Prospek Pertanian Organik Indonesia
Prospek Pertanian Organik Indonesia
id
Pupuk Organik
PROFIL
www.fp.unisri.ac.id
PROSPEK PERTANIAN ORGANIK INDONESIA
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 1
www.fp.unisri.ac.id
PELUANG PERTANIAN ORGANIK INDONESIS
Luas lahan yang tersedia untuk pertanian organik di Indonesia sangat
besar. Dari 75,5 juta ha lahan yang dapat digunakan untuk usaha
pertanian, baru sekitar 25,7 juta ha yang telah diolah untuk sawah dan
perkebunan (BPS, 2000). Pertanian organik menuntut agar lahan yang
digunakan tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan
mempunyai aksesibilitas yang baik. Kualitas dan luasan menjadi
pertimbangan dalam pemilihan lahan. Lahan yang belum tercemar
adalah lahan yang belum diusahakan, tetapi secara umum lahan
demikian kurang subur. Lahan yang subur umumnya telah diusahakan
secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia.
Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama,
yaitu sekitar 2 tahun.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 1
• Volume produk pertanian organik mencapai 5-7% dari total produk
pertanian yang diperdagangkan di pasar internasional. Sebagian besar
disuplay oleh negara-negara maju seperti Australia, Amerika dan
Eropa. Di Asia, pasar produk pertanian organik lebih banyak
didominasi oleh negara-negara timur jauh seperti Jepang, Taiwan dan
Korea.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 2
Potensi pasar produk pertanian organik di dalam negeri sangat kecil, hanya terbatas pada masyarakat menengah ke atas. Berbagai kendala yang dihadapi antara lain: 1) belum ada insentif harga yang memadai untuk produsen produk pertanian organik, 2) perlu investasi mahal pada awal pengembangan karena harus memilih lahan yang benar-benar steril dari bahan agrokimia, 3) belum ada kepastian pasar, sehingga petani enggan memproduksi komoditas tersebut.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 3
Areal tanam pertanian organik, Australia dan Oceania mempunyai lahan terluas yaitu sekitar 7,7 juta ha. Eropa, Amerika Latin dan Amerika Utara masing-masing sekitar 4,2 juta; 3,7 juta dan 1,3 juta hektar. Areal tanam komoditas pertanian organik di Asia dan Afrika masih relatif rendah yaitu sekitar 0,09 juta dan 0,06 juta hektar (Tabel 1). Sayuran, kopi dan teh mendominasi pasar produk pertanian organik internasional di samping produk peternakan.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 4
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 5
www.fp.unisri.ac.id
PERTANIAN ORGANIK MODERN
Beberapa tahun terakhir, pertanian organik modern masuk dalam sistem pertanian Indonesia secara sporadis dan kecil-kecilan. Pertanian organik modern berkembang memproduksi bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan sistem produksi yang ramah lingkungan. Tetapi secara umum konsep pertanian organik modern belum banyak dikenal dan masih banyak dipertanyakan. Penekanan sementara ini lebih kepada meninggalkan pemakaian pestisida sintetis. Dengan makin berkembangnya pengetahuan dan teknologi kesehatan, lingkungan hidup, mikrobiologi, kimia, molekuler biologi, biokimia dan lain-lain, pertanian organik terus berkembang .
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 1
Dalam sistem pertanian organik modern diperlukan standar
mutu dan ini diberlakukan oleh negara-negara pengimpor
dengan sangat ketat. Sering satu produk pertanian organik
harus dikembalikan ke negara pengekspor termasuk ke
Indonesia karena masih ditemukan kandungan residu pestisida
maupun bahan kimia lainnya.
