untuk menjamin testing, dan perawatan jawab pengelolaan inventaris
ketersediaan dan secara rutin untuk peralatan dan peralatan
berfungsi/laik pakainya peralatan klinis yang kalibrasi klinis di
peralatan medis, digunakan Puskesmas
Puskesmas:  SOP penggantian dan  Dokumentasi
o melakukan inventarisasi perbaikan alat yang hasil
peralatan medis; rusak pemantauan
o melakukan pemeriksaan
peralatan medis secara
teratur;
o melakukan uji coba
peralatan medis sesuai
dengan penggunaan dan
ketentuannya;
o melaksanakan
pemeliharaan;
o melakukan inventarisasi
peralatan yang harus
dikalibrasi;
o memastikan bahwa alat
yang perlu dikalibrasi,
dilakukan kalibrasi sesuai
peraturan perundangan
yang berlaku.
• Pemeliharaan alat
dilakukan oleh petugas
yang kompeten yang
ditetapkan oleh Kepala
Puskesmas. Peralatan
diperiksa dan diuji coba
sejak masih baru dan
seterusnya, sesuai umur
dan penggunaan
peralatan tersebut atau
sesuai instruksi pabrik.
Pemeriksaan, hasil uji
coba dan setiap kali
pemeliharaan, dan
kalibrasi
didokumentasikan.
8.7.1  SOP penilaian kualifikasi  Pola ketenagaan
• Untuk menjamin tenaga dan penetapan dan persyaratan
pelayanan klinis dilakukan kewenangan kompetensi
oleh tenaga yang  SOP kredensial, tim tenaga yang
kompeten, maka perlu kredensial, bukti bukti memberi
ditetapkan kebijakan dan sertifikasi dan lisensi pelayanan klinis
prosedur kredensial yang  SOP peningkatan
meliputi penilaian kompetensi, pemetaan
kompetensi petugas kompetensi, rencana
klinis, termasuk peningkatan
persyaratan sertifikasi, kompetensi, bukti
lisensi dari petugas klinis pelaksanaan
tersebut, dan upaya
untuk peningkatan
kompetensi, untuk
memenuhi kecukupan
kebutuhan tenaga klinis.
8.7.2  SOP penilaian kinerja  SK tentang  Bukti analisis,
• Agar pasien petugas pemberi keterlibatan bukti tindak
memperoleh asuhan pelayanan klinis, proses petugas pemberi lanjut
klinis sesuai dengan evaluasi, hasil evaluasi pelayanan klinis
kebutuhan dan dan tindak lanjut dalam
dilaksanakan dengan peningkatan
optimal, perlu dilayani mutu klinis
oleh tenaga klinis yang
kompeten sesuai dengan
pengetahuan dan
keterampilan yang
dibutuhkan. Puskesmas
perlu melakukan
penilaian kinerja tenaga
klinis dan menyusun dan
menerapkan rencana
untuk peningkatan
kompetensi tenaga klinis
dalam memberikan
asuhan pada pasien.
Tenaga klinis mempunyai
kewajiban untuk ikut
berperan serta dalam
meningkatkan kinerja
tenaga kesehatan dan
mutu pelayanan klinis.
8.7.3  SOP evaluasi hasil  Bukti
• Dalam upaya mengikuti pendidikan penyediaan
peningkatan kompetensi dan pelatihan, bukti informasi
dari tenaga kesehatan pelaksanaan evaluasi tentang peluang
yang memberikan asuhan pendidikan dan
klinis, perlu direncanakan, pelatihan
dan diberi kesempatan  Bentuk-bentuk
bagi tenaga klinis untuk dukungan
meningkatkan manajemen
kompetensi melalui untuk
pendidikan dan/atau pendidikan dan
pelatihan. pelatihan
 Dokumentasi
pelaksanaan
pendidikan dan
pelatihan
8.7.4  SOP evaluasi terhadap  SK tentang  Uraian tugas
• Untuk menjamin bahwa uraian tugas dan pemberian petugas
asuhan dilakukan oleh pemberian kewenangan kewenangan jika pemberi
tenaga kesehatan yang pada petugas pemberi tidak tersedia pelayanan klinis
tepat dan kompeten, pelayanan klinis, bukti tenaga kesehatan dan
maka harus ada kejelasan evaluasi dan tindak yang memenuhai kewenangan
tugas dan wewenang lanjut persyaratan, bukti klinis
untuk tiap tenaga pemberian  Penilaian oleh
kesehatan yang kewenangan tim kredensial
memberikan asuhan klinis khusus pada ttg kompetensi
di Puskesmas. Dalam petugas petugas yang
kondisi tertentu, jika diberi
tenaga kesehatan yang kewenangan
memenuhi persyaratan khusus, bukti
tidak tersedia, maka penilaian
dapat ditetapkan tenaga
kesehatan dengan
pemberian kewenangan
untuk menjalankan
asuhan klinis tertentu
oleh pejabat yang
berwenang.

Anda mungkin juga menyukai