Anda di halaman 1dari 20

REMAJA

Marta Imelda Br Sianturi, SST, M.Kes


SEKSUALITAS PADA REMAJA

`
Istilah seks dan seksualitas adalah Seks juga digunakan untuk memberi Seksualitas adalah istilah yang lebih
suatu hal yang berbeda. Kata seks label jender, baik seseorang itu pria luas. Seksualitas diekspresikan
sering digunakan dalam dua cara. atau wanita (Zawid, 1994; Perry & melalui interaksi dan hubungan
Paling umum seks digunakan untuk Potter 2005). dengan individu dari jenis kelamin
mengacu pada bagian fisik dari yang berbeda dan mencakup pikiran,
berhubungan, yaitu aktivitas seksual pengalaman, pelajaran, ideal, nilai,
genital. fantasi, dan emosi. `
Menurut Hurlock (1999) dorongan seksual dipengaruhi
oleh
a. Faktor internal b. Faktor eksternal
Stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang Stimulus yang berasal dari luar individu yang
berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi menimbulkan dorongan seksual sehingga
sehingga menimbulkan dorongan seksual pada memunculkan perilaku seksual. Stimulus eksternal
individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan,
informasi mengenai seksualitas, diskusi dengan
untuk segera dipuaskan. teman, pengalaman masturbasi, pengaruh orang
dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan
tontonan porno.
Dimensi Seksualitas

Dimensi Sosiokultural
Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan kultural yang menentukan
apakah perilaku yang diterima di dalam kultur.
Misalnya termasuk cara dan perilaku yang diperbolehkan selama berpacaran,
apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan
dalam perilaku seksual

Dimensi Agama
Seksualitas juga dan
berkaitan etikstandar pelaksanaan agama dan etik.
dengan
Keputusan seksual yang melewati batas kode etik individu dapat
mengakibatkan konflik internal.
Dimensi Psikologis
Seksualitas bagaimana pun mengandung perilaku yang dipelajari.
Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-
anaknya. Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi
yang halus dan nonverbal.

Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan pebedaan biologis antara laki-laki dan
perempuan yang ditentukan pada masa konsepsi.
Hormon mempengaruhi individu kembali saat pubertas, dimana anak
perempuan mengalami menstruasi dan perkembangan karakteristik seks
sekunder, dan anak laki-laki mengalami pembentukan spermatozoa
(sperma) yang relatif konstan dan perkembangan karakteristik seks
sekunder.
Dampak Seksualitas Pada Remaja

1. Dampak Fisik 2. Dampak perilaku dan


• `
AIDS singkatan dari Aquired Immuno Deficiency Syndrome. Penyakit ini adalah kejiwaan
kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh. Dampak yang timbul akibat remaja yang aktif
Penyebabnya adalah virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Salah satu cara secara seksual yaitu dampak perilaku dan
penularannya adalah melalui hubungan seksual. kejiwaan antara lain: terjadinya penyakit kelainan
seksual, keinginan untuk selalu melakukan
hubungan seks.
• Penyakit kelamin (Penyakit Menular Seksual/ PMS) Remaja yang aktif secara
seksual memiliki risiko tinggi tertular PMS. Secara fisiologis, serviks remaja putri
memiliki ektropion (eversi kanalis serviks uteri) yang besar, terdiri atas sel-sel
epithelial kolumnar yang jauh lebih rentan tertular PMS. PMS adalah penyakit
yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual
dan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral
maupun anal.
Faktor yang berhubungan dengan seksualitas
remaja

1. Kultur atau budaya

2. Nilai Agama

3.
4. Tekanan teman
Etika
5. Tekanan pacar
6. Rasa penasaran

7 . Lingkungan keluarga

8. Media informasi
KENAKALAN REMAJA

Jenis Kenakalan
Jenis-Jenis Kenakalan Remaja :
Penyalahgunaan narkoba Mengatasi kenakalan
Seks bebas
1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol
Tawuran antar pelajar
diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk
melakukan point pertama.