Banyaknya produk-produk yang mengklaim sebagai produk
pertanian organik yang tidak disertifikasi membuat keraguan di
pihak konsumen. Sertifikasi produk pertanian organik dapat
dibagi menjadi dua kriteria yaitu:
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 2
a) Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan
pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia
sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input
Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat
membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT
dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun
agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional
sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan
perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 2
b) Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan
tertentu di dalam negeri, seperti misalnya sertifikasi yang
dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi
lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan
pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi
persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 3
Beberapa komoditas prospektif yang dapat dikembangkan
dengan sistem pertanian organik di Indonesia antara lain
tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, tanaman rempah
dan obat, serta peternakan, (Tabel 2). Menghadapi era
perdagangan bebas pada tahun 2010 mendatang diharapkan
pertanian organik Indonesia sudah dapat mengekspor
produknya ke pasar internasional.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 4
Tabel 2. Komoditas yang layak dikembangkan dengan sistem pertanian
organik
No. Kategori Komoditi
Tanaman Pangan Padi
Hortikultura Sayuran: brokoli, kubis merah, petsai, caisin, cho putih,
kubis tunas, bayam daun, labu siyam, oyong dan baligo. Buah: nangka,
durian, salak, mangga, jeruk dan manggis.
Perkebunan Kelapa, pala, jambu mete, cengkeh, lada, vanili dan kopi.
Rempah dan obat Jahe, kunyit, temulawak, dan temu-temuan lainnya.
Peternakan, susu, telor, daging
www.fp.unisri.ac.id
GAMBARAN NYATA
Prospek pertanian organik di masa mendatang mempunyai peluang
usaha yang sangat baik dan cerah, karena kesadaran konsumen untuk
menkonsumsi sumber makanan yang sehat dan bergizi semakin
meningkat. Konsumen yang baik bukan hanya memperhatikan porsi
yang ideal dan makanan yang baik dan sehat saja akan tetapi turut
memperhatikan dan peduli tentang suatu proses produksi dan dampak-
dampaknya.
Hasil produksi dari pertanian organik ternyata lebih bermutu dibanding
dengan budidaya pertanian biasa. Beberapa kriteria yang
mempunyai nilai lebih antara lain rasa lebih enak, lebih awet disimpan,
warnanya lebih menarik dan pasti lebih sehat karena tidak mengandung
residu bahan-bahan kimia.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 1
Produk pertanian yang tidak mengandung residu bahan kimia berbahaya
disukai konsumen saat ini dan masa mendatang, karena
masyarakat yang telah memahami tentang kesehatan akan memilih dan
mengkonsumsi makanan yang tidak merugikan kesehatan
tubuh.
Dalam proses penerapan budidaya pertanian organik memang agak sulit
dibandingkan dengan budidaya biasa yang menggunakan
bahan kimia (anorganik). Untuk itu orang yang akan mengembangkan
pertanian organik harus mempunyai jiwa juang dan cinta
terhadap lingkungan dan semua isi alam. Harus mau mengenal alam
dimana dia berada, mengembangkan cara-cara bertani yang
sesuai dengan keadaan alam setempat, mengenali dan mengembangkan
sumber-sumber daya yang ada ditempat itu.
www.fp.unisri.ac.id
LANJUTAN 2
• Hal yang tidak kalah pentingnya dalan penerapan pertanian organik adalah pemahaman
tentang makhluk hidup dalam hubungannya
• dengan lingkungan, sehingga mutlak dituntut kejelian dan ketelitian dalam setiap
pengambilan keputusan serta tindakan di lahan usahataninya.
• Sistem usahatani yang cocok untuk daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah
lainnya, karena berkaitan dengan varietas yang
• ditanam akan sangat dipengaruhi oleh jenis dan kesuburan tanah, suhu, kelembaban, serta
intensitas cahaya matahari. Selain itu jenis
• hama dan penyakit yang berkembang akan ditentukan oleh varietas yang ditanam,
perlakuan budidaya dan pengaruh lingkungan
• setempat, sehingga kita harus menyesuaikan keadaan setempat untuk menjaga hubungan
yang harmonis antara manusia dengan
• tumbuhan, binatang, mikroorganisme, tanah, udara dan unsur-unsur yang lainnya.
www.fp.unisri.ac.id
TERIMA KASIH
www.fp.unisri.ac.id