Penyebab kenakalan
Faktor Internal
3. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah
terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas
Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja yang ada tidak sesuai dengan harapan.
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrase.
Faktor Eksternal
1. Keluarga dan Perceraian orangtua
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
ANOREKSIA NERVOSA
Anoreksia berasal dari bahasa Yunani an-, yang artinya “tanpa”, oreexis, artinya “hasrat untuk”. Anoreksia memiliki
arti “tidak memiliki hasrat untuk (makanan)”. Anoreksia Nervosa adalah suata gangguan makan yang ditandai oleh
adanya usaha untuk mempertanhakan berat badan dibawah standar normal, citra tubuh yang terdistrosi,
ketakutanyang mendalam akan bertambahnya berat badan, dan pada wanita yang telah menstruasi terjadi amenorea :
•Kehilangan sejumlah berat badan (biasanya 25 persen dari berat badan normal) bila tidak ada program diet yang
diperlukan.
•Gadis yang menderita anoreksia nervosa biasanya selalu merasa gemuk, bahkan pada saat ia kurus.
•Selalu diet walau pun dia sudah kurus
•Takut akan berat badannya
•Mengalami Amenorrhea (kehilangan periode menstruasi bulanan)
•Sibuk memasak dan makan makanan berkalori dan bernutrisi
•Olah raga secara kompulsif
KEHAMILAN TIDAK
DIINGINKAN PADA
REMAJA
Kehamilan pada remaja perempuan termasuk
masalah global yang terjadi di negara
berpenghasiln tinggi, menengah dan rendah Kehamilan
tidak
Kehamilan dini di kalangan remaja perempuan diinginkan
memiliki konsekuensi kesehatan besar bagi ibu
remaja dan bayinya.

Kehamilan yang tidak diinginkan adalah


kehamilan yang terjadi karena suatu sebab yang
keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu
atau kedua calon orangtua bayi

(Kusmiran, 2014 ; WHO,2020)


Latar belakang masalah
Data global Data Indonesia
• Lebih kurang 10 juta kehamilan yang tidak
diinginkan terjadi setiap tahun diantara remaja • Kehamilan tidak diinginkan  Kelompok umur
berusia 15-19 tahun di negara berkembang 15-19 2 kali lebih tinggi (16%) dibanding
kelompok umur 20-24 (8%)
• Komplikasi selama kehamilan dan perslainan
adalah penyebab utama kematian remaja • Kehamilan pada remaja umumnya kehamilan yang
perempuan secara global tidak diinginkan  meningkatkan terjadinya aborsi
(tidak aman)
• Sekitar 5,6 juta aborsi yang terjadi setiap tahun
pada remaja perempuan berusia 15-19 tahun, 3,9 • Kehamilan remaja  komplikasi kehamilan dan
juta termasuk aborsi tidak aman yang persalinan : Eklampsi, puerperal endometritis
berkontribusi terhadap kematian ibu • Terjadi pada remaja yang tidak tamat SLTA 20%,
tamat SLTA 7%

(Darroch J, et al, 2016 ; BKKBN et al., 2018 ; WHO, 2020)


Dampak
• Dampak fisik :
kehamilan
Persalinan dengan tindakan operasi tidak
Rentan terjadinya perdarahan, keguguran, hamil diinginkan
anggur dan hamil prematur karena usia yang terlalu
muda
Kehamilan
Meningkatkan resiko kematian jika melahirkan
dipertahanka
dibawah usia 18 tahun n
Begitupun dengan kematian bayi, meningkatkan Pergaulan di kalangan remaja
seakan makin bebas. Budaya itu
resiko bayi lahir premature dan stunting (kerdil) pula seolah dianggap lumrah di
• Dampak psikis/psikologis : zaman yang makin modern ini.
Fenomena hamil dahulu lalu
Jika remaja laki-laki tidak bertanggung jawab  menikah. Hal ini seakan
orangtua tunggal sehingga mengalami depresi dianggap biasa dan bukan aib,
apalagi setelah secara terang-
terangan menyampaikan ke
khalayak
Asal ada yang bertanggung
jawab, maka tak menjadi
masalah
Jika pasangan remaja menikah  konflik antara pasangan karena belum dewasa dan belum
siap memikul tanggung jawab sebagai orangtua, memberikan pola asuh yang salah karena
terbatas pengetahuan
Penganiayaan terhadap bayi
•Dampak sosial : dikucilkan dari masyarakat, remaja berhenti atau putus sekolah atas
kemauan sendiri atau diberhentikan dari sekolah, pernikahan dini untuk menutupi aib
•Dampak ekonomi : merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi/anak
membutuhkan biaya besar
Kehamilan
yang diakhiri
Seiring berkembangnya
Dampak kehamilan tidak diinginkan zaman dan pola
pergaulan remaja di
• Dampak fisik: Indonesia, kasus
aborsi nampaknya
Komplikasi fatal terkait aborsi diantaranya eclampsia, perdarahan,
endometritis nifas, infeksi sistemik sudah menjadi hal yang
tidak tabu lagi di
Komplikasi yang tidak fatal diantaranya penyembuhan luka yang buruk, Indonesia
infertilitas, inkontinensia urin atau alvi akibat fistula vesicovaginal atau
fistula rektovaginal
• Dampak psikis (pelaku aborsi) :
Mengalami perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat
proses aborsi dan kesakitan.
Kecemasan karena rasa bersalah atau dosa akibat aborsi berlangsung lama
bahkan seumur hidup
• Risiko sosial :
Menjadi ketergantungan terhadap pasangan karena sudah tidak perawan, mengalami kehamilan tidak
diinginkan dan aborsi
Putus sekolah dan masa depan terganggu
• Risiko ekonomi :
Biaya aborsi cukup tinggi apalagi jika terjadi komplikasi

(Simbolon, 2016)
Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah
• Program kesehatan remaja sudah mulai diperkenalkan di puskesmas sejak
satu dekade yang lalu, bergerak dalam pemberian informasi, berupa
penyuluhan dan diskusi dengan remaja tentang masalah kesehatan melalui
wadah usaha kesehatan sekolah (UKS), karang taruna, atau organisasi
pemuda, dan kader remaja lainnya yang dibentuk oleh puskesmas.
• Terkait layanan kesehatan reproduksi, Deputi Bidang Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional mengatakan, hingga Desember 2018, pemerintah memiliki 6.204
puskesmas dengan pelayanan kesehatan ramah remaja. BKKBN juga
mendirikan 6.892 pusat informasi dan konseling remaja melalui program
Generasi Berencana atau Genre.

(IDAI, 2013 ; BKKBN,


2019)
• Pemerintah sebenarnya sudah memberikan informasi dan layanan
kesehatan reproduksi, tetapi pelaksanaannya belum sesuai harapan remaja
• Informasi dan layanan kesehatan reproduksi itu belum bisa menjangkau semua remaja,
khususnya yang ada di luar sekolah, remaja dengan disabilitas, dan remaja
terpinggirkan. Akibatnya, sebagian besar remaja belum mampu mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang lengkap dan bertanggung jawab meski itu menyangkut
tubuhnya.
• Pusat Informasi dan Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR)
• Kegiatan kelompok bina keluarga remaja (BKR)
Pihak yang terlibat
• Peran dinas kesehatan, BKKBN dan puskesmas dalam meningkatkan upaya
promotif dengan cara yang menarik dan kreatif yang mudah dipahami
remaja
• Peranan Orangtua dan keluarga dalam memberikan informasi kesehatan
resproduksi sejak usia dini
• Peran pemerintah dan masyarakat untuk mengakkan sanksi yang tegas pada
remaja yang melakukan seks pranikah
• Peran guru dan pihak sekolah ikut berperan dalam meningkatkan
pengetahuan siswa tentang kesehatan kespro dan memberikan bimbingan
konseling yang lebih mendalam dan bekerja sama dengan petugas
kesehatan
• Peran media untuk membatasi informasi negatif (akses porno) bagi remaja

(IDAI, 2013 ; BKKBN, 2018)


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai